Laporan Jurnalis geosurvey.co.id Rina Ayu
geosurvey.co.id, JAKARTA – Pemerintah fokus memerangi kemiskinan ekstrem dan terhambatnya pertumbuhan di Nusa Tenggara Timur.
Kementerian Kependudukan dan Pembangunan Keluarga/BKKBN, kementerian dan lembaga, serta perguruan tinggi bekerja sama untuk mengurangi angka kemiskinan ekstrem dan risiko stunting.
Menteri Vihaji mengatakan, pemberantasan kemiskinan ekstrem dan stunting di NTT akan dilakukan dengan pendekatan yang cukup komprehensif berdasarkan data aktual per keluarga.
“Sesuai instruksi Presiden, Kemendukbangga dan seluruh kementerian lainnya akan terus mengintegrasikan program dan upaya penanggulangan stunting khususnya di NTT dengan menggunakan data kependudukan yang dimiliki Kemendukbangga/BKKBN,” ujarnya, Senin (13/1) di kantor BKKBN. di Jakarta .2025).
Upaya pengentasan kemiskinan kemudian akan menciptakan ketahanan pangan lokal yang tidak hanya berfokus pada peningkatan konsumsi pangan bergizi, namun juga menciptakan peluang ekonomi berkelanjutan.
“Diversifikasi produk pangan lokal seperti kelor, jagung, dan sorgum serta pemberdayaan UMKM berbasis masyarakat akan mendorong kemandirian ekonomi,” tegasnya.
Wakil Menteri Kesehatan (wamenkes RI) Dante Saxono Harbuwono menambahkan, stunting harus dicegah sejak usia remaja.
Remaja putri seharusnya terbebas dari anemia, sehingga upaya pemberian tablet pengisian darah (TB) penting dilakukan pada masa pertumbuhannya.
Oleh karena itu, konsumsi TTD secara rutin diharapkan dapat menurunkan potensi terjadinya anemia.
“Jika calon ibu menderita anemia, ia berisiko melahirkan anak dengan keterlambatan perkembangan. “Kami ingin melakukan pendekatan khusus sebelum terjadi pengerdilan,” kata Dante di acara yang sama.
Merujuk data BPS, angka kemiskinan di provinsi NTT pada Maret 2024 sebesar 19,48 persen termasuk tiga provinsi dengan angka kemiskinan tertinggi di Indonesia.
Sedangkan dalam konteks prevalensi stunting, NTT merupakan provinsi dengan prevalensi stunting tertinggi kedua di Indonesia dengan angka 37 persen dari jumlah penduduk.
Rakor khusus ini dihadiri oleh perwakilan Pemprov NTT, Kementerian Kesehatan (Kemenkes), Kementerian Sosial (Kemensos), Kementerian Kota dan Pembangunan Daerah Tertinggal (Kemendes PDT), Kementerian Tinggi. Pendidikan, Ilmu Pengetahuan dan Teknologi (Mendiktisintek), Kementerian Perumahan Rakyat dan Cipta Karya serta Badan Gizi Nasional (BGN) yaitu Universitas Brawijaya dan Universitas Muhammadiyah Malang mewakili.