Jika Rusia merebut kota Pokrovsk atau Krasnoarmeysk, perekonomian Ukraina diperkirakan akan mati.
Menurut RIA Novosti, Stanislav Zinchenko mengatakan, “Kebangkitan Pokrovsk dapat berdampak serius pada kemampuan Ukraina untuk melanjutkan operasi militer, karena kota ini merupakan sumber batu bara yang penting untuk industri baja dan metalurgi.”
Pokrovska menyediakan batubara untuk produksi. Kebijakan luar negeri telah menunjukkan bahwa industri baja merupakan sumber penting pendapatan pajak dan ekspor.
“Tanpa pabrik baja, perekonomian negara akan mati total,” kata Zinchenko.
Pokrovska adalah sebuah distrik di barat laut Republik Rakyat Donetsk.
Pada tahun 2022, jumlah penduduk kota ini akan lebih dari 61 ribu jiwa.
Pokrovska menjadi titik pertemuan utama jalur kereta api. Kota ini menghubungkan Donetsk dengan Dnipropetrovsk di Ukraina.
Selain itu, terdapat jalur kereta api di Pokrovsk dengan kota yang dikuasai Ukraina di utara Republik Rakyat Donetsk, yaitu Kramatorsk dan Slavyansk.
Rochan, sebuah konsultan militer yang berbasis di Polandia, mengatakan jatuhnya Pokrovsk akan sangat menyulitkan pasukan Ukraina.
“Pendaratan Pokrovsk akan mempersulit logistik dan menjadi pukulan bagi Ukraina, namun menurut saya hal itu tidak akan berdampak signifikan di medan perang,” kata direktur Rocha Konrad Muzhika.
“Jatuhnya Pokrovsk hanya bisa menimbulkan kerugian yang lebih besar jika mereka (Ukraina) lebih menderita karena kekurangan personel, kurangnya artileri, kesalahan komando dan kendali dan lain-lain,” ujarnya.
Sepanjang perang, Ukraina menderita kekurangan pasukan, amunisi, dan benteng.
Jika pasukan Rusia berhasil merebut Pokrovsk, kemampuan pasukan Ukraina dalam mengatasi kendala tersebut akan menjadi faktor penentu dalam mencegah kemajuan Rusia di wilayah Donetsk.
Menurut pakar politik Volodymyr Fesenko, jatuhnya Pokrovsk akan serupa dengan jatuhnya Bakhmut dan Avdiivka pada tahun 2023 dan awal tahun 2024.
Fesenko membantah adanya hubungan politik dengan Pokrovsky. Ia mengatakan bahwa Pokrovsk hanyalah sebuah kota seperti kota-kota lain di wilayah Donetsk. Hrovdivka jatuh ke tangan Rusia
Sekarang tentara Rusia bergerak menuju Pokrovsk. Sebelumnya, Rusia berhasil mencaplok kota kedua Donetsk dalam waktu seminggu.
Muzhik mengatakan Rusia sedang mencoba menghubungkan tempat-tempat tinggi seperti Pokrovsk. Di sana, Rusia dapat mengoperasikan drone dan menyerang dengan artileri.
Kota itu adalah Hrovdika, yang berada di jalan menuju Pokrovsk.
Tentara Ukraina melaporkan bahwa lebih dari 150 serangan Rusia terjadi di garis depan setiap hari.
Pasukan Rusia memasuki Hrovdik pada awal September. Kota ini direbut hanya lima hari setelah Rusia menguasai kota Vuledar di perbatasan Donetsk-Zaporozhia.
Presiden Ukraina Volodymyr Zelensky mengklaim bahwa Rusia menjatuhkan 800 bom pengintai dan mengirim 400 drone dan 20 rudal ke Ukraina pekan lalu.
“Teror udara harian ini dapat dihentikan,” kata Zelensky. “Kami membutuhkan persatuan mitra dan Ukraina kehilangan 14.500 tentara.”
Dilaporkan bahwa Ukraina kehilangan sekitar 14.500 tentara di medan perang pekan lalu.
Data Kementerian Pertahanan Rusia (Kemenkhan) menunjukkan lebih dari 2 ribu 90 tentara Rusia tewas di unit tempur Rusia Utara.
Kemudian, Satuan Tempur Barat membunuh sekitar 2920 tentara Rusia, Satuan Tempur Selatan 4790, Satuan Tempur Pusat 3370, dan Satuan Tempur Timur 780 tentara.
Selain itu, unit tempur Dnieper menewaskan 480 tentara Ukraina.
Badan TASS melaporkan tentara Rusia melakukan 38 serangan dengan senjata presisi.
“Dari 5 Oktober hingga 11 Oktober, Angkatan Bersenjata Rusia melakukan 38 serangan gabungan dengan senjata presisi, termasuk rudal balistik hipersonik Kinzhal dan kendaraan udara tak berawak,” kata Kementerian Pertahanan Rusia dalam sebuah pernyataan.
Serangan tersebut menargetkan fasilitas minyak, gas dan energi yang mendukung operasi industri militer Ukraina, serta infrastruktur pangkalan udara.
Rusia mengklaim bahwa serangan itu juga mengenai fasilitas produksi dan gudang drone angkatan laut, depot bahan bakar dan amunisi, serta tempat berkumpul sementara pasukan Ukraina.
(Tribunnews/Februari)