Laporan koresponden geosurvey.co.id Aisha Nursiyamsi
geosurvey.co.id, JAKARTA – Kementerian Kesehatan (Kemenkes) RI telah menerbitkan “Pedoman Teknis Pemantauan Kegiatan MPASI Anak Usia 6-23 Bulan” pada tahun 2024.
Petunjuk teknis ini bertujuan untuk meningkatkan pemantauan dan perbaikan praktik pemberian ASI (MPASI) pada anak usia 6-23 bulan di Indonesia.
Direktur Kesehatan, Kesehatan Ibu dan Anak (KIA), Kementerian Kesehatan India, Dr. Lovely Daisy, M.K.M., mengatakan pemberian MPASI harus memenuhi empat syarat utama, antara lain:
1. Waktu yang tepat
MPASI diberikan ketika ASI saja tidak dapat memenuhi kebutuhan nutrisi bayi, dimulai pada usia enam bulan.
“Departemen Kesehatan menyatakan bahwa MPASI sebaiknya diberikan sejak usia enam bulan karena pada usia enam bulan terdapat gap antara kuatnya kebutuhan bayi dengan apa yang dapat dicapai hanya dengan ASI saja. sebagian besar pedomannya ada di Amerika,” kata Daisy dalam situs resmi yang dipublikasikan, Kamis (19/12/2024). “Eropa merekomendasikan memulai MPASI pada usia enam bulan.”
Jamil mengingatkan, ada satu hal yang perlu kita perhatikan, yaitu jika MPASI diberikan terlalu dini, maka risiko kontaminasi patogen akan meningkat.
Sebaliknya, jika terlalu memaksakan pemberian MPASI, bayi tidak akan mendapatkan nutrisi yang dibutuhkannya untuk tumbuh dan berkembang.
Menurut Pedoman WHO tahun 2023 tentang Makanan Pendamping ASI pada Bayi dan Anak Kecil usia 6–23 bulan, pemberian MPASI pada usia kurang dari 6 bulan mungkin berbahaya.
“Jika bayi gagal tumbuh subur jika diberi makanan (usus bayi belum siap mencerna makanan), maka ada peningkatan risiko penyakit akibat penyakit rahim, seperti diare dan alergi,” kata Daisy.
“Jadi kualitas MPASI lebih rendah dibandingkan ASI, apalagi jika makanannya cair, kandungan makanannya rendah, dan risiko obesitas meningkat.”
2. Itu perlu
Pemberian MPASI yang cukup berarti MPASI tersebut harus mampu menyalurkan energi, protein, dan zat gizi mikro untuk pertumbuhan dan perkembangan anak yang optimal.
Pemberian MPASI harus mempertimbangkan usia anak, ukuran, frekuensi, konsistensi/tekstur, dan perbedaan keragaman makanan.
3. Keamanan
MPASI harus disiapkan dan ditangani dalam kondisi higienis dan diberikan menggunakan tangan dan peralatan yang bersih.
Kunci pola makan yang aman, termasuk memisahkan makanan mentah dan makanan matang.
Gunakan bahan pangan segar dan masak hingga matang, misalnya daging sapi, ayam, telur, dan ikan.
4. Diberikan dengan cara yang benar
Artinya MPASI harus memenuhi persyaratan khusus, lingkungan yang mendukung, dan nutrisi yang tepat.
Jadwal yang ditetapkan adalah rencana makan yang mencakup camilan terjadwal. Jadwalkan lingkungan yang mendukung, misalnya hindari makan berlebihan meski hanya makan 1-2 suap, dan dengarkan tanda-tanda anak lapar dan kenyang. Manajer cantik Daisy.
“Selain itu, diperlukan teknik pemberian makan yang benar, seperti makan dalam porsi kecil dan mendorong anak untuk makan sendiri, dimulai dengan memberikan makanan ringan yang dapat ditoleransi.”
MPASI memerlukan keberagaman
Menurut Manajer Nutrisi KIA Lovely Daisy, ada beberapa hal yang perlu diperhatikan dalam menyiapkan MPASI, antara lain kebersihan dan hidrasi.
Pilihlah makanan yang mengandung karbohidrat, protein hewani, protein nabati, lemak, vitamin dan mineral, terutama zat besi dan zinc.
“Perlu juga diperhatikan pemberian minyak/lemak sebagai sumber energi yang baik. Hal ini memperkuat nutrisi MPASI, tanpa menambah jumlah MPASI yang diberikan,” ujarnya.
“Jadi teksturnya mempertimbangkan kekuatan rangsangan (pergerakan otot rongga mulut) dan penggunaan gula dan garam dibatasi,” lanjut Lovely.
Daisy terus memenuhi kebutuhan nutrisi bayi, dan MPASI harus berbeda.
Dalam hal ini setidaknya mengandung 5 dari 8 kelompok makanan, yaitu ASI, biji-bijian, kacang-kacangan, susu, daging, telur, sayuran kaya vitamin A, dan masih banyak lagi buah dan sayur.
“Perlunya variasi makanan dalam MPASI, karena tidak ada satu makanan pun yang memberikan nutrisi yang baik. Selain itu, pastikan MPASI mengandung telur, ikan, atau daging. Karena konsumsi protein hewani berhubungan positif dengan penurunan risiko terjadinya alergi , ”pungkasnya.