Laporan reporter geosurvey.co.id Dennis Destriavan
geosurvey.co.id, JAKARTA — Kementerian Kelautan dan Perikanan (KKP) memaparkan data yang menunjukkan neraca sektor perikanan Indonesia mengalami surplus selama lima tahun terakhir.
Kepala Badan Pengendalian dan Pengawasan Mutu Produk Kelautan dan Perikanan Ishartini mengatakan pada tahun 2023, ekspor produk ikan Indonesia sebesar 5,63 miliar dolar.
Impor kita hanya 0,7-0,65, sangat sedikit, kata Ishartini di kantor KKP, Jakarta Pusat, Kamis (24/10/2024).
Nilai impor juga terdiri dari ikan tenggiri, salmon, dan kepiting. Hal itu, menurut Ishartini, hanya untuk mengisi pasarnya yang jenisnya tidak ada di Indonesia.
Ishartini menjelaskan ekspor perikanan Indonesia antara lain udang yang nilainya mencapai $1,73 miliar pada tahun 2023.
“Tuna, tuna sirip biru, tuna albacore bernilai US$927,13 juta, sedangkan cumi-cumi, sotong, dan gurita bernilai US$762,58 juta pada tahun 2023,” kata Ishartini.
Ishartini mengatakan ekspor tertinggi Indonesia tercatat pada tahun 2022 yakni mencapai $6,24 miliar.
Angka tersebut tercatat sebagai kenaikan terbesar karena ekspor pada 2018 hanya sebesar US$ 4,86 miliar, tambahnya.
$4,94 miliar pada tahun 2019, diikuti oleh $5,21 miliar pada tahun 2020 dan $5,72 miliar pada tahun 2021.
Tren 5 tahun terakhir sekitar 5 poin, 5 poin, tertinggi 2022 kita mencapai $6,24 miliar dan 2023 mencapai $5,63 miliar, jelas Ishartini.
Impor produk ikan Indonesia kurang dari US$1 miliar dalam 5 tahun terakhir, dan diperkirakan akan mencapai US$0,7 miliar pada tahun 2022.
Impor terendah untuk tahun 2020 sebesar 0,41 miliar dolar, tambahnya.
Tiga produk teratas terdiri dari makarel seharga $136,97 juta, salmon seharga $76,49 juta, dan kepiting seharga $72,08 juta.