Dilansir reporter geosurvey.co.id, Rina Ayu
geosurvey.co.id, Jakarta – Kementerian Kesehatan (Kemenkes RI) melaporkan kualitas udara di Jabod Tabek selama dua tahun terakhir telah melampaui batas keamanan Organisasi Kesehatan Dunia.
Situasi ini menyebabkan peningkatan penyakit pernafasan seperti ISPA selama setahun terakhir.
Mengutip data Nafas Indonesia 2023, kasus ISPA di Jakarta mencapai 200.000 kasus, dibandingkan sebelum pandemi Covid-19 yang hanya 50.000 kasus ISPA.
“Kita perlu bekerja sama untuk mengatasi masalah kualitas udara di Jakarta dan beberapa kota besar di Indonesia,” kata Anas Maruf, Direktur Lingkungan Hidup dan Kesehatan Kementerian Kesehatan, dalam sebuah acara di kantor BMKG Jakarta. , Selasa (15 Oktober 2024).
Ia menjelaskan, polusi udara dalam dan luar ruangan berdampak buruk bagi kesehatan manusia di segala usia.
Kelompok yang paling rentan adalah lansia dan anak-anak.
Pada awal kehidupan, penyakit ini dapat menyebabkan asma dan infeksi saluran pernafasan.
Pada orang dewasa, penyakit ini mungkin disebabkan oleh stroke, penyakit kardiovaskular, dan bronkitis kronis.
“Strategi adaptif untuk mengelola dampak kesehatan dari kualitas udara yang buruk adalah dengan menyediakan layanan kesehatan untuk penyakit terkait polusi udara (COPD, asma, pneumonia) di layanan primer dan primer manajemen,” kata Anas.
Selain itu, Anas mengatakan kualitas udara yang buruk dapat menurunkan angka harapan hidup masyarakat sebanyak 2-3 tahun.
Oleh karena itu, kita perlu bekerja sama untuk meningkatkan kualitas udara di sekitar kita demi kehidupan yang sehat.
Meningkatnya polusi udara adalah salah satu masalah terbesar saat ini.
Tidak ada keraguan bahwa kualitas udara yang buruk berdampak pada kesehatan masyarakat.
Soalnya, penyakit kardiovaskular, penyakit paru-paru, segala macam penyakit langsung dan tidak langsung bisa terjadi. Salah satu faktor risikonya adalah kualitas udara, katanya.