geosurvey.co.id – Menteri Luar Negeri Hongaria Peter Szijarto memperingatkan bahwa masuknya Ukraina ke dalam Pakta Pertahanan Atlantik Utara akan memulai Perang Dunia III.
Menurut Sijarto, jika Ukraina diterima menjadi anggota NATO, NATO dan Rusia bisa langsung berperang.
Hongaria adalah negara NATO. Namun Hongaria telah menetapkan perbatasan yang jelas sejak dimulainya perang Rusia-Ukraina, kata Szijjarto.
Salah satu batasan tersebut adalah melakukan apa pun untuk mencegah perang terbuka antara NATO dan Rusia.
Oleh karena itu, jika Ukraina bergabung dengan NATO, berarti terjadi konflik langsung antara NATO dan Rusia yang berarti Perang Dunia III. “Kami ingin menghindari hal itu.”
Dia mengatakan bahwa rekan-rekannya di negara-negara NATO sedang mendiskusikan kemungkinan Ukraina bergabung dengan NATO. Namun, mereka mengakui hal tersebut tidak mungkin dilakukan.
Sementara itu, Sekretaris Jenderal NATO Mark Rutte mengatakan pada awal Oktober bahwa akan tiba saatnya Ukraina menjadi anggota penuh NATO dan Rusia tidak dapat mencegahnya.
Namun, Rutte tidak mengungkapkan kapal Ukraina itu diundang bergabung dengan NATO. Sebuah negara baru dapat bergabung dengan NATO jika semua anggota NATO setuju.
Di sisi lain, Presiden Rusia Vladimir Putin mengatakan jika Ukraina bergabung dengan NATO, hal itu akan menjadi ancaman bagi keamanan Rusia. Presiden Rusia Vladimir Putin menghadiri rapat pleno Forum Ekonomi Timur di Vladivostok, Timur Jauh Rusia, Kamis (5/9/2024). (kremlin.ru)
Salah satu alasan Putin melancarkan “operasi militer khusus” terhadap Ukraina adalah kemungkinan Ukraina bergabung dengan NATO.
Rusia baru-baru ini mengubah doktrin nuklirnya. Putin mengatakan Rusia berhak menggunakan senjata nuklir jika terjadi agresi, jika musuh menggunakan senjata konvensional dan terdapat bahaya besar terhadap kedaulatan negara.
Sebelumnya, mantan agen intelijen itu sempat mengajukan usulan penyelesaian konflik di Ukraina secara damai.
Putin menyatakan bahwa Rusia akan segera menuntut gencatan senjata dan siap duduk di meja perundingan jika pasukan Ukraina menarik diri dari wilayah baru Rusia.
Kemudian, syarat lainnya adalah Ukraina harus berjanji untuk membatalkan keinginannya bergabung dengan NATO, melakukan demiliterisasi, meninggalkan dan menerapkan status non-nuklir negara tersebut.
Sijarto mengatakan, jika konflik bersenjata di Ukraina berakhir dengan solusi damai, maka risiko-risiko di atas bisa dihilangkan.
Menurutnya, masyarakat internasional harus lebih memperhatikan pencarian solusi diplomatik karena tidak ada solusi di medan perang.
Perdana Menteri Hongaria Viktor Orbán, seperti Szijjarto, telah menyatakan bahwa Ukraina tidak bisa menang di medan perang. Jadi dia meminta Ukraina untuk bernegosiasi.
Sementara itu, usai KTT di Washington, DC, Amerika Serikat (AS), para pemimpin NATO mengeluarkan pernyataan bersama yang menyatakan bahwa NATO akan terus mendukung keanggotaan Ukraina di NATO.
Semua anggota sepakat bahwa Ukraina akan segera diundang jika bekas Uni Soviet memenuhi tuntutan reformasi ekonomi, keamanan dan demokrasi, kata mereka.
Sementara itu, Presiden Ukraina Volodymyr Zelenskyy sekali lagi meminta negara-negara NATO untuk mengizinkan senjata NATO digunakan untuk menyerang sasaran di wilayah Rusia.
Sejauh ini, Amerika Serikat dan negara-negara NATO lainnya menolak permintaan Zelensky.
(Berita Tribun / Februari)