Dilansir Endrapta Pramudhiaz, reporter geosurvey.co.id.
geosurvey.co.id, JAKARTA – Menteri Koordinator Kementerian Perekonomian (Menko) Airlangga Hartarto enggan menanggapi petisi penolakan kenaikan tarif Pajak Pertambahan Nilai (PPN) menjadi 12 persen pada tahun 2025.
Saat memberikan konferensi pers pada Building Sale 2024 yang digelar di Sarinah. Jakarta Pusat, Jumat (20/12/2024), ditanya apakah masih ada kemungkinan PPN 12 persen tidak diterapkan tahun depan.
Airlangga malah menjawab, “Terima kasih, baru saja berbelanja di Indonesia.” Ia lalu turun dari panggung meninggalkan venue.
Dalam perjalanan menuju lobi, Sarinah Airlangga sempat menjawab berbagai pertanyaan. Dari tim media tentang hal lain selain dari pekerjaan
Namun saat ditanya soal PPN 12 persen menanggapi petisi penolakan kenaikan pajak, Airlangga kembali enggan menjawab.
“Belanja saja di Indonesia,” kata Airlangka sambil tersenyum. Dia berjalan ke mobilnya dan meninggalkan tempat tersebut.
Seperti diketahui, lima warga desa mendatangi gedung Sekretariat Negara (Setnek) di Jakarta pada Kamis, 19/12/2024. Mereka mengajukan petisi kepada pemerintah untuk menolak kenaikan tarif Pajak Pertambahan Nilai (PPN) menjadi 100%. 12 tahun 2025
“Hampir 113.000 tanda tangan dikumpulkan secara digital melalui petisi online. Dan akan terus bertambah yaitu penolakan PPN 12 persen. Oleh karena itu, kami telah mengumpulkan petisi secara online, mencetaknya dan akan meneruskannya ke Sekretariat Negara,” kata perwakilan warga Riyad Azhari.
Ia mengatakan, petisi tersebut dikumpulkan secara online sejak 19 November 2024. Petisi tersebut mewakili warga yang selama ini menentang kenaikan PPN menjadi 12 persen.
“Hanya warga sipil. tidak ada mitra Jadi mari berteman di internet. Jadi kita hanyalah sebuah jembatan. Ini adalah partisipasi teman-teman di internet.”
Warga yang menolak kenaikan PPN sebelum mengajukan permohonan akan berkumpul terlebih dahulu di perbatasan Monas, Jakarta. Sekitar 300 orang akan mengajukan permohonan langsung ke Departemen Luar Negeri, namun hanya lima perwakilan yang diizinkan masuk ke gedung Sekretariat Negara.
Menurut Risyad, dengan kondisi perekonomian saat ini Menaikkan tarif PPN menjadi 12 persen tentu cukup membebani masyarakat. Jumlah kelas menengah terus berkurang seiring dengan semakin beratnya beban hidup.
“Jelas kita tahu bahwa PPN 12 persen dirancang untuk tahun 2021 dan jika kita melihat pentingnya pajak saat ini, hal itu tidak ada hubungannya dengan perekonomian masyarakat. Kita masih melihat pajak terus turun dalam hal penghematan, bukan? Anda lihat kelas menengah sudah tenggelam ke bawah, bukan? “Kemudian kita naikkan PPN menjadi 1 persen. Rasanya tidak bijaksana jika dinaikkan menjadi 12 persen.” (Kenaikan Pajak Pertambahan Nilai) dibatalkan,” ujarnya.
Kenaikan PPN menjadi 12 persen merupakan arahan Undang-Undang Nomor 7 Tahun 2024 tentang Harmonisasi Peraturan Perpajakan (UU HES).
Pemerintah menyatakan tarif PPN 12 persen tidak berlaku untuk produk yang dibutuhkan atau menjadi kebutuhan pokok masyarakat.
Ini termasuk konsumsi nasi, daging, ikan, telur, sayuran, susu, gula. Jasa pendidikan, kesehatan, angkutan umum, tenaga kerja, jasa keuangan Layanan asuransi, vaksin polio dan penggunaan air
“Fasilitas PPN atau nol persen diberikan atas produk yang dibutuhkan masyarakat. Semuanya dibebaskan dari PPN. Jadi nanti kita siapkan fasilitasnya. Itu untuk produk tertentu,” kata Air Lanka, Senin (16/12/2024).
Selain itu, Minyakita, yang tarifnya akan tetap sebesar 11 persen pada tahun depan, mengatakan ada tiga komoditas utama, antara lain gula pasir dan tepung terigu.
Airlangga mengatakan ketiga produk tersebut akan ditanggung pemerintah melalui Kebijakan Manfaat Pajak (DTP) yang didanai pemerintah. Hal ini dilakukan untuk melindungi daya beli masyarakat.
“Dengan menerapkan PPN 12 persen, pemerintah telah memberikan insentif atau kebijakan ekonomi bagi rumah tangga berpendapatan rendah. Pemerintah membayar PPN 1 persen,” kata Airlangka.