Laporan reporter geosurvey.co.id, Endrapta Pramudhiaz
geosurvey.co.id, JAKARTA – Di penghujung masa jabatan Presiden Joko Widodo (Jokowi), Indonesia masih terus membeli beras.
Hingga 13 Oktober 2024, ia menyadari penjualan beras mencapai 3,6 juta ton. Hal itu diungkapkan Kepala Bidang Perencanaan Operasional dan Pelayanan Publik Perum Bulog Epi Sulandari.
Epi menjelaskan, pembelian beras dan gabah dalam negeri kini mencapai 1.014.723 ton.
Ia mengatakan pembelian beras dalam negeri mencapai 124.000 ton pada September lalu, yang merupakan angka tertinggi dalam lima tahun pada bulan tersebut.
Pada bulan ini, tepatnya hingga 13 Oktober, ketersediaan beras untuk pembelian mencapai 61.172 ton, lebih banyak dibandingkan tahun lalu.
“Bisa jadi di akhir Oktober bisa lebih besar lagi (dari 61 ribu),” kata Epi dalam Rapat Koordinasi Daerah Pengendalian Inflasi Tahun 2024, Senin (14/10/2024).
Selain pembelian lokal, Bulog melanjutkan operasinya di luar negeri untuk memastikan ketersediaan 1,2 juta ton persediaan pada akhir tahun.
Barang impor dari dalam negeri mencapai 3.600.000 dollar per 13 Oktober, 2.800.000 ton sudah sampai di gudang, namun sebagian masih diangkut.
Sedangkan Indonesia mengimpor beras sebanyak 3,6 juta ton pada tahun ini. Artinya, Bulog sudah melihat bagiannya secara penuh.
Epi kemudian mengatakan, total cadangan beras pemerintah (CBP) di gudang Bulog saat ini sebanyak 1.248.953 ton.
Jika ditambah penjualan beras sebanyak 257.371 ton, maka stok di gudang Bulog menjadi 1.506.324 ton.
Seperti diketahui, Bulog mengambil beras dalam negeri dengan dua cara.
Pertama, membelinya dengan metode Cadangan Beras Pemerintah (CBP) dan membelinya sesuai Harga Pembelian Pemerintah (HPP).
Kedua, dengan berdagang hanya pada harga pasar.
“Stok ini kami distribusikan ke seluruh Indonesia untuk bantuan pangan dan kebutuhan SPHP (stok pangan dan stabilisasi harga),” kata Epi.