geosurvey.co.id – Menteri Luar Negeri Korea Utara Choe Son-hui telah tiba di Rusia dan akan melanjutkan kunjungannya ke Moskow pada Rabu, 30 Oktober 2024.
Ini adalah kunjungan keduanya dalam enam minggu, meskipun tujuan pasti dari kunjungan tersebut belum diungkapkan, media pemerintah Rusia melaporkan melalui Euronews.
Menurut Badan Intelijen Nasional Korea Selatan, kunjungan tersebut kemungkinan akan membahas penambahan pasukan Rusia, yang merupakan potensi imbalan bagi Korea Utara.
Ada spekulasi bahwa Korea Utara mungkin membeli teknologi dari Rusia dengan imbalan bantuan.
Meningkatnya kerja sama antara Rusia dan Korea Utara membuat khawatir negara-negara Barat dan Korea Selatan karena dapat meningkatkan ancaman program senjata nuklir Korea Utara.
Meskipun Moskow dan Pyongyang belum secara langsung mengkonfirmasi kehadiran pasukan Korea Utara di Rusia, mereka mengatakan kerja sama militer mereka tetap sejalan dengan hukum internasional.
Sebelumnya pada Senin (28/10/2024), Sekretaris Jenderal NATO Mark Rutte mengungkapkan bahwa peningkatan kerja sama militer antara Korea Utara dan Rusia dapat merusak stabilitas perdamaian dan keamanan global. Pengumuman tersebut disampaikan Sekretaris Jenderal NATO Mark Rutte setelah pertemuan dengan delegasi senior Korea Selatan, termasuk pejabat intelijen dan militer serta diplomat senior, yang memberikan pengarahan kepada diplomat NATO di markas besarnya di Brussels, Belgia, pada Senin (28 Oktober). 2024 (NATO)
Di tempat lain, Presiden Korea Selatan Yoon Suk-yeol meminta pemerintah Eropa untuk meningkatkan pengawasan guna mencegah kerja sama ilegal antara kedua negara.
Selain itu, menurut badan intelijen Korea Selatan, pasukan Korea Utara mungkin akan segera dikerahkan di garis depan.
Beberapa jenderal dan pejabat tinggi Korea Utara sudah berada di wilayah tersebut, sementara Amerika Serikat menuduh Rusia melanggar resolusi Dewan Keamanan PBB dengan mendukung Korea Utara dengan personel dan peralatan.
Kunjungan tersebut dilakukan setelah NATO mengonfirmasi bahwa pasukan Korea Utara ditempatkan di wilayah Kursk untuk membantu pasukan Rusia melawan Ukraina, terutama setelah Ukraina berhasil memasuki wilayah Rusia pada Agustus 2024.
“Lebih dari 600.000 tentara Rusia tewas atau terluka dalam perang Putin, dan dia tidak dapat melancarkan serangan terhadap Ukraina tanpa dukungan asing,” kata Rutte, menurut Foreign Policy.
Meski tentara Rusia mengalami kerugian besar, menteri pertahanan Rusia mengatakan bahwa pasukan mereka berhasil merebut desa Cukurin di Donetsk.
Hubungan militer antara Korea Utara dan Rusia kembali meningkat sejak tahun lalu.
Keduanya menandatangani kemitraan strategis yang mencakup perjanjian pertahanan bersama pada Juni 2024.
Korea Utara dilaporkan mengirim rudal balistik dan amunisi ke Rusia sebagai bagian dari kesepakatan dengan imbalan teknologi militer.
Presiden Ukraina Volodymyr Zelensky telah meminta masyarakat internasional untuk meningkatkan tekanan terhadap Korea Utara dan terus mendorong dukungan dari sekutunya agar Ukraina dapat melancarkan serangan lebih jauh ke wilayah Rusia.
Presiden Rusia Vladimir Putin telah memperingatkan bahwa serangan semacam itu akan dilihat sebagai keterlibatan langsung NATO dalam konflik tersebut, yang dapat meningkatkan ketegangan geopolitik di Semenanjung Korea dan kawasan Indo-Pasifik.
Sementara itu, Menteri Luar Negeri AS Anthony Blinken dan Menteri Pertahanan Lloyd Austin akan bertemu dengan rekan-rekan mereka dari Korea Selatan di Washington untuk membahas krisis ini pada 31 Oktober 2024.
(geosurvey.co.id, Tiara Shelavie)