TRIBUNNEWS.
Situasi ini tentu akan berdampak pada perekonomian Indonesia. Selain itu, terdapat beberapa kebijakan ekonomi yang mempengaruhi daya beli masyarakat kelas menengah di Tanah Air.
Dalam konteks ini, penting bagi kelas menengah Indonesia untuk mengambil langkah-langkah strategis agar dapat bertahan dan tetap relevan di tengah ketidakpastian ini.
Menurut ekonom kawakan UPN Jakarta dan pakar kebijakan publik Ahmad Nur Hidayat, kebijakan yang diterapkan pemerintah pada tahun 2024 akan berdampak langsung pada kelas menengah pada tahun depan.
Salah satu kebijakan yang paling menonjol adalah menaikkan tarif pajak pertambahan nilai (PPN) menjadi 12 persen pada tahun 2025.
Menurut dia, kebijakan tersebut meski bertujuan untuk meningkatkan pendapatan negara, namun menimbulkan efek domino berupa kenaikan harga barang dan jasa di pasar.
Dampaknya tidak hanya dirasakan oleh masyarakat miskin, tetapi juga masyarakat kelas menengah yang merupakan tulang punggung konsumsi dalam negeri. Ketika harga bahan pokok naik maka belanjanya hilang sehingga mengancam pertumbuhan ekonomi global, kata Ahmad, seperti dikutip dari Antara. Sabtu. (28/12/2024).
Ia mengatakan pemotongan subsidi energi akan menambah beban kelas menengah. Pemerintah telah mengubah mekanisme bahan bakar minyak (BBM) dan subsidi listrik berdasarkan Nomor Induk Nasional (NIK).
Meskipun kebijakan ini dirancang untuk memastikan subsidi lebih tepat sasaran, banyak masyarakat kelas menengah yang sebelumnya menikmati subsidi kini harus menghadapi kenaikan biaya energi.
“Kondisi ini memaksa mereka menghabiskan sebagian besar pendapatannya untuk kebutuhan pokok sehingga menurunkan kemampuan mereka dalam berinvestasi dan menabung,” ujarnya.
Selain itu, ia mengatakan Program Perlindungan Perumahan Rakyat (Tapera) yang akan dilaksanakan pada tahun 2024 juga menjadi sumber tekanan baru.
Program ini mengharuskan karyawan dan pengusaha menyisihkan sebagian pendapatannya untuk dana perumahan.
“Meskipun bertujuan untuk memperluas akses terhadap perumahan yang baik, program ini menambah beban ekonomi bagi kelas menengah, terutama mereka yang memiliki kuota atau kewajiban keuangan lainnya. Dampak kebijakan ini akan lebih besar pada tahun 2025, dengan penurunan daya beli yang signifikan. “
Apa yang dapat dilakukan kelas menengah untuk menyongsong tahun 2025?
Menurut Ahmad, ketidakpastian perekonomian global dan ketatnya politik dalam negeri membuat masyarakat kelas menengah harus lebih pintar mengelola keuangannya.
Langkah pertama adalah memilah prioritas pengeluaran Anda.
Dalam hal ini, kebutuhan dasar harus menjadi fokus utama, sementara pengeluaran untuk barang-barang konsumsi yang tidak mendesak harus dikurangi.
Membuat anggaran bulanan yang ketat dapat membantu menjaga pengeluaran agar tidak melebihi pendapatan, namun tetap memberikan ruang untuk tabungan.
Selain itu, diversifikasi sumber pendapatan juga merupakan solusi penting.
Kelas menengah harus mencari peluang bisnis sekunder atau investasi aktif yang memberikan risiko rendah namun pendapatan stabil.
Berinvestasi pada reksa dana pendapatan tetap atau obligasi pemerintah bisa menjadi pilihan yang aman di tengah ketidakpastian ekonomi.
Manfaatkan juga peluang dalam ekonomi digital, seperti wirausaha atau menjual produk secara online, untuk meningkatkan penghasilan Anda.
Ia mengatakan, peningkatan literasi keuangan juga penting untuk bertahan di masa tekanan ekonomi.
Dengan pemahaman yang lebih baik mengenai pengelolaan keuangan, investasi dan perlindungan aset, konsumen kelas menengah dapat menghindari jebakan keuangan yang dapat memperburuk situasi keuangan mereka di masa depan.
“Jangan menggunakan kartu kredit atau pinjaman untuk kebutuhan konsumtif, dan utamakan tabungan dana darurat,” ujarnya.
Ia juga mengatakan, kebijakan negara harus digunakan secara bijak.
Pastikan data pribadi Anda terdaftar dengan benar untuk mengakses subsidi energi atau bantuan sosial.
Bagi pemilik usaha kecil, manfaatkan fasilitas pinjaman usaha berbunga rendah (KUR) yang populer untuk menjamin kelangsungan usaha.
“Berkolaborasi dengan masyarakat atau koperasi juga dapat membantu menciptakan jaringan dukungan yang kuat dalam menghadapi kesulitan ekonomi,” ujarnya.