geosurvey.co.id – Menteri Energi Israel Eli Cohen mengatakan Pasukan Sementara PBB di Lebanon (UNIFIL) adalah kekuatan yang tidak berguna.
Menurutnya, UNIFIL tidak mampu melindungi warga Israel dari serangan Hizbullah dan meminta pasukannya mundur seiring meningkatnya pertempuran.
“Negara Israel akan melakukan apa pun untuk menjamin keselamatan warganya, dan jika PBB tidak dapat membantu, setidaknya mereka harus melakukan intervensi dan memindahkan personel dari zona pertempuran,” kata Eli Cohen melalui akun media sosial X, Senin. . (14/10/2024).
Sebelumnya, UNIFIL melaporkan adanya serangan Israel pada Minggu (13/10/2024) ketika dua tank Israel menyerang markas UNIFIL.
“Dua tank Merkava Israel menghancurkan gerbang utama salah satu pangkalan dan menyerang dengan kekuatan sebelum fajar pada hari Minggu,” lapor Al Araby, mengutip pernyataan UNIFIL.
“Setelah kedua tank tersebut pergi, anggota UNIFIL di lokasi yang sama melaporkan adanya ledakan api 100 meter ke arah utara sehingga menyebabkan asap tebal mengepul di atas pangkalan dan melukai personel PBB,” lanjutnya.
UNIFIL menyebut upaya tersebut sebagai pelanggaran terhadap pasukan penjaga perdamaian PBB.
Sementara itu, Israel menolak pernyataan UNIFIL mengenai penyerangan markas besarnya.
Perdana Menteri Israel Benjamin Netanyahu sebelumnya meminta UNIFIL untuk mundur, dengan alasan bahwa UNIFIL memberikan “perisai manusia” kepada Hizbullah selama serangan Israel yang terus berlanjut di Lebanon selatan.
Hizbullah membantah tuduhan Israel bahwa para pejuangnya menggunakan wilayah dekat wilayah UNIFIL untuk perlindungan.
Pada hari yang sama, tentara Israel (IDF) membawa pergi seorang jurnalis asing yang diizinkan melakukan perjalanan ke Lebanon selatan pada hari Minggu.
IDF menunjuk pada apa yang mereka sebut terowongan Hizbullah, kurang dari 200 meter dari lokasi UNIFIL, selain gudang senjata yang ditemukan IDF.
– Kami sebenarnya berdiri di pangkalan militer Hizbullah yang sangat dekat dengan PBB, kata Brigadir Jenderal Yitfah Norkin, yang juga ikut dalam tur tersebut.
Negara-negara Uni Eropa (UE), yang dipimpin oleh Italia, Prancis dan Spanyol, mengerahkan ribuan tentara untuk bergabung dengan UNIFIL yang beranggotakan 10.000 orang, yang dikatakan telah menjadi sasaran serangan berulang kali oleh pasukan Israel dalam beberapa hari terakhir.
Sekutu Israel, Amerika Serikat (AS) telah meminta Netanyahu untuk mengambil langkah-langkah yang diperlukan untuk menjamin keselamatan dan keamanan pasukan UNIFIL di Lebanon. Jumlah orang yang terbunuh di Jalur Gaza
Kini Israel yang didukung Amerika Serikat dan beberapa negara Eropa terus melakukan agresi di Jalur Gaza, jumlah korban tewas warga Palestina meningkat hingga lebih dari 42.289 orang dan 98.684 lainnya luka-luka sejak Sabtu (7/10). ) /2023) hingga Senin (14/10/2024), dan 1.147 orang meninggal di wilayah Israel, dikutip dari Al Jazeera.
Sebelumnya, Israel mulai melakukan pengeboman di Jalur Gaza setelah gerakan perlawanan Palestina, Hamas, melancarkan Operasi Banjir Al-Aqsa, pada Sabtu (7/10/2023), untuk melawan pendudukan dan kekerasan Israel di Al-Aqsa sejak tahun 1948.
Israel mengklaim ada 101 sandera hidup atau mati dan masih ditahan oleh Hamas di Jalur Gaza, setelah menukar 105 sandera dengan 240 tahanan Palestina pada akhir November 2023.
(geosurvey.co.id/Yunita Rahmayanti)
Berita lainnya terkait konflik Palestina vs Israel