Reporter geosurvey.co.id Reporter, Reza Denny
geosurvey.co.id, JAKARTA- Menteri Koordinator Bidang Perekonomian Republik Indonesia (Menoper Ekonomi) Erlanga Hartarto memuji investasi sektor swasta untuk mendukung rencana hilirisasi nikel yang dicanangkan pemerintah.
Penanaman Modal Dalam Negeri (PMDN) PT Ceria Nugraha Indotama (Ceria Group) yang berstatus Proyek Strategis Nasional (PSN) dan Fasilitas Vital Nasional (Obvitnas) saat ini sedang dalam tahap akhir commissioning Smelter Merah Putih. Persiapan Tungku Putar Persegi Panjang Listrik (RKEF) dan Pencucian Asam Tekanan Tinggi (HPAL) di Kecamatan Wollo, Kabupaten Kolaka, Provinsi Sulawesi Tenggara.
“Kami sedang mengevaluasi aplikasi hilir nikel, khususnya PMDN. Ceria sedang membangun smelter RKEF yang nantinya akan menghasilkan produk green nickel dan HPAL. “Tentunya menggembirakan,” kata Airlanga tentang Piala Dunia 2024. Indonesia Mining Summit (IMS) dikutip Sabtu (12/07/2024).
Airlangga juga mendukung PT PLN (Persero) yang menyediakan energi bersih ke sejumlah smelter, termasuk smelter Ceria Group, sejalan dengan rencana pemerintah mengembangkan hilirisasi nikel terbarukan.
“Pemerintah akan berupaya membantu industrialisasi mineral dan batubara melalui berbagai insentif,” ujarnya.
Saat ini, smelter yang beroperasi berjumlah 87 smelter dari 172 smelter yang dibangun.
“Investasi merupakan kunci penting pertumbuhan ekonomi. pada tahun 2024 target investasi sebesar Rp 1.900 triliun dan pada tahun 2025 meningkat menjadi Rp 2.100 triliun. “Salah satu yang terus berkembang adalah distribusi dan pendalaman struktur rantai pasok,” ujarnya.
“Kalau mineral kritis, perlu dijaga kerja sama dengan negara lain untuk meningkatkan investasi dan menghasilkan devisa,” kata Airlanga.
Menurut Airlangga, hilirisasi terbukti membuahkan hasil manis bagi perekonomian Indonesia. Ia juga menekankan pentingnya penerapan prinsip-prinsip lingkungan, sosial dan tata kelola (ESG) dalam pengembangan investasi di tanah air.
“Dalam pembangunan harus diterapkan prinsip lingkungan hidup, kepatuhan terhadap peraturan, diutamakan penggunaan tenaga kerja lokal secara bertahap. Transfer teknologi dan upaya peningkatan kapasitas masyarakat lokal menjadi faktor yang ditekankan Pemerintah dalam setiap investasi. ditambahkan.
Pada kesempatan tersebut, Airlangga didampingi Sekretaris Jenderal Indonesian Mining Association (IMA) Tony Wen mengunjungi booth Ceria Group di acara IMS. Kunjungan ini disambut hangat oleh CEO Ceria Group Derian Sakmiwata. Menariknya, booth Ceria Group juga memamerkan berbagai produk yang dihasilkan oleh UMKM masyarakat sekitar tambang.
“UMKM ini merupakan bagian dari program Ceria Group untuk mendukung kekuatan ekonomi lokal dan menciptakan dampak positif yang berkelanjutan bagi masyarakat sekitar,” kata Derian.
Derian menegaskan, seperti PMDN dan PSN, Ceria Group telah menetapkan rencana untuk menjadi produsen industri nikel dan baterai kendaraan listrik global.
“Untuk memenuhi standar pasar internasional, Ceria Group siap memproduksi produk nikel ramah lingkungan yang didukung energi ramah lingkungan,” ujarnya.
Derian juga menjelaskan, pihaknya mendapatkan sertifikat REC energi terbarukan dari PLN, dimana pasokan listrik yang digunakan smelter Ceria Group 100 persen menggunakan energi bersih dan terbarukan.
“Saat ini aliran listrik bersih PLN dari pembangkit listrik tenaga air disuplai dengan listrik. Selain itu, Pembangkit Listrik Terapung Nusantara II atau Ship Mounted Power Plant (BMPP) sudah berada di pelabuhan Ceria Group dan siap menyuplai listrik ke Mera. Smelter Putih yang merupakan BMPP Nusantara II-60MW ini akan berbahan bakar gas 100 persen dengan kapasitas 60 MW, jelasnya.
Diungkapkannya pula, smelter Merah Putih milik Ceria Group yang siap beroperasi ini menggunakan teknologi terkini Right Angle Rotary Electric Furnace (RKEF) dan memiliki salah satu tungku terbesar di Indonesia berkapasitas 72 MVA, ujarnya.
“Tungku ini dirancang untuk mengolah bijih nikel saprolit yang menghasilkan feronikel 22 persen. Dengan menggunakan teknologi canggih seperti RKEF untuk produksi feronikel (FeNi) dan konverter nikel matte, serta pelindian asam bertekanan tinggi (HPAL) .) untuk produksi endapan hidroksida campuran (MHP), Ceria Group berperan aktif dalam pengembangan produk bernilai tambah tinggi,” ujarnya.
Ia mengatakan, smelter Merah Putih milik Ceria Group akan menjadi smelter terintegrasi pertama di Indonesia.
“Kegiatan penyediaan dan pengolahan bijih nikel dilakukan di PT Ceria Nugraha Indotama di wilayah IUP,”
Pabrik peleburan ini dirancang dengan mempertimbangkan standar keberlanjutan yang tinggi, memastikan bahwa prinsip-prinsip ESG diperhitungkan pada setiap tahap proses produksi. Dengan menggunakan teknologi modern, smelter ini dapat mengurangi emisi dan limbah serta mengelola sumber daya alam secara efisien.
“Hal ini sejalan dengan visi kami untuk merintis industri nikel yang ramah lingkungan dan berkelanjutan di Indonesia,” tambah Derian.
Menurutnya, keberadaan smelter Merah Putih di Ceria tidak hanya akan memperkuat posisi Indonesia dalam rantai pasok global, tetapi juga memastikan manfaat pengembangan sumber daya nikel dapat dirasakan sepenuhnya oleh masyarakat Indonesia.
“Kami bangga dapat berkontribusi dalam upaya nasional untuk meningkatkan nilai tambah dan mengembangkan industri dalam negeri yang mandiri dan berdaya saing tinggi di pasar global,” kata Derian.
Keunggulan utama smelter Merah Putih adalah seluruh rantai industri mulai dari ekstraksi bijih nikel hingga pengolahan dan produksi bahan baku baterai dilakukan secara internal.
Dalam konteks ini, Ceria Group tidak hanya meningkatkan nilai tambah mineral di Indonesia, namun juga mendukung sirkulasi perekonomian lokal secara lebih luas.
“Kami adalah perusahaan dengan investasi internal. Artinya, seluruh nilai tambah kegiatan manufaktur akan tetap berada di Indonesia sehingga berkontribusi langsung terhadap perekonomian negara, ujarnya.
Selain itu, Sekretaris Bisnis Ceria Group Imelda Kiagoes menyoroti komitmen Ceria untuk mendukung program pasokan yang dicanangkan pemerintahan Prabowo Subianto.
“Kami fokus pada pengembangan di hilir pengolahan. “Seiring dengan rencana pertumbuhan organik dalam lima tahun ke depan, fokus kami adalah pembuatan pCAM atau baterai prekursor sebagai bahan dasar kendaraan listrik (EV),” kata Imelda.
“Hal ini sesuai dengan program pemerintah, sehingga tentunya kami mengharapkan dukungan penuh dari pemerintah untuk terwujudnya visi tersebut. Keberlanjutan penambangan juga menjadi fokus Ceria Group untuk memastikan sumber daya dan cadangan nikel bertahan lebih dari 20 tahun ke depan. katanya..tambahnya.
Imelda menambahkan, pengembangan proyek Ceria Group untuk mengurangi emisi karbon terkait dengan sistem Initiative for Responsible Mining Assurance (IRMA) 50.
Dalam rencana tersebut, PT PLN melalui anak usahanya PLN Batam akan membangun pembangkit listrik terintegrasi di kawasan Ceria yaitu ITC POCI (Integrated Interim Capability Pomalaa Ceria), ujarnya.
“Total kapasitas pembangkit listrik berbahan bakar gas tersebut direncanakan sebesar 200 MW dan direncanakan mulai dibangun pada tahun 2025. Ada juga beberapa relokasi pabrik mesin gas di kawasan Ceria. 34 MW dan 2 x 25 MW Samber Green Energy “Tapak ini merupakan tambahan dari 352 MW yang sudah ditandatangani dengan PLN,” imbuhnya.
Inisiatif ini mendukung kebutuhan energi proyek-proyek Grup Ceria di masa depan dan merupakan tonggak penting dalam pengembangan infrastruktur energi yang efisien dan ramah lingkungan di wilayah tersebut.
“Anda berkomitmen penuh untuk menerapkan prinsip-prinsip ESG dan kepatuhan terhadap seluruh peraturan internasional, termasuk ketentuan Inflation Reduction Act (IRA) dalam operasi Anda,” tegasnya.