Wartawan geosurvey.co.id Rina Ayu melaporkan
geosurvey.co.id, JAKARTA – Intan Hassana (28) berhasil selamat dari kanker limfoma Hodgkin. Di usianya yang masih muda, ia didiagnosis mengidap kanker limfoma Hodgkin stadium lanjut.
Butuh waktu 7 tahun dan puluhan prosedur agar Intan bisa sembuh total.
Intan menjalani 7 kali operasi, 29 sesi kemoterapi, dan 70 sesi radiasi.
Betapa panjang dan sulitnya perjalanan untuk mendapatkan diagnosis yang tepat bahwa itu adalah kanker limfoma Hodgkin, ujarnya saat ditemui dalam acara edukasi media di Jakarta, Kamis (26/9/2024).
Di awal ceritanya, Intan mengungkap dirinya didiagnosis mengidap TBC melalui biopsi.
Saat itu, ia mengalami benjolan sebesar 2 kelereng di leher kanannya dan mengalami demam parah selama 3 hari.
“Akhirnya saya rutin minum obat selama 8 bulan, lalu saya ke rumah sakit untuk tindak lanjut. Namun seiring berjalannya waktu, kondisi saya semakin memburuk hingga saya koma dan berakhir di ICU, kata Inton.
Ketika kondisinya tak kunjung membaik, keluarga Intan memutuskan untuk memeriksakan diri kembali ke dokter dan rumah sakit lain dan mendapat diagnosis limfoma Hodgkin.
“Anehnya, saat itu sudah stadium 4. Saya lega, tapi ini baru awal perjalanan saya menuju diagnosis, karena saya dirawat sambil aktif sekolah, kuliah, dan bekerja,” jelas wanita tersebut di Pekanbaru. .
Dokter spesialis hematologi-onkologi RSCM Jakarta Andhika Rachman membenarkan kasus limfoma Hodgkin di Indonesia masih underdiagnosis.
Banyak pasien baru datang ke dokter setelah penyakitnya sudah lanjut.
“Banyak yang salah diagnosis karena gejalanya tidak spesifik dan seringkali menyerupai penyakit lain seperti TBC,” kata dr Andhika.
Masyarakat harus mewaspadai beberapa gejala limfoma Hodgkin seperti benjolan di area kelenjar getah bening yang mungkin disertai gejala sistemik seperti suhu di atas 38 derajat yang tidak diketahui penyebabnya, keringat malam yang berlebihan. , dan kehilangan lebih dari 10 persen berat badan selama 6 bulan berturut-turut karena diet atau penyakit lainnya.
“Jika Anda mengalami gejala-gejala tersebut, segera temui dokter untuk pemeriksaan lengkap. Karena semakin cepat limfoma Hodgkin terdeteksi, semakin besar peluang untuk memulai pengobatan yang tepat dan semakin tinggi tingkat kelangsungan hidup pasien,” kata dr Andhika.
Shinta Karolin, Head of Patient Value Access PT Takeda Indonesia menegaskan, komitmen mendukung pengobatan limfoma Hodgkin di Indonesia memerlukan kerja sama dengan seluruh pihak terkait untuk meningkatkan kesadaran akan limfoma Hodgkin di kalangan masyarakat Indonesia.
“Melalui program kesadaran media ini, kami berharap dapat mengedukasi masyarakat tentang pentingnya deteksi dini limfoma Hodgkin, serta membantu pasien melawan kanker ini,” kata Shinta.