Laporan jurnalis geosurvey.co.id Eko Sutriyanto
geosurvey.co.id, JAKARTA – Pasca pandemi Covid-19, kebiasaan mencuci tangan masyarakat di Indonesia mengalami penurunan.
Padahal, penyakit seperti diare dan pneumonia menjadi ancaman besar bagi kehidupan anak.
Data menunjukkan lebih dari seperempat kematian anak di bawah usia satu tahun di Indonesia disebabkan oleh kedua penyakit tersebut.
Di daerah pedesaan, penerapan gaya hidup sehat terhambat oleh terbatasnya informasi kesehatan dan norma budaya yang mengakar.
Situasi ini semakin diperumit dengan tingginya angka kekurangan gizi, dimana sekitar 21 persen atau 4,5 juta anak balita menderita stunting.
Kondisi ini tidak hanya menghambat pertumbuhan, tetapi juga melemahkan sistem kekebalan tubuh sehingga membuat anak lebih rentan terkena penyakit menular.
Di daerah yang tidak memiliki akses terhadap imunisasi dan sanitasi yang baik, dampak kekurangan gizi bahkan lebih mengkhawatirkan.
Di tengah tantangan tersebut, program Siaga Kesehatan Dukungan Keluarga Siap Menghadapi Masa Depan (Sigap) di Kota Batu, Kabupaten Bogor menunjukkan bahwa perubahan mungkin terjadi.
Kader kesehatan di desa ini kini menjadi garda terdepan dalam mendukung kesehatan masyarakat.
“Dulu mereka minim ilmu, tapi sekarang mereka bilang pintar. “Beberapa kader juga menyatakan melakukan kunjungan rumah, kunjungan orang tua ke Posyandu meningkat pesat,” kata Ratna Wulansari, Kepala Desa Kota Batu, dalam keterangannya belum lama ini.
Ratna menjelaskan, program ini bertujuan untuk menumbuhkan kebiasaan sehat dalam keluarga dengan mengedepankan tiga perilaku utama yaitu cuci tangan pakai sabun (CTPS), vaksinasi anak tepat waktu dan lengkap, serta gizi lebih baik.
Program ini dikembangkan bekerja sama dengan Gavi, Unilever Lifebuoy, The Power of Nutrition dan Kementerian Kesehatan RI, dimulai dengan keberhasilan proyek Safal Shuruaat di India.
Data dari proyek percontohan di Indonesia menunjukkan hasil yang menjanjikan.
Cakupan vaksin PCV1, yang penting untuk pencegahan pneumonia, meningkat dari 28% menjadi 64%, sedangkan praktik CTPS sebelum memberi makan anak meningkat dari 50% menjadi 81%.
Kinerja yang baik ini disoroti pada pertemuan tingkat tinggi Dewan Gavi baru-baru ini di Nusa Dua, Bali, yang bertema Memanfaatkan Platform Multisektoral untuk Keahlian Sektor Swasta, Pembiayaan Pembangunan dan Hasil Imunisasi.
Pertemuan ini menekankan pentingnya kolaborasi multisektor dalam mengatasi kesenjangan kesehatan, terutama di negara-negara dengan sumber daya terbatas dan latar belakang beragam seperti Indonesia.
Menteri Kesehatan Indonesia, Budi Gunadi Sadikin, menekankan pentingnya kemitraan dalam mengatasi tantangan sistem kesehatan.
“Vaksinasi sangat penting untuk membangun masyarakat sehat menuju Indonesia Emas 2045 atau negara berpendapatan tinggi,” ujarnya.
Pemerintah menghargai inisiatif kolaboratif antara organisasi seperti Gavi dan sektor swasta untuk membantu mengatasi tantangan dan memastikan bahwa setiap anak, termasuk mereka yang tinggal di daerah terpencil, memiliki akses terhadap vaksin penyelamat jiwa dan layanan kesehatan preventif. .
Ketua Tim Pamilyang Sigap Ardi Prastowo menjelaskan perubahan perilaku merupakan inti dari peningkatan kualitas kesehatan masyarakat.
Dengan mengadaptasi model-model yang telah terbukti ke dalam konteks Indonesia, program ini menunjukkan bagaimana pendekatan holistik dapat menghasilkan perubahan yang berkelanjutan.
“Dengan upaya multisektoral ini, Gavi dan mitranya bertujuan untuk memastikan tidak ada anak yang tertinggal dalam akses terhadap layanan kesehatan,” kata Ardi.
Parnil Sarin dari Unilever Lifebuoy mengatakan, program keluarga ini memungkinkan warga untuk menjaga kebersihan tangan sehingga mendapat nutrisi yang baik dan imunisasi lengkap.
Program Keluarga Sigap merupakan bukti nyata pentingnya bekerja sama untuk mengatasi kesenjangan kesehatan dan menciptakan masa depan yang lebih sehat bagi anak-anak di seluruh Indonesia.
Dengan mengintegrasikan perilaku kesehatan dan pemberdayaan masyarakat, program ini tidak hanya mendukung tujuan imunisasi, tetapi juga tujuan kesehatan dan pembangunan yang lebih luas.