Pernyataan reporter geosurvey.co.id Aisyah Nursyamsi
geosurvey.co.id, JAKARTA – Mengawali tahun 2025, banyak hal baru yang dinantikan. Salah satunya adalah soal kesehatan.
Pakar kesehatan dan epidemiolog Dicky Budiman mengungkap seperti apa situasi kesehatan di tahun 2025.
Ia mengungkapkan banyak teknologi kedokteran yang berkembang pesat.
Pertama, telemedis. Semakin banyak orang yang menggunakan layanan kesehatan digital, terutama di daerah pedesaan.
Kedua, kecerdasan buatan (AI) digunakan untuk mendiagnosis penyakit secara dini dan meningkatkan koordinasi pengobatan, kata Dicky dalam keterangannya, Kamis (1/2/2024).
Ketiga, perangkat wearable. Perangkat seperti jam tangan pintar menjadi semakin populer untuk pemantauan kesehatan sehari-hari.
Termasuk deteksi dini penyakit jantung dan diabetes.
Keempat, meningkatnya kesadaran tentang hidup sehat. Masyarakat terpelajar khususnya di kota-kota besar.
Diantaranya, sistem nutrisi atau tanaman menjadi lebih kuat.
Perusahaan juga mulai fokus pada kesehatan mental, seperti meditasi, terapi, dan pelatihan mental.
Terakhir, ada keseimbangan kehidupan kerja. Perusahaan semakin mendukung kesejahteraan karyawannya melalui program kesehatan.
Dicky melanjutkan, meminta rencana pengurangan harus dilaksanakan pada tahun 2025.
1. Memperkuat proses deteksi dan analisis yang cepat
• Sistem peringatan dini: Menggunakan teknologi berbasis data untuk memantau penyakit menular seperti flu burung, malaria, dan demam berdarah.
• Kolaborasi kesehatan: Pendekatan kolaboratif yang melibatkan kesehatan manusia, hewan, dan lingkungan untuk mendeteksi dan mencegah penyakit sejak dini.
2. Peningkatan cakupan imunisasi dan edukasi masyarakat
• Vaksinasi flu H5N1: pertimbangkan untuk mendapatkan vaksin flu burung, seperti yang dilakukan di Inggris, untuk mengantisipasi kemungkinan pandemi.
• Kampanye imunisasi: Meningkatkan cakupan vaksinasi terhadap campak, tuberkulosis, campak dan HPV untuk mencegah penyakit menular dan mengurangi angka kematian.
3. Pengendalian vektor dan penyakit zoonosis
• Pengendalian nyamuk: Kampanye pemberantasan sarang nyamuk (PSN) dan penggunaan bioteknologi, seperti sterilisasi nyamuk, untuk mengurangi populasi nyamuk Aedes aegypti.
• Vaksinasi hewan: memperluas program vaksinasi rabies untuk anjing dan kucing dan meningkatkan pengawasan di peternakan unggas.
4. Meningkatnya kesadaran akan resistensi antimikroba
• Mendidik masyarakat untuk mengurangi penggunaan antibiotik yang tidak tepat.
• Mendukung penelitian dan pengembangan obat-obatan baru untuk mengobati penyakit yang resistan terhadap obat.
5. Mempromosikan program-program untuk memerangi penyakit tidak menular.
Pemerintah harus mulai fokus pada pencegahan penyakit kronis dan strategi komunikasi risiko untuk mencegah diabetes, hipertensi, penyakit kardiovaskular, dan obesitas.
Selain itu, pada tahun 2025 juga penting adanya program masyarakat yang mendukung aktivitas fisik, pola makan sehat, dan pemeriksaan kesehatan secara berkala, kata Dicky.
6. Menyiapkan rencana kesiapsiagaan pandemi
• Kegiatan simulasi: Pemerintah dan sektor kesehatan harus secara teratur melakukan latihan kesiapsiagaan terhadap penyakit.
• Ketersediaan pasokan medis: Memastikan pasokan obat-obatan, pasokan medis, dan tenaga medis yang memadai untuk menangani wabah besar.
• Melalui kesatuan sistem kesehatan, penguatan dan kerja sama sistem kesehatan, Indonesia dapat mengantisipasi dan mengatasi ancaman kesehatan ini.
“Persiapan yang matang, investasi pada teknologi kesehatan dan pendidikan masyarakat adalah kunci untuk mencapai kemajuan dalam menjamin kesehatan yang lebih baik di tahun-tahun mendatang,” tutupnya.