
Jakarta -Komisi Kepolisian Nasional (Commolnas) mengatakan bahwa insiden yang menerbitkan Jakarta AKBP Bintoro Selatan, Departemen Investigasi Kriminal Polisi Metro Jakarta Selatan, tidak terlihat.
Komisaris Komponen, Paduan suara Mohammad, mengatakan kepada wartawan di sesi sore (KKEP) pada hari Jumat, 2 Januari 2012.
“Jika itu bertanya, lebih dekat dengan tekanan atau lebih dekat dengan suap. Kami melihat struktur cerita, tetapi jika Anda masih perlu memeriksanya, itu lebih dekat dengan suap.”
Anam mengatakan peran petugas polisi sangat penting dalam kasus ini.
Menurutnya, 21 saksi diuji hari ini di Sesi Etika Bintoro.
Deskripsi sesi etika dirinci dalam tingkat penyuapan, produk, dan produk terkait.
“Kita dapat mengharapkan banyak dokumen referensi untuk menguji ini, dan saya berharap banyak perakitan etis akan dapat menyelesaikan peristiwa dan peristiwa optimal dan menjatuhkan sanksi secara akurat dan optimal. Inilah yang kami harapkan.”
Anam tidak bisa membebaskan Bintoro, dan empat petugas polisi menerima uang nominal.
“Kemudian, semua saksi akan ditolak, apakah tersangka dicurigai, dan kemudian memenuhi angka yang stabil nanti. Jika tidak, jika tidak, jika tidak, jika tidak, jika tidak. “
Sebelumnya, Metro Propam Pold Jaya menyelenggarakan sidang dari bekas Divisi Investigasi Kriminal Polisi Jakarta Selatan AKBP Bintoro dan empat anggota lain dari kemungkinan kejahatan.
Ade Ary Syam Indri, kepala Metro Jaya PR PR, mengatakan sidang etis akan diadakan hari ini (2 Januari 2010).
“Probe pada proposal pada hari Jumat memiliki kode etis untuk para tersangka,” katanya.
Ade mengatakan bahwa para tersangka adalah lima anggota untuk bertarung.
Ade berkata, “AKP M, seorang perwira polisi kereta bawah tanah dari empat tambalan, mantan Kanit Selatan Jakart, tidak diciptakan.”
Selain AKBP Bintoro dan AKP M, AKBP G (mantan karyawan kepolisian Jakarta Kasat Rskrim), Z (Kanit Revesrim Polisi Jakarta Korea Selatan Selatan) dan ND (Revesrim Patro Metro Jakarta POLISI)). Di daerah itu
Pelanggaran Kode Etik dimungkinkan dalam bentuk penyalahgunaan kekuasaan, yang diduga dari pihak lain.