Laporan dari reporter geosurvey.co.id Fahdi Fahlevi
geosurvey.co.id, JAKARTA – Koordinator Nasional Persatuan Pendidikan dan Guru (P2G) Satriwan Salim menyarankan pemerintah tidak terburu-buru menghapus sistem zona PPDB sekolah.
Dia menilai pengumuman Wakil Presiden Jibran Rakabuming Raka akan dihapuskannya zonasi sebagai sesuatu yang prematur dan mundur.
“P2G berharap pemerintah pusat tidak menghapusnya, dan tidak terburu-buru tanpa adanya kajian akademis yang obyektif dan partisipasi masyarakat yang berarti,” kata Satriwan melalui keterangan tertulis, Senin (25/11/2024).
Ia menilai Menteri Pendidikan Dasar Abdul Muti belum mempelajari dan melibatkan masyarakat dalam diskusi yang mengundang seluruh elemen pemangku kepentingan pendidikan.
Tentu saja Abdul Muti sudah mengumpulkan para pimpinan lembaga pendidikan se-Indonesia dalam rapat koordinasi nasional untuk mengevaluasi kebijakan pendidikan, termasuk PPDB daerah, namun masyarakat belum melihat hasil rekomendasinya, ujarnya.
Satriwan meminta agar keputusan penghapusan sistem zona PPDB tidak menimbulkan dampak kontraproduktif terhadap peserta didik dan sistem pendidikan secara umum.
Permasalahan seperti meningkatnya jumlah anak putus sekolah, terciptanya diskriminasi kasta di sekolah, mahalnya biaya pendidikan di sekolah swasta, dan keterbelakangan anak-anak dari keluarga miskin mungkin akan muncul.
“Yang diperlukan saat ini adalah evaluasi dan kajian menyeluruh terhadap sistem PPDB zonasi,” ujarnya.
“Misalnya kalau diteruskan, bidang apa saja yang diperbaiki? Kalau dihapus apa yang berubah, apakah sistem registrasi sekolah negeri? Apa dampak negatifnya terhadap pemenuhan hak anak? Apakah sistem pendidikan akan terdampak? ” Satriwan menambahkan.
Menurut Abdul Muti, Satrivan, partisipasi masyarakat harus melibatkan seluruh aspek pemangku kepentingan pendidikan.
Jadi kita tidak bisa mengambil keputusan, apalagi terburu-buru. P2G mengharapkan Kemendikbud membuat rencana skema penerimaan siswa baru yang lebih adil, tidak diskriminatif, dan besar. Mendukung seluruh anak Indonesia, tutupnya . Ya
Sebelumnya, Wakil Presiden RI Gibran Rakabuming Raka mengaku meminta Menteri Pendidikan Dasar dan Menengah RI Abdul Muti menghapus sistem zona sekolah.
Pernyataan tersebut disampaikan Gibran karena faktor terbesar atau kunci Indonesia emas di tahun 2045 adalah sektor pendidikan.
“Bapak ibu mungkin pernah melihat pidato saya di youtube di hadapan para pimpinan lembaga pendidikan. Jadi kalau kita bicara masalah generasi emas, Indonesia emas 2045, kuncinya adalah pendidikan, pada generasi muda,” ungkapnya. Gibran dalam pernyataannya. Selamat datang di acara Tanwir 1 Pemuda Muhammadiyah di Hotel Aryaduta, Jakarta, Kamis (21/11/2024).