geosurvey.co.id – Militer Korea Utara (Korut) pada Selasa (15/10/2024) mengebom dua jalan utama yang menghubungkan Pyongyang dan Korea Selatan.
Ledakan di pinggir jalan tersebut merupakan cerminan dari meningkatnya kebencian Korea Utara terhadap pemerintah konservatif Korea Selatan setelah Korea Selatan menuduh Korea Selatan mengirimkan drone untuk memata-matai Pyongyang.
Sebuah video yang dibagikan oleh Kementerian Pertahanan Korea Selatan menunjukkan beberapa ledakan di jalan-jalan di utara garis demarkasi militer yang memisahkan kedua Korea.
Daftar jalan yang dibom Korea Utara termasuk Jalan Gyeonggi di pantai barat, Jalan Donghae di pantai timur, dan dua jalan raya utama serta jalur kereta api yang menghubungkan wilayah utara dengan serangan militer Kim.
Sebelum menghancurkan jalan tersebut, Korea Selatan menyatakan ada tanda-tanda bahwa Korea Utara siap menghancurkan jalan yang menghubungkan kedua negara tersebut.
“Sebelum ledakan terjadi, militer Korea Selatan mendeteksi orang-orang yang bekerja di balik penghalang jalan di sepanjang perbatasan Korea Utara,” kata juru bicara JCS Lee Sung-jung, seperti dikutip CNN International.
Para analis mengatakan penghancuran jalan tersebut merupakan tanda meningkatnya kebencian Korea Utara terhadap pemerintah konservatif Korea Selatan.
Pemimpin Korea Utara Kim Jong-un bahkan berjanji akan memutuskan hubungan dengan Korea Selatan dan mengabaikan tujuan reunifikasi Korea secara damai.
FYI, hancurnya jalan penghubung kedua Korea bukanlah serangan pertama yang dilakukan Pyongyang terhadap simbol kerja sama.
Pada tahun 2020, Korea Utara menghancurkan kantor penghubung antar-Korea yang dibangun Korea Selatan di utara perbatasan sebagai tanggapan terhadap kampanye pamflet sipil Korea Selatan.
Tidak berhenti di situ, pada tahun 2018 Korea Utara menghancurkan terowongan di lokasi uji coba nuklir saat diplomasi nuklir dimulai dengan Amerika Serikat.
Kemudian pada tahun 2008, Korea Utara meledakkan menara pendingin di kompleks nuklir yang berbatasan dengan Korea Selatan, sehingga memicu ketegangan diplomatik di Asia Tenggara. Korea Selatan membalas
Menanggapi serangan bom pinggir jalan Korea Utara, militer Korea Selatan mengatakan “pembalasan” dimulai Selasa pagi di dekat perbatasan yang dibentengi dengan Korea Utara (Korea Utara).
Serangan balasan terjadi setelah militer Pyongyang memotong sebagian jalan yang berbatasan dengan kedua negara.
“Pasukan kami tidak mengalami korban jiwa, dan pasukan kami membalas di wilayah selatan MDL,” kata Kepala Staf Gabungan Korea Selatan dalam sebuah pernyataan.
Mengantisipasi kedatangan Korea Utara, Kepala Staf Gabungan Korea Selatan mengungkapkan dalam pernyataannya bahwa pihaknya sedang berkoordinasi dengan militer AS. Korea Utara menuduh Korea Selatan mengirimkan drone mata-mata
Korea Utara menuduh Korea Selatan menerbangkan drone di atas Pyongyang, menyebarkan selebaran propaganda yang berisi “rumor yang menyala-nyala dan sampah”.
Informasi tersebut muncul setelah Rodong Shinmun dan Korea Central Television menunjukkan selebaran anti-Korea Utara yang dijatuhkan dari drone dan pesawat di langit malam di Pyongyang.
Tak lama setelah unggahan tersebut, Kementerian Luar Negeri Korea Utara menyebut drone pengintai Korea Selatan terdeteksi di Pyongyang pada 3 Oktober, serta pada Rabu (9/10) dan Kamis (10/10).
Kementerian Luar Negeri Korea Utara menuduh Korea Selatan melanggar kedaulatan dan keamanan “suci” mereka.
Hal ini dianggap sebagai “provokasi yang tidak bertanggung jawab dan berbahaya yang dapat menyebabkan konflik tidak bersenjata dan perang antara kedua belah pihak.”
Oleh karena itu, Korea Utara diperintahkan untuk melancarkan serangkaian serangan balik, termasuk menyiapkan “tindakan ofensif habis-habisan” yang dianggap mampu menghancurkan sisi selatan perbatasan dan militer Korea Selatan.
(geosurvey.co.id/ Namira Yuniya)