Hal ini diberitakan oleh Wartawan geosurvey.co.id Endrapta Pramudiaz
Tribunius.
Menurut Menteri Perindustrian Agus Gumiwang Kartasasmita, permasalahan utama adalah antara permintaan garam dari kalangan industri dan produksi garam petani lokal.
Pada hari Senin, dia berkata: “Kita juga harus ingat bahwa industri sedang mencari definisi garam industri. Ini harus memenuhi definisi petani garam dan pertumbuhan industri.” 18/11/2024).
Reni Yanita, Plt Direktur Jenderal Perindustrian Kementerian Kimia, Kimia dan Tekstil (IKFT) dalam pertemuan di tempat yang sama mengatakan, industri membutuhkan garam dengan definisi sangat tinggi.
Khususnya dalam hal natrium klorida (NaCl), harus berkualitas tinggi.
Rennie juga menjelaskan bagaimana para petani garam mengolah dan mengekstraksi garam tersebut.
Jika jadwal tanam dan panen tidak diikuti dengan benar, kadar NaCl yang dihasilkan mungkin lebih rendah dari yang dibutuhkan.
“Sebenarnya garam ini mengandung NaCl, kalau tidak diolah dengan baik, rendemennya tidak bagus, bisa saja NaClnya rendah. Sementara itu, industri membutuhkan spesifikasi NaCl 97% ke atas,” ujarnya.
Selain permasalahan tertentu, juga terjadi kekurangan garam yang diproduksi dalam negeri.
Kebutuhan garam sekitar 4,9 juta ton per tahun, dan produksi lokal hanya akan mencapai 2,5 juta ton pada tahun 2023.
Artinya, ada kekurangan sekitar 2,4 juta ton yang harus dipenuhi melalui impor.
Artinya, ada defisit sekitar 2,4 juta. “Jika Anda hanya mengatakan, ‘Kita punya lautan, banyak garam’, itu tidak mudah,” kata Rennie.
Meski mengalami kemunduran, Kementerian Perindustrian tetap menargetkan peningkatan IPG kepada petani lokal mulai tahun ini hingga tahun depan.
Total pendapatannya diproyeksikan mencapai 768.285,42 ton pada tahun 2024 dan 775.702,39 ton pada tahun 2025.
“Jadi ada rencana impor yang ditingkatkan. Kami berharap semakin banyak pabrik yang bisa memasok garam sesuai spesifikasi yang dibutuhkan industri,” kata Rennie.
Harapannya garam yang diperlukan bisa diperoleh di dalam negeri
Seperti diketahui, pemerintah menargetkan dapat memenuhi kebutuhan garam seluruh negara pada tahun 2024. Sementara Kementerian Air dan Perikanan menargetkan pasokan 2 juta ton pada tahun ini.
Kusdiantoro, Sekretaris Administrasi Umum Kelautan dan Samudera Kementerian Air dan Perikanan, mengatakan pada tahun 2023, KKP menargetkan produksi garam sebanyak 1,7 juta ton.
“Akhir 2023 kita produksi 2,5 juta ton. Artinya lebih dari $800.000,” kata Kusdiantoro di Jakarta, Selasa (30/7/2024).
Sedangkan pada tahun 2024, kata Kusdiantoro, KKP menargetkan produksi sebanyak 2 juta ton atau lebih dari target tahun 2023.
Kusdiantoro mengatakan, “Sekarang sedang diproses, bulan September sudah panen, mudah-mudahan kita bisa panen.”
Untuk itu, pemerintah mengambil langkah untuk meningkatkan produksi garam. Hal ini mencakup pengumpulan data, pembangunan cadangan garam nasional, cadangan garam manusia, perluasan tambak garam, dan konsolidasi tambak garam.
“Jadi terintegrasi dari produksi hingga daur ulang,” jelas Cusdiantoro.
Menurut Kusdiantoro, agar garam bisa tercukupi, pemerintah perlu melakukan penataan ulang untuk mempertimbangkan arah garam bagi industri dan masyarakat.
“Kalau ada standarnya, kita bisa dengan mudah menampung lebih dari 2 juta ton di industri dan kita dorong penggunaan ribuan itu, bersama Kementerian Perdagangan dan Kementerian Perekonomian Bersama,” kata Kusdiantoro.
Diketahui, tujuan swasembada garam tertuang dalam Keputusan Presiden Nomor 126 Tahun 2022 tentang Percepatan Pengembangan Garam Tanah Air. Arahan ini mengamanatkan pemerintah pusat dan daerah untuk mempercepat pengembangan garam.
Permintaan garam pada tahun 2024 harus dipenuhi oleh garam yang diproduksi oleh petani garam dan perusahaan komersial di dalam negeri.
Menurut Kementerian Air dan Perikanan, negara ini membutuhkan sekitar 4,5 juta ton garam per tahun.
Di antara indikator-indikator tersebut, pabrik klor-alkali (CAP) merupakan yang paling banyak menggunakan garam, yakni antara 2,2 juta hingga 2,3 juta ton per tahun, konsumsi garam 1,5 juta ton per tahun, dan aneka pangan mencapai 500.000. – 700.000 ton.