geosurvey.co.id – Pukul 07.00 WIB, bel masuk sekolah berbunyi di SDN Segoroyoso, Kapanewon Pleret, Kabupaten Bantul, Daerah Istimewa Yogyakarta (DIY), Rabu (11/9/2024).
Namun, alih-alih menuju ruang kelasnya, ratusan siswa SD Seguroyoso malah berkumpul di dalam kampus. Mereka duduk melingkar seperti meja mereka.
Para siswa langsung membawa makanan yang sudah disiapkan dari rumah tanpa disuruh. Langit tiba-tiba runtuh. Mereka saling bertukar sapa dan masing-masing memamerkan sesaji makanan yang mereka bawa.
“Saya sedang mencari ikan tuna. Makan siangnya apa?” (Saya bawa ikan tuna. Makan siangnya apa?) tanya seorang siswa.
“Aku bawa sayur, ada bandengnya, terus buahnya pepaya,” sahut yang lain.
Kericuhan pun terjadi beberapa saat saat guru dan wali kelas berinteraksi dengan siswa. Mereka duduk bersandar di dinding kamar dan sarapan bersama. Kegiatan berupa menyantap sayur, ikan, dan buah-buahan (Germasaribu) sebagai jenis makanan siswa di SDN Segoroyoso Bantul.
Ya, ini hari Rabu. Pada hari itu, para siswa SD Segoroyoso membawa bekal makanan dan makan bersama.
Amalan ini dinamakan Germasaribu yang artinya gemar makan sayur, ikan, dan buah-buahan, dan terus dilakukan seminggu sekali setiap hari Rabu mulai tahun 2023.
Menurut Fryatun, guru SD Segoroyoso, Germasaribu merupakan salah satu program pangan yang dijalankan sekolah. Penelitian ini merupakan jenis pendidikan kesehatan dan pendidikan gizi dan gizi pada siswa SD Negeri 201 Seguroso.
“Jadi setiap hari Rabu kami minta siswa membawa bekal berupa nasi, sayur mayur, ikan, dan buah-buahan.”
Fitri juga menjelaskan, program gizi yang dilakukan SDN Seguroyoso karena adanya kesadaran akan bahaya tersebut pada sebagian siswa. Gizi buruk merupakan suatu penyakit akibat kekurangan zat gizi makro (karbohidrat, protein dan lemak) atau zat gizi mikro (vitamin dan mineral) atau kelebihan asupan makanan yang tidak sesuai dengan kebutuhan tubuh sehari-hari.
Untuk sekolah rujukan dalam menilai status gizi siswa, lihat Pasal 4 Ayat 1 Poin E Standar Antropometri Anak Kementerian Kesehatan RI Tahun 2020. Dijelaskan Kementerian Kesehatan, besaran antropometri merupakan ukuran massa tubuh menurut umur (IMT/U) yang digunakan pada anak usia 5-18 tahun.
Digunakan sesuai usia pada anak usia 5-18 tahun untuk menentukan pengukuran indeks massa tubuh. Gizi Buruk, Gizi Buruk, Gizi Buruk, Kurang Gizi, dan Obesitas. Berdasarkan data 3 November 2023, terdapat 20 siswa SD Seguroyoso yang masuk dalam kategori kekurangan pangan.
Alasannya bermacam-macam, terkait pendidikan orang tua, status ekonomi, kebersihan, gizi anak, kata salah satu guru Kelas 3.
Karena tidak ingin berlarut-larut, pihak sekolah turun tangan untuk melaksanakan beberapa proyek pangan. Salah satunya dengan mengikutsertakan seluruh siswa dalam kegiatan Germasaribu tanpa terkecuali. Proyek Tellurisasi Dua siswa SD Segoroyoso, Bantul menyantap buah-buahan yang disediakan pihak sekolah melalui proyek tellurisasi. Ini merupakan kelanjutan dari program One Day One Egg atau 1 Hari 1 Telur yang dilaksanakan JPAFA di sekolah tahun 2022.
Tidak sampai disitu saja, siswa yang kekurangan gizi juga diterima melalui kegiatan Eggurisasi. Seminggu sekali mereka menerima satu butir telur ayam dari sekolah.
“Kenapa buah dipilih? Pertama, harganya murah dan mudah didapat. Kedua, buah merupakan makanan yang memiliki nilai gizi baik dan sumber protein, karena mengandung asam amino. Asam yang dibutuhkan tubuh,” jelas Fitri.
Fitri menjelaskan, Eggurisasi tahun 2022 ini merupakan kelanjutan dari program One Day One Egg atau 1 Hari 1 Telur yang dilaksanakan JAPFA di sekolah.
Program dimulai dengan menganalisis situasi makanan untuk menentukan penggunanya. Dalam hal ini JAPFA bergabung dengan pihak sekolah dan Puskesmas Plearet sebagai tim ahli untuk mengukur status gizi siswa SD Segoroyoso.
Hasilnya, seluruh siswa risiko pangan telah menerima dari JPAF. Setiap hari selama tiga bulan, JAPFA memberikan telur kepada pelajar untuk meningkatkan status gizinya.
“Hasilnya, status gizi sebagian siswa yang mengikuti program satu hari telur mengalami perbaikan. Oleh karena itu, kami menilai penting untuk melanjutkan program secara mandiri meskipun bantuan Japafa telah berakhir,” jelasnya.
Lainnya adalah kantin sehat yang dilaksanakan oleh sekolah binaan JAPFA. Dalam program ini, restoran di SDN Seguroyoso menawarkan beberapa menu sehat, bebas perawatan, dan vegetarian yang disiapkan sendiri.
Jadi hampir tidak ada jajanan atau jajanan di kantin SD Sehat Sehat. Bahkan dengan adanya kantin sehat, tidak ada penjual makanan di luar sekolah saat jam istirahat.
“Kami juga meminta siswa membawa botol minum sendiri untuk mengurangi sampah plastik,” ujarnya.
Pak Fatri menjelaskan, pihak sekolah secara berkala meninjau dan mengevaluasi kurikulum di puskesmas.
“Kami mengingatkan pelanggan di kantin sehat bahwa kami memiliki makanan yang tidak sehat. Selain itu, kami meminta pelanggan mengganti makanan yang dibelinya agar anak-anak tidak cepat bosan. Mereka mengikuti jadwal yang sama,” ujarnya. Sejumlah makanan sedang dijual di Puskesmas di SDN Segoroyoso, Bantul.
Oleh karena itu, keuntungan yang diperoleh sekolah dari kegiatan kantin sehat Next Fitri digunakan untuk menjual telur yang diberikan kepada siswa dalam kegiatan Eggellisasi.
Ia juga menyatakan bahwa memiliki restoran yang sehat dapat mengurangi penyakit yang berhubungan dengan makanan tidak sehat.
Fitri masih ingat banyak mahasiswa yang mengeluh sakit perut saat Restoran Ola tidak ada. Saat ini, sangat sedikit, kalaupun ada, siswa yang bersekolah karena flu perut.
Sekolah mengadakan hari pasar dua minggu sekali. Dalam kegiatan ini, para pelajar menjual jajanan dan makanan sehat.
Menu yang akan dijual ada syaratnya, yang utama adalah makanan sehat dan sebanyak mungkin makanan tradisional seperti mie, nasi rebus, selada air atau mie tradisional bantu, mie letek, katanya.
Rina Idarini, guru SD Seguroyoso mengatakan, pihak sekolah melakukan pemeriksaan kesehatan seperti pengukuran dan pengukuran tinggi badan setiap tiga bulan sekali.
Dengan pemantauan tersebut, sekolah dapat melihat status gizi siswanya dan mungkin dapat melakukan intervensi terhadap siswa dengan status gizi tertentu.
“Ada program Eggurisasi untuk masyarakat yang tidak sakit. Ya, ada caranya dengan memberikan makanan yang banyak dan anak yang kelebihan berat badan khusus jam olah raga dan olah raga,” kata Rina. Program pendidikan gizi bersama orang tua mengenai pendidikan kesehatan dan pendidikan gizi bagi orang tua atau wali siswa SD Seguroyoso.
Rina tak menampik, menjalankan beberapa program pangan yang dikelola SDN Seguroyoso tidak lepas dari kerjasama pihak sekolah dengan orang tua atau wali siswa.
Sekolah memberikan informasi kepada orang tua mengenai pendidikan gizi. Menekankan pentingnya protein hewani bagi anak. Menurut Rina, anak SD sangat perlu mengonsumsi protein hewani untuk menunjang tumbuh kembang dan kesehatannya.
“Dulu anak-anak dan orang tua tidak paham, yang penting anak sekolah, diberi uang, lalu mendapat makan.
Diharapkan dapat mengembangkan pengetahuan dan kebiasaan makan makanan sehat di kalangan siswa dan orang tua melalui pelatihan di sekolah.
“Sekarang mereka tidak sarapan di rumah, membiasakan makan sebelum sekolah. Mereka tidak mau makan ikan, makanya mereka mau makan ikan Germasaribu di sana,” kata siswa kelas 4 SD itu. Kegiatan berupa sayur, ikan, dan buah (Germasaribu) di SDN Segoroyoso Bantul berupa makanan untuk siswa.
Zuniwati, Kepala Sekolah Dasar Segoroyoso, pada saat yang sama mengatakan bahwa sekolah akan terus mendukung beberapa proyek pangan yang telah dilaksanakan. Juga, ada hasil nyata dari rencana diet ini. Misalnya saja peningkatan status gizi anak dan prestasi siswa.
“Dengan gizi yang baik, anak dapat tumbuh dan berkembang dengan baik, sehingga proses belajar mengajar dapat tetap lancar, sehingga siswa dapat berprestasi,” ujarnya.
Hal tersebut, lanjut Zuniwati, dibuktikan dengan beberapa prestasi yang diraih siswa SD Segoroyoso. Baru-baru ini, pada Pekan Olahraga Pelajar Kabupaten (PopCAB) 2024 Bantul, ada 8 siswa yang berprestasi di beberapa cabang olahraga.
Zakri Karima, siswa SD Segoroyoso mengaku senang dengan proyek Germasaribu dan Tellurisasi yang dilaksanakan di sekolah tersebut. Bahkan, siswa kelas 4 SD ini merupakan salah satu penerima manfaat program yang pertumbuhan telurnya meningkat.
“Karena saya sering memberi mereka telur, sekarang saya suka makan telur rebus di rumah, mulai dari digoreng, digoreng, digoreng, digoreng, digoreng, digoreng hingga dimasak,” kata pemenang lomba menggambar Juara II JAPFA Anak 2023 ini.
Kata Asifa Tikam. Siswa kelas 6 ini mengaku ibunya, Tutti Kurniawati, adalah orang yang paling menarik dalam menyiapkan bekal untuknya. “Biasanya disajikan dengan nasi, tuna, ayam goreng, tempe, mangga,” kata Asifa.
Padahal, seperti biasa, anak pertama dari dua bersaudara itu sarapan sebelum berangkat sekolah. “Ya, saya selalu sarapan sebelum berangkat sekolah agar bisa fokus belajar di kelas,” ujarnya. Pentingnya penyediaan pakan ternak disadari oleh siswa SDN Segoroyoso Bantul dalam proyek Germasaribu.
Program rehabilitasi gizi di SD Segoroyoso mendapat pujian dari ahli gizi RS Nirmala Suri Sukoharjo Radian Yaminar. Program sekolah yang menyediakan protein hewani segar dalam bentuk telur merupakan cara yang tepat untuk meningkatkan status gizi siswa, kata Radian.
“Secara umum protein yang terbaik untuk anak usia sekolah adalah protein yang berasal dari hewani atau biasa disebut protein hewani karena paling baik untuk pertumbuhannya,” kata Radian.
Dibandingkan makanan nabati, makanan hewani kaya akan asam amino esensial yang dibutuhkan untuk mendukung tumbuh kembang anak. Selain itu, protein hewani lebih mudah diserap dibandingkan protein makanan.
“Misalnya 70 hingga 80 persen protein hewani diserap tubuh, dan 20 hingga 30 persen protein makanan diserap,” jelasnya.
Oleh karena itu, lanjut Radian, anak sangat dianjurkan mengonsumsi protein hewani untuk mencegah stunting dan gizi buruk serta meningkatkan status gizi menjelang pubertas. Oleh karena itu, ketika masa pubertas tiba, perkembangan anak akan baik.
Guru Besar Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia (UI) sekaligus Guru Besar Ilmu Gizi. Sandra Fikawati.
Profesor Fika, protein hewani sangat penting untuk pertumbuhan, terutama pada masa pertumbuhan aktif anak dan remaja. Nah bagi orang dewasa dan lansia, protein hewani penting untuk menjaga massa dan kekuatan otot.
“Oleh karena itu, peran penting protein hewani, khususnya dalam menunjang gizi masyarakat, tidak bisa diabaikan. Banyak sumber protein hewani seperti daging, ikan, telur, dan produk susu yang bisa diubah dan dijadikan pilihan,” ujarnya. dikatakan. Rekomendasi untuk perbaikan gizi: kegiatan makan sayur, ikan dan buah-buahan (Germasaribu) sebagai jenis makanan siswa di SDN Segoroyoso Bantul.
Sementara itu, Artsanti Alif, Vice President Social Investment JAPFA, sangat berterima kasih atas program pangan di SDN Seguroyoso.
Menurut Artsanti, SDN Seguroyoso merupakan salah satu sekolah yang mengikuti Program Manajemen Satu Telur Sehari melalui Anak JAPAFA yang fokus pada pengurangan risiko (gizi buruk dan kurang) pada siswanya.
“Sampai program percontohan selesai, sekolah akan terus melaksanakan program tersebut secara individu,” ujarnya.
Dalam satu hari studi satu telur, JAPFA memberikan dukungan yang kuat. Salah satu caranya adalah dengan memastikan setiap pengguna mengonsumsi buah-buahan di sekolah. Hal ini dilakukan untuk mengurangi potensi penipuan.
Sebagai salah satu produsen utama protein hewani di Indonesia, lanjut Artsanti, JAPFA memilih telur sebagai protein baru bagi mahasiswa karena telur merupakan sumber protein yang sederhana, mudah didapat, dan mudah perawatannya.
Oleh karena itu, setelah program selesai, disarankan agar para orang tua membiasakan memberikan makanan berprotein kepada anaknya setiap hari untuk mencegah gizi buruk dan gizi buruk, ”ujarnya.
Menurut Artsanti, JAPFA mendukung industri untuk memperbaiki pola makan masyarakat dengan produk protein hewani yang aman dan terjangkau.
(geosurvey.co.id/Sri Juliati)