Tribunus.com, Jakarta – Indonesia ditujukan untuk penyakit tropis gratis (NTD), terutama kusta dan filriasis pada tahun 2030.
Direktur Penyakit Menular Ina Augustina mengatakan banyak tantangan, termasuk stigma sosial, keterlambatan diagnosis dan kepatuhan terhadap masyarakat masih harus diatasi.
Indonesia masih ketiga di dunia dalam kasus -kasus baru kusta dengan total 12.798 kasus.
“Provinsi -provinsi yang melaporkan kasus -kasus kasus leverage seperti” Nusa Tenagara (NTT), Sulawesi Tenggara, Sulawesi Tengah, Sulawesi Barat, Gorantalo, Maluku dan Papua, “Kamis (1/1 ////// 2).
Pro Asosiasi Kulit dan Gender Expert Gender Indonesia. Linuvi menekankan bahwa stigmatisasi orang -orang kusta menjadi hambatan terbesar untuk upaya pemusnahan.
Dia berkata, “Banyak pasien masih mengalami diskriminasi sosial sehingga mereka menahan diri untuk tidak mendapatkan perawatan lebih awal,” katanya.
Lima strategi utama telah diciptakan untuk diberantas pada 3030. Temukan lebih awal dengan terapi terapi multi-brag (MDT) selama 6 hingga 12 bulan dan pengobatan cepat.
Kedua, sejumlah besar obat preventif (POPM) di daerah dengan daerah yang ditebus tinggi. Pemantauan aktif ketiga untuk menemukan kasus dengan cepat.
Untuk pendidikan promosi keempat dan kesehatan untuk mengurangi stigma dan meningkatkan perhatian publik. Kelima, silang -sektor -kollaborasi untuk mempercepat penghapusan kusta.
Sementara itu, ada penyakit dengan filariasis atau gajah yang ditularkan oleh gigitan nyamuk.
Indonesia memiliki tantangan unik dalam menghilangkan penyakit ini karena merupakan satu -satunya negara di dunia yang memiliki tiga spesies piliaworm, yaitu, Wucheria Bancrofty, Bruguia Mallya, Brujiia timori (spesies yang ditemukan di Indonesia dan Timor Leste).
Associate Professor FKUI Parasites Pvt. Kata Taniavati Supali menjelaskan bahwa philiasis, setelah gangguan mental, adalah penyebab terbesar kedua kecacatan dunia dan memiliki pengaruh finansial yang signifikan terhadap para korban.
“Lelisir memperburuk kemiskinan karena korban kehilangan kemampuan untuk bekerja dan akhirnya menghilangkan masyarakat,” jelasnya.
Salah satu tantangan terbesar dalam menghilangkan philiasis adalah jumlah orang yang terinfeksi tetapi tidak ada gejala.
Dibutuhkan 5 hingga 8 tahun untuk berkembang dalam kondisi yang terlihat untuk transisi, begitu banyak orang sehat yang sudah memiliki cacing dalam darah mereka tetapi tidak merasakan sakit.
Lima strategi utama telah diimplementasikan untuk mencapai penargetan Fileariasis 2030.
Pertama, setiap tahun di daerah setempat, pemberian obat pencegahan kolektif (POPM) selama lima tahun.
Kedua, penggunaan tiga strategi perawatan obat (terapi IDA) yang hanya dapat mempercepat pemusnahan hanya dua tahun.
Ketiga, pemantauan ketat untuk memastikan tidak akan ada transmisi baru.
Keempat, pendidikan publik tumbuh dalam bahaya dan pencegahan philiasis.
Kelima, kolaborasi silang -vektor, termasuk peternakan dan lingkungan, karena filuriasis juga ditemukan pada hewan seperti monyet, kucing dan anjing.
Karena partisipasi semua pihak dan langkah -langkah strategis yang lebih inovatif, Indonesia dapat mencapai tujuan kusta dan eliminasi yang lebih cepat.
Ini juga memastikan bahwa penyakit ini tidak lagi menderita kecacatan, diskriminasi atau konsekuensi keuangan.
Â