![kemendag-ungkap-ketergantungan-ri-terhadap-impor-untuk-penuhi-kegiatan-produksi_1025f0a.jpg](https://geosurvey.co.id/wp-content/uploads/2024/12/kemendag-ungkap-ketergantungan-ri-terhadap-impor-untuk-penuhi-kegiatan-produksi_1025f0a.jpg)
Laporan jurnalis TribuneNews.com Andrapta Pramudhyaj
geosurvey.co.id, JAKARTA – Indonesia masih menghadapi ketergantungan impor yang cukup besar untuk memenuhi kebutuhan bahan baku dan barang modal guna menunjang kegiatan manufaktur.
Mengutip data Badan Pusat Statistik (BPS), Menteri Perdagangan Budi Santoso mengungkapkan, hingga Oktober 2024, struktur impor Indonesia didominasi bahan baku atau barang penolong mencapai 72,58 persen dari total impor.
Setelah itu, barang modal sebesar 18,38 persen dan barang konsumsi sebesar 9,29 persen.
Impor pada bulan Oktober mengalami peningkatan dibandingkan bulan sebelumnya.
Secara bulanan, impor barang konsumsi meningkat 10,02 persen, bahan baku atau aksesoris sebesar 18,49 persen, dan barang modal sebesar 12,58 persen dibandingkan September 2024.
Menurut Budi, peningkatan tersebut mencerminkan peningkatan permintaan dalam negeri dan awal mula peningkatan aktivitas industri di dalam negeri.
Namun tingginya porsi bahan baku dan barang modal dalam struktur impor Indonesia juga menunjukkan bahwa negara ini masih sangat bergantung pada impor untuk mendukung kegiatan manufaktur.
Tingginya pangsa bahan baku dan barang modal dalam struktur impor menunjukkan Indonesia masih perlu mendukung kegiatan produksi dan investasi, kata Budi dalam rapat gabungan dengan Komisi VI DPR RI di Kompleks Parlemen, Senayan, Jakarta .” Pada hari Rabu. (20/11/2024).
Hal itu pun menarik perhatian Kavendra Lukistian, anggota Komisi VI DPR RI dari Fraksi Partai Gerindra.
Kavendra mengungkapkan, struktur impor yang masih didominasi bahan baku dan barang modal akan berdampak negatif terhadap nilai tukar rupee.
“Nah mudah-mudahan bisa fokus seperti itu dan sudah banyak kasusnya, seperti industri manufaktur kita yang sering bergantung pada impor, tekstil kita, elektronik,” ujarnya.
Ia mengatakan, Presiden Prabowo Subianto mengincar kemandirian di berbagai sektor seperti pangan dan energi.
Oleh karena itu, Kavendra berharap daerah lain juga dapat mengikuti langkah menuju kemandirian tersebut.
“Mudah-mudahan sektor-sektor yang berbeda secara bertahap akan mengikuti dengan cara yang lebih menguntungkan dan berpihak pada aktor lokal, industri lokal,” katanya.