Dilansir reporter geosurvey.co.id Aisyah Nursyamsi
geosurvey.co.id, JAKARTA – Menteri Kesehatan Budi Gunadi Sadikin mengungkapkan strategi menjaga kesehatan masyarakat melalui upaya promotif dan preventif.
Kedua langkah ini merupakan bagian dari transformasi layanan kesehatan primer.
Transformasi layanan kesehatan primer merupakan pilar pertama transformasi layanan kesehatan di Indonesia.
Selama implementasi, fokusnya adalah pada penguatan kegiatan promotif dan preventif untuk menciptakan komunitas lokal yang lebih sehat.
Misalnya, peningkatan pemeriksaan kesehatan dan peningkatan kapasitas layanan kesehatan primer.
“Untuk menjaga kesehatan masyarakat, fokuslah pada upaya publisitas dan preventif di layanan kesehatan setempat, bidan, perawat, dan dokter di layanan kesehatan setempat. Situs resminya, Rabu (10 Oktober 2024) mengutip ucapan Budi Gunadi: “Pada saat yang sama, jika kita merawat pasien, kita merawatnya di rumah sakit, mulai dari obat-obatan hingga peralatan medis yang lengkap. “
Pelayanan kesehatan primer melalui revitalisasi jaringan puskesmas, dukungan pusat kesehatan setempat (pustu) dan posyandu. ?
Kementerian Kesehatan (Kemenkes) tengah merevitalisasi 10.000 puskesmas, 85.000 puskesmas penunjang, dan 300.000 posyandu.
Terkait standarisasi pelayanan kesehatan, Menteri Kesehatan Budi menambahkan, Puskesmas berperan penting dalam promotif dan preventif. ?
Budi mengatakan, penerapan upaya preventif meliputi imunisasi dan screening.
“Imunisasi untuk mencegah sakit, dan screening untuk mendeteksi risiko penyakit. Vaksinasi kita meningkat dengan munculnya tiga antigen baru, yaitu vaksin HPV (human papillomavirus) untuk mencegah kanker serviks,” imbuhnya.
Contohnya adalah vaksin PCV (vaksin konjugasi pneumokokus) untuk pneumonia dan vaksin rotavirus untuk mencegah diare. ?
Semua anak kecil menerima vaksinasi terhadap pneumonia dan diare. Semua wanita kemudian akan menerima vaksin HPV.
Budi mengatakan, vaksin HPV direkomendasikan karena tingginya angka kejadian kanker serviks di Indonesia. ?
Kanker serviks merupakan penyebab kematian kedua pada wanita setelah kanker payudara.
Vaksin HPV untuk anak perempuan usia 11-12 tahun, kemudian ditingkatkan menjadi 15-16 tahun dan terakhir menjadi 21 tahun. Vaksin tersebut diberikan kepada anak-anak dan anak-anak. remaja, karena bisa menjadi karier,” lanjutnya.
Alokasi vaksin PCV dan rotavirus juga didasarkan pada tingginya angka kematian akibat pneumonia dan diare pada anak balita. ?
Faktanya, vaksin sudah ada untuk mencegah kedua penyakit tersebut.
“Vaksin HPV, PCV, dan rotavirus sudah mulai beredar secara global. Indonesia akhirnya melakukan imunisasi dengan ketiga vaksin tersebut. Ini program nasional yang sangat besar dan tentunya berkat Jojo,” tambah Menteri Kesehatan Budi. “
Komponen pencegahan lain dari layanan kesehatan primer adalah skrining. ?
Skrining terbesar yang pernah dilakukan adalah skrining penyakit gizi pada anak usia dini.
“Skrining penyakit yang kita pikirkan biasanya skrining penyakit jantung, stroke, diabetes. Yang paling penting kita lakukan skrining penyakit gizi pada anak kecil, yaitu keterlambatan tumbuh kembang,” jelas Budi dengan gizi buruk yang memerlukan skrining. “
Metode screening dilakukan dengan mengukur tinggi badan dan berat badan. ?
Sekarang sudah ada alat bernama antropometri yang bisa digunakan untuk skrining. ?
Ini berfungsi sebagai alat untuk mengukur tinggi dan berat badan bayi Anda.
Kementerian Kesehatan telah mendistribusikan lebih dari 300.000 alat antropometri ke posyandu di seluruh Indonesia untuk menstandardisasi proses penimbangan.
“Kami mengirimkan data antropometri dalam jumlah besar. Sebanyak 1,5 juta kader Posyandu dilatih cara menimbang badan. Ini program yang luar biasa,” tambah Budi.
Selain itu, dilakukan skrining massal terhadap bayi dalam kandungan, jelas Budi. ?
Pemeriksaan ini memakan biaya yang sangat besar karena memerlukan pembelian alat USG (USG) di 10.000 Puskesmas.
Selain digunakan untuk menyaring bayi dalam kandungan, mesin USG juga bisa digunakan untuk mendeteksi kanker payudara. ?
Skrining kanker serviks juga telah dilakukan secara intensif dengan dukungan mesin PCR.
“Jadi bukan usapan di hidung, tapi usapan di leher rahim. Nanti bisa dilihat di mesin PCR apakah ada kemungkinan virus kanker serviks,” kata Budi. “
Tindakan skrining lainnya termasuk skrining tuberkulosis (TB). ?
Sebelumnya baru ditemukan sekitar 500.000 hingga 600.000 orang dari target 1 juta.
Sementara itu, 400.000 orang lainnya berisiko menularkan penyakit ini kepada orang lain.
“Jumlah orang yang melakukan skrining tuberkulosis kini bertambah menjadi 840.000. Mudah-mudahan tahun ini menjadi 900.000. Belum lagi skrining PTM. Di Indonesia, banyak orang yang meninggal karena stroke, jantung, dan kanker,” pungkas dia.