geosurvey.co.id, JAKARTA – Ketua Komite DRC 3 R.I. Habiburokhman mengaku Kapolres Semarang Irwan Anwar tak membalas teleponnya menyusul penembakan polisi terhadap seorang siswa SMK di Semarang, Jawa Tengah.
Habib Blochman mengamini kinerja Kapolrestabes Semarang Irwan Anwar patut dievaluasi.
Banyak yang bilang Kapolri harus menjalani penilaian khusus, kata Habibrockman dalam jumpa pers di Gedung Parlemen Senaya, Jakarta, Jumat (29/11/2024).
Habiblochman juga mengatakan, pasca kejadian tersebut, seorang siswa SMK berinisial GRO (17) tewas ditembak polisi dan sulit dihubungi oleh Kapolda Semarang.
Nyatanya, panggilan telepon Habib Brochman tidak dijawab.
“Kami juga setuju, karena setelah kejadian itu Kapolres menelepon saya, tapi panggilan teleponnya tidak dijawab,” ujarnya.
Komite Ketiga RI DRC juga memberikan perhatian khusus pada acara ini yang menarik banyak perhatian masyarakat.
Pasalnya, kejadian ini dapat merugikan citra Polri secara umum.
Selain itu, masyarakat juga meminta Komite Ketiga Partai Progresif Demokrat memberikan perhatian khusus terhadap peristiwa penembakan tersebut.
“Kenapa isu ini harus kita angkat karena bisa berdampak pada citra Polri secara keseluruhan, seolah-olah Polri tidak bisa menjaga situasi yang baik meski kejadiannya terjadi di Semarang,” ujarnya.
Untuk itu, Komite Ketiga DPR RI akan memanggil Kombes Irwan Anwar pada Selasa pekan depan (12 Maret 2024).
“Kami akan menghubungi sheriff sesegera mungkin,” kata Habibrockman.
Sekadar informasi, pada Minggu (24/11) seorang siswa SMK berinisial GRO dibunuh oleh Aipda Robig Zaenuddin (Aipda RZ) anggota Reserse Narkoba Polres Semarang di Jalan Kandi Penataran Raya, Kecamatan Ngaliyan, Semarang. . /2024).
Saat ini Aipda RZ terlibat kasus penembakan moral dan kriminal yang menewaskan seorang GRO.
Pada Selasa (26 November 2024), keluarga mendiang GRO melaporkan Aipda Robig ke Polda Jawa Tengah atas tuduhan pembunuhan dan penyiksaan, dan polisi kini tengah mengusut kasus pidana terhadap Aipda RZ.
Aipda RZ pun dibawa ke Rutan Polda Jateng untuk diperiksa.
Laporan tersebut sudah kami tindak lanjuti dan penyidik Direktorat (Ditreskrimum) Polda Jateng segera melakukan penyelidikan, kata Kabid Humas Polda Jateng Kompol Atanto, Kamis (28/11/2024). ) sore.
Aipda RZ juga sedang diselidiki karena melanggar etika polisi dan akan segera diadili.
Aipda R akan mengkaji dua hal, yakni perkara etika kepolisian dan tata cara perkara hukum atau tindak pidana, kata Atanto.
Soal sidang moral, Atanto mengatakan akan digelar secepatnya karena kasus tersebut menyangkut kepentingan semua pihak.
Badan Profesi dan Pengamanan (Bidpropam) Polda Jateng saat ini tengah melakukan prosedur pengajuan gugatan.
“Penjatuhan selanjutnya (atasan hukum) akan datang dari Polres Semarang,” ujarnya.
Di sisi lain, status Aipda RZ dalam kasus pidana masih dalam tahap penyidikan.
“Iya penyidikannya terus, tapi meningkat,” ujarnya.
Terpisah, Direktur Reserse Kriminal Umum (Dirreskrimum) Polda Jateng Kombes Dwi Subajo mengungkapkan akan menggali makam pelajar GRO (17 tahun) yang dibunuh polisi.
Pembongkaran makam itu dilakukan sebagai bukti polisi menjebak Aipda RZ.
Ya, (kuburan) korban akan kami keluarkan secepatnya (GRO), prosesnya masih berjalan malam ini, kata Combes Devi dari Mapolda Jateng, Kamis (28 November 2024).
Devi mengatakan, pihaknya telah memeriksa tiga orang saksi.
Belakangan, kasus tersebut dipindahkan dari status penyidikan ke penyidikan.
“Kami belum menjadi tersangka, kami menunggu otopsi, tapi kami akan melakukan penyelidikan sebelum otopsi,” jelasnya.
Penggalian dilakukan pihak kepolisian wilayah Slagen.
Devi mengatakan pihak keluarga menyetujui proses penggalian tersebut.
Penggalian makam para korban dilakukan usai salat Jumat
Pada Jumat (29 November 2024), Polda Jawa Tengah melakukan penggalian kuburan seorang siswa SMK berinisial GRO (17), TPU Bangunrejo, Desa Salagen, Kecamatan Kalang Malang, Kabupaten Slagen.
Ayah dan kakek GRO, Siman (72), terlihat ikut serta dalam proses penggalian.
Sebelum dimulainya pemeriksaan, pihak kepolisian dan petugas medis menggelar doa bersama.
Kakek korban, Siman, menyatakan persetujuannya atas nama keluarga dan ingin polisi memindahkan makam Gro.
Dengan begitu, proses terkait peristiwa penyebab meninggalnya cucunya bisa berjalan lancar.
Siman tidak mengetahui penyebab kematian cucunya.
Oleh karena itu, ia bersedia melakukan otopsi untuk mengetahui penyebab kematian GRO.
“Demi keadilan, telah tercapai kesepakatan (penggalian makam),” ujarnya kepada Tribunjateng.com, Jumat (29/11/2024).
Ia tidak mengetahui kalau cucunya meninggal karena tertembak.
Ia melanjutkan, penyebab meninggalnya cucunya terungkap saat mendapat kabar yang beredar di masyarakat akan dilakukan penggalian makam.
Pihak berwenang tidak memberi tahu dia penyebab kematian cucunya ketika jenazahnya dibawa ke rumah duka di Kabupaten Slagen untuk dimakamkan.
Di sisi lain, dia tidak mengetahui apakah cucunya terluka.
“Buka, tapig rai tok (buka mukanya saja).
Sman mengatakan cucunya adalah orang yang pendiam dan penurut.
Biasanya cucu-cucunya pulang ke Slagen saat lebaran atau liburan sekolah.
“Anak yang pendiam, tidak nakal, patuh, jangan bicara kecuali kamu sedang bicara denganku,” ujarnya.
(geosurvey.co.id/Umam/Tribunjateng.com/Agus Iswadi/iwan Arifianto)