Dilansir reporter geosurvey.co.id Lita Febrian
geosurvey.co.id, JAKARTA – Saat ini terdapat 39 daftar indikasi geografis (IG) jenis kopi di berbagai wilayah Indonesia, dan jumlah tersebut terus bertambah. Di sisi lain, perkembangan konsumsi kopi di Indonesia sudah mencapai gelombang ketiga.
Gelombang pertama konsumsi kopi di Indonesia ditandai dengan pertumbuhan eksponensial konsumsi kopi industri yang didorong melalui produk kopi kemasan, diikuti gelombang kedua pada rantai kopi global yang menggunakan mesin espresso.
Gelombang ketiga ditandai dengan diperkenalkannya konsep kopi spesial atau kopi craft, dimana kedai kopi global mulai bersaing dengan banyak kedai kopi lokal yang menawarkan kopi spesial dari berbagai daerah atau dengan kedai kopi berbeda yang menawarkan kopi single origin. Teknologi pembuatan bir.
Perkembangan ini menandakan Indonesia telah memasuki perkembangan konsumsi kopi gelombang ketiga yang ditandai dengan semakin banyaknya konsumen kopi yang menjadi penikmat kopi, kata Putu Juli Ardika, Direktur Departemen Industri Pertanian Kementerian Perindustrian, Kamis. (2024) mengeluarkan keterangan tertulis pada 17 Oktober 2016.
Kembali ke indikasi geografis, faktor ini dapat mendorong berkembangnya kopi spesialti bersertifikat.
Tujuan sertifikasi indikasi geografis juga untuk mencegah persaingan tidak sehat, melindungi konsumen dari penyalahgunaan reputasi indikasi geografis, dan menjamin kualitas produk indikasi geografis sama dengan produk asli sehingga menjamin kepercayaan konsumen.
Evolusi pasar kopi membuat pengusaha harus menciptakan produk baru, seperti kopi spesial atau speciality product.
Guna mewujudkan potensi kopi spesialti Indonesia secara maksimal, Kementerian Perindustrian mengambil langkah dengan menyelenggarakan Kompetisi Kopi Spesial Indonesia.
Kompetisi ini merupakan ajang pemilihan biji kopi dengan kualitas terbaik dan cita rasa terbaik. Acara ini diselenggarakan sejak tahun 2008 dengan tujuan untuk mendorong peningkatan kualitas bahan baku industri pengolahan kopi dan meningkatkan konsumsi kopi dalam negeri. Ketua Kelompok Tani Subur Makmur Painu, salah satu pendiri Kedai Kopi Gumuk, meracik kopi Arabika untuk pelanggan pada Kamis (30 November 2023) (geosurvey.co.id/Siti Nurjannah)
Acara tersebut juga merupakan hasil kolaborasi Kementerian Perindustrian, Pusat Penelitian Kopi dan Kakao (Puslitkoka) dan Yayasan Pranoto Sunato (PSF).
Industri kopi artisanal Indonesia sendiri mempunyai potensi yang sangat besar di pasar global.
Misalnya saja pada Coffee Expo (SCE) yang digelar di Amerika Serikat pada April lalu, sebanyak 12 pakar industri kopi Indonesia ikut serta dalam mempromosikan produk kepada calon mitra dari berbagai negara, dengan potensi nilai transaksi sebesar US$27,1 juta.