Laporan koresponden geosurvey.co.id Nitis Khavaroh
geosurvey.co.id, JAKARTA – Menteri Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM) Bahlil Lahadalia mengatakan Indonesia menghabiskan 500 triliun rupiah mata uang asing setiap tahunnya untuk membeli minyak mentah dari luar negeri.
Hal ini terjadi karena produksi minyak dan gas (Migas) dalam negeri semakin menurun atau berbanding terbalik dengan konsumsi migas yang hampir mencapai 1,6 juta barel minyak per hari.
“Promosi kita gagal, kita terus gagal. Setiap tahunnya kita membelanjakan 500 triliun rupiah dalam mata uang asing. Makanya nilai tukar dolar kita terhadap rupee agak turun,” kata Bahlil dalam Konferensi Nasional Repnas. dan malam penghargaan, Senin (14/10/2024).
“Karena hukum supply and demand berlaku untuk dollar. Bayangkan salah satu sumber terbesar kebutuhan dollar adalah untuk kita membeli energi,” imbuhnya.
Bahlil mengatakan, untuk meningkatkan produksi migas Indonesia ke depan, diperlukan strategi salah satunya dengan mengoptimalkan sumur migas yang belum aktif atau idle dengan menggunakan teknologi Enhance Oil Recovery atau EOR.
“Salah satu teknologi yang digunakan adalah EOR dan kami sedang mengembangkannya bersama Pertamina untuk konstruksi di wilayah Rokan, Sumatera. Suka atau tidak suka,” kata Bahlil.
Sebelumnya, Bahlil mengatakan produksi minyak dan gas (Migas) Indonesia sedang menurun sehingga diperlukan impor untuk memenuhi kebutuhan dalam negeri.
Menurut Bahlil, antara tahun 1996 dan 1997, produksi minyak Indonesia dapat menghasilkan hingga 1,6 juta barel minyak per hari dan memberikan kontribusi 40 hingga 50 persen terhadap pendapatan negara.
“Yang terjadi tahun 1996-1997, kita ekspor, sekarang malah sebaliknya, kita impor sama saja. Kira-kira ini yang menjadi permasalahan negara kita,” kata Bahlil.
Bahlil mengatakan, produksi migas pasca reformasi terus menurun meski ada sedikit peningkatan yakni 800.000-900.000 barel minyak per hari yang dihasilkan dari lapangan Banyu Urip.
“Nah, terus jatuh terus, yang ini jatuh terus. Jadi sekarang produksi minyak kita hanya 600 ribu barel per hari dan konsumsi kita 1,6 juta barel per hari. Jadi kita impor sekitar 900.000 barel sampai 1 juta,” kata Bahlil.
Bahlil mengaku akan melonggarkan kebijakan eksplorasi sumur minyak dan gas (Migas) untuk memudahkan investor berinvestasi di Tanah Air.
Pemerintah akan mengurangi kebijakan dari 320 izin sumur eksplorasi menjadi 140 untuk memudahkan investor berinvestasi di Indonesia.
Saat ini sumur migas di Indonesia idle atau tidak berfungsi. Diakuinya dari 44,9 ribu hanya ada 16.000 sumur di negara ini. aktif Dari total tersebut, baru 5.000 sumur yang bisa dioptimalkan.
Sedangkan optimalisasi sumur migas membutuhkan biaya yang cukup besar, dan di satu sisi membutuhkan waktu yang cepat untuk dapat mengoptimalkan sumur-sumur lain yang sudah beroperasi.
Oleh karena itu, dengan mengurangi kebijakan eksplorasi, diharapkan investasi dapat meningkat dan sumur aktif dapat dioptimalkan dengan baik.
“Kalau tidak ada penawaran yang lebih kompetitif dibandingkan negara lain dan negara kita, bagaimana investor bisa datang? Jadi kita harus melupakan cara-cara lama,” jelas Bahlil.