
Courtesws.com, Yakarta – Menteri Pelatihan Universitas, Sains dan Teknologi (Diktik) Satryo Soemantri Brodjonegoro memastikan bahwa semua universitas memiliki kelompok kerja (kelompok kerja) untuk pencegahan dan perawatan kekerasan seksual (PPKS).
Dia meyakinkan bahwa peraturan Menteri Pendidikan, Kebudayaan, Penelitian dan Teknologi (Permendikbudristek) nomor 55 tahun 2024 sehubungan dengan pencegahan dan perlakuan kekerasan di lingkungan sekolah yang diterbitkan tahun lalu akan dilakukan.
“Semua lokasi harus memiliki kekuatan PPK yang memenuhi syarat.
Satryo mengajarkan ini ketika ia menerima tim Komisi Nasional (Komnas) pada hari Senin (17 Februari 2025).
Sementara itu, presiden Komisi Wanita Nasional, Andy Yentriyani, berharap bahwa Kementerian Pendidikan dan Budaya akan mulai mengubah paradigma bahwa kampus yang berani mencegah kekerasan seksual adalah kampus yang hebat.
“Sampai sekarang, kampus malu ketika ada peristiwa di kampus kekerasan seksual. Kami berharap menteri senang mengubah paradigma ini. Lokasi Frías adalah kampus yang dapat mencegah pelecehan, diskriminasi, dan kekerasan seksual di kampus,” kata Andy Yentriyani.
Permendikbud No. 55 tahun 2024 adalah peraturan yang bertemu tahun lalu ketika Kementerian Pendidikan dan Budaya masih diintegrasikan ke dalam Kementerian Pendidikan dan Budaya dengan nomenklatur Kementerian Pendidikan, Budaya, Penelitian dan Teknologi (Kemendikbustek).
Peraturan ini mengatur pencegahan dan perawatan kekerasan seksual di lingkungan universitas. Tujuannya termasuk penduduk kampus, pemimpin universitas dan mitra universitas.
Pada kesempatan yang sama, Wakil Menteri Kementerian Pendidikan dan Pendidikan, Fauzan, mengatakan bahwa pencegahan kekerasan seksual dimulai dengan sosialisasi di kampus dan sanksi untuk para pelaku kekerasan seksual.
“Kekerasan seksual kami sama dengan para pelaku tindakan kriminal. Sanksi berikutnya adalah kami memanggil orang tua dari para pelaku, maka para pelaku dikirim pulang dan mungkin tidak kembali ke universitas,” kata Fauzan.
Direktur Umum Pendidikan Universitas, Khairul Munadi, Komisaris Komnas Wanita, serta Menteri Khusus Personalia Ellen Kumat dan Sri Hartati juga berpartisipasi dalam pertemuan tersebut.