Reporter geosurvey.co.id Indrapta Pramudhiaz melaporkan.
Tribun News.com, Jakarta – Menteri Koordinator Pangan (MENCO) Zulkifli Hassan mengatakan pemerintah menyiapkan anggaran sebesar Rp 139,4 triliun pada tahun 2025 untuk ketahanan pangan.
Secara khusus, anggaran tersebut akan digunakan untuk berbagai keperluan guna mencapai tujuan swasembada pangan pada tahun 2028.
Zulkifli alias Zulhas mengatakan Rp42,1 triliun akan dialokasikan ke berbagai kementerian/lembaga (K/L) dalam anggaran tersebut.
Kementerian Pertanian (Kementon) menerima sekitar Rp 22 miliar. Salah satu program yang akan dilaksanakan dengan anggaran tersebut adalah pencetakan budidaya padi yang membutuhkan dana sebesar Rp15 triliun.
“Kementerian Kelautan dan Perikanan memiliki anggaran lebih dari KRW 6 triliun. Kementerian Pekerjaan Umum memiliki sekitar KRW 13 triliun untuk irigasi,” kata Zulhas pada acara ‘Gerakan Pangan Nasional Kemandirian Pangan Berkelanjutan’ yang diselenggarakan di Gedung Merah Putih. Kementerian Kelautan dan Perikanan. Pertanian, Jakarta Selatan, Rabu (11 Juni 2024).
Berikutnya anggaran sebesar Rp61,08 triliun dialokasikan untuk non-K/L. Rp 44 triliun akan dikeluarkan untuk pupuk bersubsidi.
Julhas menekankan, karena anggaran pupuk besar, distribusi dan penerapan yang tepat merupakan tantangan terbesar di bidang pertanian.
“Kalau di sini macet, di sana susah dan tidak ada produksi (pertumbuhan, Red). Nanti dimarahi kita untuk impor lagi. ‘Ini orangnya Menteri Impor.’ Ya, bagaimana jika itu tidak cukup?” ujar Zulhas.
Ketua Umum Partai Jaminan Nasional (PAN) ini menyebutkan anggaran sekitar Rp 36 triliun akan dialokasikan melalui Transfer Ketahanan Pangan (TKD).
Sebagian TKD akan digunakan untuk DAK fisik senilai kurang lebih Rp19 triliun, DAK nonfisik senilai Rp516 miliar, dan dana desa senilai Rp16,2 triliun.
“Ini baseline APBN tahun 2025. Jadi, dialokasikan untuk dana pedesaan sebesar Rp 70 triliun dan untuk ketahanan pangan sebesar Rp 16 triliun,” kata Julhas.
Julhas juga mengusulkan untuk memberikan modul dan panduan kepada kepala desa di seluruh Indonesia untuk mengelola potensi pangan desa mereka.
Misalnya saja ada modul cara menanam cabai, menanam padi, perikanan, dan mengembangkan unggas.
“Saya kira dewan desa sudah paham, ada baiknya mereka diberikan modul. Kalau membuat modul ikan, begini, kalau mau beternak ayam, begini, kalau mau menanam paprika, begini caranya. , dan ini modulnya,” kata Julhas.
“Jika Anda menanam padi sekarang, Anda tidak akan bisa menanam padi. Kami punya teknologi baru, dan kami bisa memberi Anda modul. Jika Anda ingin menanam paprika, berikan kami modul. Oleh karena itu, pemerintah daerah pedesaan punya pilihan,” katanya.
Secara keseluruhan, presentasi Juhlhas menguraikan tujuh arah kebijakan tentang bagaimana menggunakan anggaran ini untuk ketahanan pangan.
Pertama, adanya konsentrasi dan perluasan lahan pertanian. Kedua, meningkatkan ketersediaan dan aksesibilitas sumber daya pertanian (pupuk, benih, pestisida). Ketiga, memperkuat infrastruktur pertanian seperti bendungan dan sarana irigasi.
Keempat, meningkatkan jaringan distribusi produk pertanian. Kelima, memperkuat cadangan pangan dan cadangan pangan nasional.
Keenam, memperkuat pembiayaan dan perlindungan pengelolaan pertanian. Ketujuh, memperkuat bisnis perikanan budidaya.