Dennis Disywan dari Tribunenews.com melaporkan
Tribunenen.com, Jakarta – Kementerian Perikanan dan Perikanan (KKP) tengah menjajaki pasar baru udang asal Indonesia.
Hal ini untuk membicarakan masalah kepercayaan anti dumping yang dilakukan Amerika Serikat (AS).
Manajer Kontrol Pasar Penguatan Aktivitas Kerja dan Perikanan Suku Maori, Erwin Dwiyana mengatakan, Amerika Serikat lebih penting dibandingkan es krim.
Saat itu, Indonesia juga bisa menjadi negara lain.
“Pasar lain seperti Jepang bentuk esnya paling besar dan selatan,” pusat, Jakarta Pusat, Senin (28/10/2024).
Erwin menjelaskan, dari data tersebut, Amerika merupakan negara terpenting bagi ekspor udang dan udang di Indonesia.
Donasi AS untuk ekspor Snones Indonesia pada Januari-September 2024 mencapai 63 persen.
Migrasi ekspor Amerika dalam hal ini didasarkan pada efektifitas haka Indonesia di pasar dunia.
Menurut Erwin, penurunan terbesar terjadi pada pasar eksportir Indonesia, bahkan Amerika Serikat.
“Ekspor pameran ke Amerika sebesar 9,1 persen. Amerika menjadi tujuan wisata utama Indonesia dan menyumbang 63 persen pameran Indonesia.
Dulu, Indonesia pernah menyepakati pameran CVD Indonesia-CVD dari Indonesia ke pasar AS. Dugaan tersebut tertuang dalam petisi American Shrimp Account (ASPA) pada 25 Oktober 2023.
Masa uji coba downgrade dilakukan dengan mengkaji data perdagangan per 1 Januari 2022. Untuk data asumsi CVD 1 September 2022-31 Agustus 2023.
Sifat yang diperiksa adalah bunyi tanaman yang ada di kebun (atau bukan kulit atau ekornya, atau ekornya atau olahannya.
Indonesia dinilai tidak mengizinkan keputusan singkat penjualan AS ke AS, pada 25 Maret 2024.
Terkait pandangan Advone, pada 23 Mei 2024 yang disampaikan oleh wali AS secara singkat mengatakan bahwa FMS adalah Markin sebesar 6,3 persen.
Oleh karena itu, dari aturan AS, FMS dan pemburu Indonesia lainnya harusnya dikenakan harga impor sebesar 6,3 persen.