Laporan reporter geosurvey.co.id, Aisyah Nursyamsi
geosurvey.co.id, JAKARTA – Anjuran pemeriksaan kesehatan jiwa bagi masyarakat minimal setahun sekali.
Tes ini merupakan langkah untuk mengetahui dengan cepat keadaan pikiran seseorang.
Sehingga apabila terdapat tanda-tanda gangguan jiwa, maka intervensi yang lebih cepat dan tepat dapat segera dilakukan.
Direktur Kesehatan Jiwa Kementerian Kesehatan Indonesia (Kemenkes), Dr. Menurut Imran Pambudi, MPHM, rekomendasi pemeriksaan kesehatan jiwa berlaku untuk semua lapisan masyarakat.
Mulai dari anak-anak hingga orang dewasa (dewasa). Ujian dapat dilakukan lebih dari sekali dalam setahun jika diperlukan.
“Tujuan pemeriksaan kesehatan jiwa adalah seluruh siklus kehidupan, mulai dari ibu hamil, ibu nifas, anak-anak, remaja, dewasa, dan lanjut usia,” kata dr. Imran, seperti dilansir dari laman resmi Kementerian Kesehatan, Jumat (25). /2019) 10/2024).
Untuk populasi yang berisiko mengalami masalah kesehatan mental seperti penderita penyakit kronis, tujuan utamanya adalah melakukan penelitian setahun sekali.
Namun lebih dari satu survei dapat dilakukan jika diperlukan.
Pemeriksaan kesehatan mental diperbolehkan lebih dari satu kali jika ada indikasi.
Khusus bagi ibu hamil, disarankan untuk melakukan tes kesehatan jiwa sebanyak tiga kali.
“Rinciannya dua kali pada masa kehamilan, seperti pada saat pemeriksaan kehamilan pada bulan pertama, kunjungan antenatal care (ANC) ke-1 dan pada bulan ketiga, kunjungan ANC ke-5,” kata Imran.
Kemudian periksa kembali pada masa nifas, yaitu pada saat pelayanan ketiga dilakukan 8-28 hari setelah melahirkan (KF-3).
Selain itu, Imran Pambudi mengatakan masyarakat dapat mengakses layanan skrining kesehatan jiwa di puskesmas.
Peluang ini tidak hanya terbatas pada puskesmas di kota besar, namun juga pada puskesmas daerah.
Pemeriksaan kesehatan jiwa dan tindak lanjut hasil pemeriksaan merupakan salah satu dari empat program pencegahan kesehatan jiwa yang dilakukan oleh tenaga kesehatan di puskesmas.
“Jadi semua puskesmas bisa melaksanakan proyek penelitian ini, tidak hanya puskesmas di kota besar saja,” ujarnya.