Reporter geosurvey.co.id Nimra Yunia melaporkan
TribuneNews.com, TEHRAN – Pemerintah Iran mengaku siap menghadapi sanksi yang dijatuhkan Presiden baru Amerika Serikat, Donald Trump, yang bertujuan mencegah ekspor minyak mentah dari Teheran.
Untuk mencegah sanksi tersebut, Menteri Perminyakan Iran Mohsin Pakanzad mengatakan pihaknya telah melakukan berbagai strategi dan rencana untuk menghadapinya.
“Kami telah mengambil langkah-langkah yang diperlukan. Saya tidak akan mengungkapkan rinciannya tetapi mitra kami di sektor perminyakan telah mengambil langkah-langkah untuk menghadapi sanksi yang akan datang,” kata Pakanzad di media lokal Maher News.
Pakanzad juga membanggakan bahwa Iran sekarang kebal terhadap sanksi apa pun. Menurutnya, perekonomian Iran akan tetap kuat meski ada sanksi terhadap Iran oleh Presiden baru AS Donald Trump.
Pernyataan ini dilontarkan Iran seiring rencana Presiden terpilih AS Donald Trump yang berencana meningkatkan sanksi untuk ‘membunuh’ Iran.
Sanksi terbaru ini dimaksudkan untuk memperketat penegakan sanksi ekspor Iran, sekaligus mengirimkan pesan dukungan kepada Israel menyusul serangan rudal tersebut.
Ini bukan pertama kalinya Trump menjatuhkan sanksi seperti itu, mantan presiden ke-45 itu pada tahun 2018 memangkas produksi minyak Iran sebesar 2,1 juta barel per hari (bph), sehingga melumpuhkan sektor minyak Iran. Produksi minyak Iran dilanjutkan
Meskipun sejumlah sanksi diberlakukan oleh negara-negara Barat, produksi minyak Iran telah menunjukkan tanda-tanda pemulihan selama beberapa tahun terakhir.
Pemerintah Teheran mengatakan Iran telah meningkatkan produksi dan ekspor minyak dalam beberapa bulan terakhir meskipun ada sanksi AS yang mengenakan denda besar pada pembeli.
Data terakhir Organisasi Negara-negara Pengekspor Minyak (OPEC) menunjukkan produksi minyak Iran mencapai 3,259 juta barel per hari (bph) pada Oktober, sementara ekspor minyak mentah Iran meningkat sebesar US$ 35,8 miliar dolar, menandakan pemulihan yang berkelanjutan berkurang. tekanan sanksi. .
Meningkatnya permintaan Tiongkok terhadap minyak Iran adalah kunci untuk meningkatkan penjualan minyak Iran. Data pelacakan kapal yang dilansir Radio Free Europe menunjukkan ekspor minyak Iran ke China saat ini berkisar 1,5 juta barel per hari.
Jumlah tersebut meningkat setelah Teheran memberi Tiongkok konsesi besar untuk membeli minyak terlarang, konsesi tersebut bernilai sekitar 15 persen dari harga per barel.
“Bahkan dengan diskon besar, penjualan minyak Iran tetap menguntungkan dan berkelanjutan,” kata Steve Henke, profesor ekonomi terapan di Universitas Johns Hopkins.