Dalam konferensi pers terbarunya, Menteri Luar Negeri Uni Eropa Josep Borrell menyatakan keprihatinannya mengenai meningkatnya peran Tiongkok dalam perang di Ukraina.
“Tanpa Korea Utara, tanpa Iran, tanpa Tiongkok, Rusia tidak dapat melanjutkan upaya militernya,” kata badan tersebut.
Menjelang pertemuan para menteri luar negeri pada hari Senin di Brussels, tampaknya UE telah menerima informasi tentang pabrik senjata di Tiongkok yang memproduksi drone untuk Rusia, kata seorang pejabat senior UE. Namun, kata dia, belum ada bukti jelas mengenai hal tersebut. Namun kecil kemungkinannya perusahaan tersebut bertindak tanpa sepengetahuan pemimpin Tiongkok tersebut.
Pemerintah Tiongkok membantah tuduhan tersebut. Josep Burrell belum mau berkomentar secara spesifik mengenai isi berita dalam konferensi persnya. Namun, para menteri luar negeri UE kini mempertimbangkan tindakan yang lebih keras terhadap Tiongkok.
Dalam kasus Iran, menteri luar negeri menambahkan bahwa mereka telah memperluas sanksi Uni Eropa terhadap Teheran atas dukungan militernya terhadap Rusia. Sanksi baru tersebut mencakup larangan ekspor produk apa pun yang dapat digunakan untuk membuat drone dan rudal. Menteri Luar Negeri menyambut baik keputusan AS
Pagi hari sebelum pertemuan, Menteri Luar Negeri Josep Burrell meminta negara-negara UE untuk bersatu dan mengambil keputusan cepat. Terutama setelah terungkapnya Amerika Serikat yang mengizinkan Ukraina menggunakan rudal yang dipasok AS di wilayah Rusia. Roket tersebut memiliki jangkauan 300 km dan akan digunakan terutama di wilayah Kursk.
Langkah ini disambut baik oleh sebagian besar menteri luar negeri Uni Eropa. Menteri Luar Negeri Jerman Analena Baerbock menyebut keputusan itu “penting” namun menyebutnya “bukan peninjauan ulang melainkan penguatan” terhadap upaya bantuan militer yang sudah ada ke Ukraina. “Hak Ukraina untuk membela diri di Ukraina berarti Anda tidak perlu menunggu rudal menyerang rumah sakit atau sekolah anak-anak atau bahkan bangunan sipil,” tegasnya.
Pernyataan Annalena Baerbock diamini oleh Menteri Luar Negeri Belanda Kaspar Veldkamp, sementara Menteri Luar Negeri Lituania Gabrielius Landsbergis mengatakan keputusan itu pada prinsipnya “baik”, namun mempertanyakan apakah Ukraina memiliki cukup rudal untuk itu.
Sejauh ini, belum ada negara yang secara resmi mengizinkan Ukraina menggunakan senjatanya untuk menyerang sasaran militer di wilayah Rusia. Namun setelah lampu hijau AS, keputusan itu mungkin berubah. Menteri Luar Negeri Prancis Jean-Noel Barro menegaskan negaranya juga sedang mempertimbangkan izin tersebut.
Ada kritik dari Hongaria. Menteri Luar Negeri Peter Cijarto menyebut keputusan AS “sangat berbahaya”. Menurut AFP, Menteri Luar Negeri Italia Antonio Tajani mengatakan Hongaria dekat dengan Rusia.
Di tempat lain, para menteri luar negeri UE tidak setuju dengan permintaan Josep Borrell untuk menunda pembicaraan politik dalam kerangka perjanjian UE-Israel. Banyak negara, termasuk Jerman, menolak usulan tersebut. Karena keputusan UE harus bulat, usulan Josep Burrell akhirnya gagal.
Dikutip dari artikel Jerman DW