Laporan wartawan geosurvey.co.id, Rina Ayu
geosurvey.co.id, JAKARTA – Kasus penyakit mulut dan kuku (PMK) pada sapi telah menyebar di beberapa wilayah di Indonesia.
Penyakit dengan nama lain seperti apthae epizootica (AE), bug demam dan penyakit mulut dan kuku (FMD) ini disebabkan oleh virus RNA, genus Apthovirus dari keluarga Picornaviridae.
Virus ini memiliki banyak serotipe, di Indonesia tipe yang menyebar diyakini adalah tipe O.
Virus ini menyebar dengan sangat cepat ke hewan peliharaan, baik secara langsung, tidak langsung, atau melalui udara.
Namun apakah virus ini bisa menular ke manusia?
Mantan Direktur Penyakit Menular WHO Asia Tenggara Profesor Tjandra Yoga Aditama mengatakan penyakit tersebut jarang menyerang manusia.
Salah satu jurnal yang memuatnya adalah jurnal ilmiah BMJ tahun 2001 yang berjudul “Penyakit Mulut dan Kuku: Akibat Bagi Manusia”.
Kasus PMK pada manusia terakhir diklaim terjadi di Inggris pada tahun 1966.
Contoh lainnya adalah artikel di jurnal yang sama, BMJ pada tahun 2001 yang berjudul “Inggris menyelidiki kasus penyakit mulut dan kuku pada manusia”.
Kepada wartawan, Rabu (14/1/2025), ia mengatakan, “Artikel ini menyebutkan di dunia ada sekitar 30 hingga 40 orang yang terkena FMD sehingga sangat jarang terjadi, meski ada di”.
Hal ini juga kemudian dibandingkan dengan dokumen tahun 2012 dari CDC Eropa yang menyatakan bahwa risiko PMK pada masyarakat yang mengunjungi daerah terdampak sangatlah rendah (very low) atau risiko yang sangat kecil.
Jenis virus FMD yang ditemukan pada manusia adalah tipe O, disusul tipe C, dan kemudian tipe A.
Mereka tertular FMD setelah kontak dekat dengan hewan yang sakit.
Masa inkubasi pada manusia adalah 2-6 hari. Gejalanya sangat ringan dan dapat hilang dengan sendirinya (self-limiting).
“FMD adalah masalah kesehatan hewan dan tentu saja program pengendalian di negara kita dan di seluruh dunia dilakukan oleh otoritas veteriner,” kata direktur pascasarjana Universitas YARSI tersebut.
Dari data Sistem Informasi Veteriner Nasional (ISIKNAS) sejak 28 Desember 2024 hingga 9 Januari 2025, tercatat 14.630 kasus PMK di Indonesia yang tersebar di 11 wilayah, dengan kematian sapi sebanyak 338 orang.