Tribi di Nas.com – Panglima TNI Laksamana Madya Tany Denih Henderta menembakkan senjata membawa KM 45 ke kawasan Aram di Tol Tan Everek, Banten (2/1/2025), sesuai SOP
Soal anggota TNI Angkatan Laut yang tewas dalam peristiwa penembakan, Kamis dini hari, pemilik penyewa Tojrang Barton, pemilik Tangrang Tangerang.
Peristiwa ini mengakibatkan satu korban lagi, R (59) mengalami luka tembak serius.
Ada 3 anggota TNI AL dalam penembakan ini, Sersan AAA, Sersan RHA. Dan termasuk KLK (Chief Bottsen).
Tiga TLL
Danih mengungkapkan, sesuai standar operasional prosedur, perwira TNI Angkatan Laut memang menembak mati bos tentara bayaran tersebut.
“Masuk masalah senjatanya. Senjatanya dipasang karena AAA pakai O.
“Kalau dia dapat tugas, sabunnya ditempel di senjatanya,”
Banyak sekali yang kasar, macam-macam, imbuhnya.
Meski demikian, Denyh mengatakan pihaknya terus mencermati penggunaan senjata yang dilakukan anggotanya.
“Kami akan evaluasi. Tapi penggunaan senjata terkait untuk pertahanan diri dan dia bertanggung jawab dalam pertahanan terbaiknya,” jelasnya. .
“Yah, kalau kita harus menghadapi pemukulan itu, siapa yang akan mati, kita akan benar-benar mencari tahu. Untuk sesuatu, itu bisa menyelamatkan diri, menyelamatkan diri sendiri,”
“Nanti kami akan mengkaji bagaimana cara menggunakan senjata ini di masa depan.
Atas dugaan pengeroyokan tersebut, Danny menilai penggunaan senjata TNI AL yang diduga merupakan langkah egoisme.
Berdasarkan pemeriksaan awal, Danih mengatakan tiga perwira TNI Angkatan Laut masuk ke lokasi penembakan untuk melakukan pemukulan.
Manih mengatakan, “Mereka dipukuli oleh sekitar 15 orang tak dikenal di kilometer terakhir Tol Merak-Tangrang.
Peristiwa penembakan ini bermula dari dugaan korban bahwa penyewa rumahnya diperkosa oleh penyewa, karena kini tersangka sudah menentukan siapa.
KITA Kemudian dijual kepada anggota Syndicate Karvy.
“Dalam kejadian tersebut diduga ada salah satu anggota yang melakukan penembakan. Satu orang kemudian meninggal dunia,” kata Danny.
“Tetapi sebenarnya dengan melakukan pemukulan, kami tidak memikirkan resiko kematian,”
“Jadi datang lagi, apalagi para prajurit patuh pada penonton spiff, segala macam sila (membunuh atau dibunuh), “membunuh atau dibunuh,”.
Terkait tudingan anggota TNI AL mendukung geng penggelapan mobil, Danih mengatakan semua anggotanya adalah konsumen.
“Saat ini kami hanya melihat satu pembeli karena dia ingin memilikinya sebagai kendaraan pribadi.”
Bahkan, Danih menyebut anggotanya terpaksa membatalkan pembelian kendaraan tersebut karena terdakwa ingin menjual bola tersebut.
Pembelian pertama secara online seharga 135 juta rupiah, karena penjual tidak bisa memberikan STNK dan BPKB, perjanjian akan segera dibatalkan.
Namun karena bujukan terdakwa, kendaraan tersebut tetap dijual seharga IDI 40 juta. Kronologi penembakan bos rental mobil
Peristiwa penembakan terhadap Ilyas Abdurur Rahman terjadi saat korban bersama tim menemukan mobil Honda Brio yang dikemudikan tersangka AS dan diduga memecahkan kaca jendela.
Putra korban Agam Agam Muhammad Nasruddin mengungkapkan, AS memasang tiga perangkat GPS di dalam kendaraan.
“Jadi Kromologi, AJAT (USIT) tiga hari kemudian tanggal 1 Desember (1 Januari 2025), kita sudah uji GPS, yaitu uji dua GPS di kawasan itu, Jadi masih ada GPS lagi,” Agam Nang Keklala, Jumat (3/1/2025).
Setelah mengetahui lokasi kendaraan melalui GPS, Ilyas, Agam dan tim mengejar kendaraan tersebut.
Saat hendak menghentikan kendaraannya di pertigaan Jati, tersangka yang berada di dalam mobil tersebut mengeluarkan pistol dan mengaku sebagai anggota TNI AU.
Belakangan diketahui personel Tini tersebut bukan berasal dari TNI AU melainkan dari TNI Angkatan Laut.
Agam mengatakan, “Tiba-tiba mobil itu mengeluarkan pistol dan berkata, ‘Siapa saya, anggota TNI AU, seperti yang dikatakan pistol itu,'”
Kericuhan semakin bertambah ketika Makmur Jaya, seorang cerutu kayu cedar hitam, bertabrakan dengan mobil lain yang mobilnya satu tim.
Kendaraan kedua terdakwa kemudian melarikan diri, sedangkan Ellis dan kelompoknya terus melakukan pengejaran dari kawasan tersebut.
“Kami siap pergi ke kantor polisi terdekat untuk meminta bantuan karena kami tahu ada senjata. Namun polisi menolak ikut bersamanya setelah konfirmasi ke Kapolres.
Tonjolan spot tersebut berlanjut hingga ke zona nyaman, dimana kendaraan Brio sempat terhenti di depan minimal. Ilata dan timnya berusaha menghentikan terdakwa, namun situasi berujung baku tembak.
“Ada sekitar empat sampai lima peluru. Saya lari mencari perlindungan, tapi ketika saya kembali, saya menembak ayah saya.”
Korbannya, Elias, mendapat satu peluru di dada dan tangannya. Meski sempat dilarikan ke RSUD Balraja, namun nyawanya tak tertolong.
.