geosurvey.co.id – Ismail Qani, komandan Pasukan Quds Iran, diperiksa karena diduga membelot atau memiliki hubungan dengan Israel.
Sebelumnya dikabarkan Kaani tewas akibat serangan Israel yang menyasar calon Sekretaris Jenderal Hizbullah.
“Dia sedang diselidiki berdasarkan laporan intelijen,” kata seorang sumber kepada Sky News Arabia.
“Dia dipindahkan ke rumah sakit dan kepala bironya (Ehsan Shafiqi) dicurigai memiliki hubungan dengan Israel.”
Laporan media menyebutkan Kaani pingsan setelah menderita serangan jantung saat diinterogasi.
Sebelumnya beredar kabar kesehatan Kaani sedang kurang baik.
Namun Wakil Kepala Pasukan Koordinasi QDS Brigjen Iraj Masjidi membantah kabar tersebut. Menurutnya, Kaani dalam keadaan sehat dan tetap melanjutkan aktivitasnya.
Kekhawatiran muncul mengenai tingkat campur tangan Israel dalam hierarki kepemimpinan Iran.
Investigasi Kaani dimulai setelah penangkapan Shafiqi. Shafiqi mengatakan dia berkomunikasi dengan Israel melalui pihak ketiga di luar Iran.
Sementara itu, dilaporkan bahwa setelah komandan sebelumnya Qassem Soleimani terbunuh dalam serangan Amerika di kota Baghdad, Irak, terjadi perselisihan internal di pasukan QVC. Perpecahan tersebut menyebabkan pemecatan Kaani. lenyap
Seorang pejabat tinggi keamanan Iran mengatakan bahwa Qani menghilang setelah serangan Israel terhadap Hashem Sefiddin, kandidat pengganti Hassan Nasrallah sebagai Sekretaris Jenderal Hizbullah.
Sumber yang diperoleh Reuters menyebutkan, Qaani berada di Doha pada saat serangan Israel terjadi. Namun Kaani tidak ikut pertemuan dengan Sefiddin.
Kontak dengan Safdin juga terhenti setelah serangan Israel terhadapnya. Dia diyakini tewas, namun Israel belum mengkonfirmasi hal ini.
Sumber lain menyebutkan, Qoani pergi ke Beirut setelah Nasrullah dibunuh Israel. Dia terakhir terlihat pada Minggu pekan lalu ketika mengunjungi kantor Hizbullah di Teheran.
Surat kabar terkenal Amerika Serikat, “New York Times”, menulis bahwa Kaani pergi ke Lebanon untuk membantu Hizbullah mengatur ulang organisasinya setelah pembunuhan Nasrullah.
Sumber dari Korps Garda Revolusi Islam Iran di Beirut mengatakan hilangnya Qani dan diamnya para pejabat di Teheran menyebabkan kepanikan di Korps Garda Revolusi.
Rumor mengenai nasibnya menyebar dengan cepat. Ada yang mengatakan bahwa dia meninggal di pengasingan.
Media Saudi Al Hadat menyebutkan Qaani bertemu dengan Nasrullah dan komandan Fouad Shukar sebelum keduanya dibunuh oleh Israel.
Menurut media tersebut, Kaani tidak berpartisipasi dalam pertemuan Hizbullah yang menjadi target Israel. Hal ini menimbulkan keraguan. Profil Kaani
Qani lahir pada tahun 1957 dan menjadi tokoh penting dalam strategi militer Iran sejak memimpin Pasukan Quds pada tahun 2020.
Namun kepemimpinan Kaani kurang dikenal. Para ahli mengatakan bahwa dia tidak dapat mempertahankan hubungan dengan sekutu Iran, maupun dengan pendahulunya, Suleimani.
Berbeda dengan Soleimani yang kerap difoto di garis depan operasi di Irak dan Suriah, Qaani jauh dari sorotan publik. Dia mengadakan pertemuan tertutup.
Kepemimpinan Qaani ditandai dengan meningkatnya serangan Israel terhadap sekutu Iran, termasuk Hizbullah dan kelompok paramiliter lainnya.
Karir militer Israel dimulai dengan perang Irak-Iran pada tahun 1980an. Dia kemudian bertarung dengan IRGC.
Pada tahun 1997, ketika Soleimani menjadi panglima tertinggi, ia menjadi wakil komandan Pasukan Quds.
Peran Qani di Pasukan Quds termasuk mengawasi operasi di luar perbatasan timur Iran, khususnya di Afghanistan dan Pakistan.
Berbeda dengan Soleimani, Qaani tidak bisa berbahasa Arab, sehingga membatasi kemampuannya untuk membangun hubungan dekat dengan milisi Arab.
Ketika Qaani terpilih memimpin Pasukan Quds, dia berjanji akan melanjutkan misi Suleimani untuk mengusir pasukan Amerika dari Asia Barat.
“Kami berjanji untuk melanjutkan jejak martir Soleimani dengan kekuatan yang sama,” katanya, menurut India Times.
(Mimbar / Februari)