geosurvey.co.id, JAKARTA – Indonesia diprediksi mampu menghemat devisa hingga puluhan miliar jika menghentikan impor beras, gula, garam, dan jagung.
Menurut Menteri Perdagangan Budi Santos, penghentian impor keempat barang tersebut akan menghemat Indonesia hingga 5,2 miliar rupiah atau sekitar 84,1 triliun rupiah dengan nilai tukar 16.188 rupiah.
“Penghematan ini bisa digunakan untuk keperluan lain seperti pupuk (penyediaan) pertanian dan perikanan,” kata Budi pada Rakor Sektor Pangan di Surabaya, Jawa Timur, seperti dikutip dari siaran pers, Rabu (8/1/2025). . . ).
Berdasarkan catatannya, pada tahun 2020-2024 Indonesia mengimpor beras, gula, garam, dan jagung dalam jumlah yang relatif besar.
Namun pada periode tersebut, tren impor gula dan garam mengalami penurunan.
Untuk swasembada pangan hingga 2027, Budi mencontohkan beberapa barang yang diekspor.
Misalnya, pangsa pasar ekspor minyak sawit mentah (CPO) nasional sebesar 11,2 persen.
Sementara di Jawa Timur sendiri, CPO menduduki peringkat pertama dalam ekspor produk pangan.
Ekspor CPO meliputi ikan dan ikan olahan, gula pasir, susu, bawang merah, kedelai, jagung, dan daging ayam.
Artinya, banyak contoh komoditas yang swasembada. Jadi kalau komoditas lain juga swasembada, saya kira bisa, kata Budi.
Untuk mendukung penyimpanan barang kebutuhan pokok (bapok), Kementerian Perdagangan menyiapkan gudang program Sistem Resi Gudang (SRG) yang akan digunakan sebagai tempat penyimpanan produk pertanian.
Terdapat enam gudang SRG aktif, 17 lantai dan satu silo SRG berstatus tidak aktif (belum beroperasi) di Jawa Timur. Total kapasitas gudang SRG non operasional di wilayah Jawa Timur saja adalah 25.900 ton.