Reporter Berita Tribune Ayesha Noorsiamy melaporkan
geosurvey.co.id, JAKARTA – Psikolog dan psikoanalis Anna Surti Ariani, S.Psi., M.Si memaparkan banyak kasus remaja yang melukai diri sendiri atau merugikan diri sendiri.
“Aku sebenarnya sedikit sedih dengan cerita ini. Karena akhir-akhir ini aku banyak berhadapan dengan anak muda yang melaporkan tindakan melukai diri sendiri atau self-harm.” ujarnya pada dialog kesehatan virtual yang diselenggarakan Kementerian Kesehatan. Kesehatan, Senin (7/10/2024).
Jenis tindakan menyakiti diri sendiri yang dilaporkan bervariasi. Beberapa mencoba melukai dirinya sendiri dengan benda tajam. Atau membenturkan diri Anda ke benda keras dan banyak lagi.
Saat ditanya apa yang melatarbelakangi aksinya tersebut, Anna mendapat jawaban berbeda dari pemuda tersebut.
Beberapa hal yang menyebabkan banyak remaja melakukan tindakan menyakiti diri sendiri antara lain di-bully di sekolah dan berkelahi dengan teman.
Melihat lebih dalam, ternyata ini semua tentang hubungan yang penuh kekerasan dengan orang tua.
“Saat kami coba gali lebih dalam, ternyata para remaja ini sering bertengkar dengan orang tuanya. Sehingga mereka mencari pelarian di sekolah, atau bahkan tidak punya tempat untuk melarikan diri,” jelas Anna.
Mengatakan bahwa rasa sakit ini dialami secara internal, Anna mendorong generasi muda untuk menunjukkannya di dunia nyata.
Jadi salah satu cara untuk menimbulkan rasa sakit ini adalah dengan mencoba melukai diri sendiri di dunia nyata. Selain itu, menurut Anna, perubahan fisik dan psikis yang dialami remaja juga menjadi faktornya.
Lalu apa yang bisa dilakukan orang tua?
Menurut Anna, hal utama yang perlu dilakukan orang tua adalah tidak fokus mencari siapa yang salah. Tapi fokuslah pada apa yang bisa dilakukan keluarga untuk anak.
“Dan saya tidak selalu mengatakan hal itu. Saya tidak perlu melihat terlalu jauh untuk melihat siapa yang harus disalahkan atas masalah ini,” tambahnya.
“Jadi fokuslah pada apa yang bisa dilakukan keluarga dengan anak kecil, bukan siapa yang harus disalahkan,” lanjutnya.
Langkah selanjutnya adalah keluarga mengembangkan hubungan yang aman dan nyaman satu sama lain.
“(Jadi) anak muda ini juga bisa berubah menjadi pribadi yang sehat secara psikologis,” tutupnya.