geosurvey.co.id, JAKARTA – Belakangan ini ramai diberitakan tentang ditemukannya residu pestisida, termasuk klorpirifos, di Thailand oleh Thai Pesticide Alert Network (Thai-PAN) pada buah anggur Chinese Shine Muscat.
Terkait hal tersebut, Dr. Liferdi Lukman, S.P., M.Si, Direktur Departemen Buah dan Florikultura Kementerian Pertanian Republik Indonesia (Kementa), mengatakan bahwa petani lokal di Indonesia telah membudidayakan semua jenis anggur dari luar. atau diimpor.
Kita bisa memperkuat semua jenis anggur impor dan membuahkan hasil. Kita berhasil memproduksi 120 varietas, ujarnya usai konferensi pers anggur Shine Muscat bersama Badan Pangan Nasional (BPOM). Badan (Bapanas) dan Badan Karantina se-Indonesia di Jakarta, Senin (4 November 2024).
Liferdi menambahkan, ke depan Indonesia juga siap melakukan substitusi buah-buahan impor untuk segera menggantikan buah-buahan impor dari luar negeri. FYI, substitusi buah impor merupakan upaya memenuhi permintaan buah-buahan dengan memproduksi buah-buahan lokal di dalam negeri.
“Ternyata hasil analisa yang digunakan dalam budidaya kita aman dikonsumsi. Artinya ke depan kita siap menggantikan buah impor,” lanjutnya.
Selain itu, lanjutnya, buah lokal ini mempunyai keunggulan. “Kita punya keunggulan karena wine kita bisa dibuat setengah tahun, sedangkan di negara asal hanya bisa diproduksi setahun sekali,” ujarnya.
Saat ini, Lukman mengatakan, sudah ada 250 orang yang menanam anggur dan sudah berproduksi. Untuk inovasi dan teknologi menggunakan pertanian organik.
Lukman mengatakan, tanaman yang dibudidayakan 100 persen aman karena organik dan minimal menggunakan bahan kimia seperti pestisida.
“Kemudian kita menggunakan teknologi tradisional Thailand. (Mulai) pemupukan, pestisida dan tindakan Thailand karena harga pestisida lebih mahal,” tutupnya.