geosurvey.co.id – Tentara Israel mulai melepaskan penjaga Israel yang memilih berhenti bertugas jika pemerintah tidak membebaskan tahanan di Gaza.
Evakuasi dimulai ketika tentara Israel memanggil para penjaga dan memberitahu mereka bahwa mereka ada di sana sekarang.
Keputusan ini diambil oleh tentara Israel setelah para penjaga tersebut menandatangani pernyataan yang menunjukkan penolakan mereka untuk bertugas jika perjanjian penyanderaan di Jalur Gaza tidak berhasil dilakukan.
Pernyataan tersebut ditandatangani oleh 130 tentara, 64 di antaranya menggunakan nama lengkap.
Dalam pengumuman tersebut, 130 tentara cadangan menulis bahwa mereka terpaksa berperang di Gaza dan ini adalah akibat dari tidak dikembalikannya para tahanan.
“Setahun setelah penculikan, dilaporkan bahwa tentara membunuh para sandera,” kata para penandatangan, dikutip dari Middle East Monitor.
Tak hanya itu, mereka merasa pemerintah kurang memperhatikan masyarakat miskin.
Itu sebabnya tentara konservatif ini menuntut kesepakatan dengan Hamas.
“Yang ada hanyalah kesepakatan untuk membawa mereka kembali dengan damai. Sebagian besar dari [kita] telah melakukan banyak penempatan dalam satu tahun terakhir, sebagian besar dalam peran militer, peran militer, dan pertempuran di Gaza. “Kami melihat bendera hitam berkibar di atas ketidakpedulian saudara-saudara kami di Gaza dan kami siap mengambil tindakan serius terhadap situasi serius ini,” kata pernyataan itu.
Penemuan pesan ini membuat marah beberapa pejabat Israel.
Salah satunya adalah Menteri Perhubungan Miri Regev.
Menurutnya, tentara yang menolak bertugas harus dijebloskan ke penjara, dikutip dari The New Arab.
Sementara itu, Perdana Menteri Benjamin Netanyahu menuntut tindakan tegas terhadap segala bentuk penolakan untuk bertugas.
“Ini harus dihentikan sejak awal dengan menggunakan semua metode yang diizinkan oleh hukum,” katanya.
Sebagai informasi, sejak penyerangan 7 Oktober 2023, sebanyak 250 tahanan berada di Gaza.
Salah satu dari mereka meninggal.
Ada pula yang tewas akibat serangan Israel.
Saat ini, terdapat 101 tahanan yang tersisa di Gaza.
Amerika Serikat, Qatar dan Mesir berusaha menjadi penengah antara Israel dan Hamas.
Namun upaya tersebut seringkali gagal.
Hamas ingin menukar tahanan dengan tahanan Palestina dan singgah di Gaza.
Namun Netanyahu selalu membuat kesepakatan menjadi mustahil.
Netanyahu menetapkan standar baru, seperti kontrol militer atas Koridor Philadelphia, sebidang tanah antara Gaza dan Mesir.
Banyak yang berpendapat bahwa tuntutan Netanyahu hanya mengutamakan kepentingan pribadinya di atas keamanan dan pembebasan sandera.
(geosurvey.co.id/Farrah Putri)
Artikel lain tentang Palestina vs. Israel