Laporan reporter geosurvey.co.id Rina E
geosurvey.co.id, JAKARTA – Presiden Persatuan Nefrologi Indonesia (PERNEFRI), Dr. Pringgodigdo Nugroho, Sp.PD-KGH menyebutkan pentingnya deteksi dini dan intervensi dini pada pasien penyakit ginjal kronis.
Jika tidak mendapat pengobatan yang baik dalam 7 tahun pertama, pasien gagal ginjal bisa mengalami penyakit ginjal kronis (CKD).
Namun jika terdeteksi sejak dini, kondisi yang menyebabkan gagal ginjal kronis dapat diobati dengan lebih baik.
“Penyakit ginjal kronis erat kaitannya dengan hiperkalemia. Ketika seseorang menderita penyakit ginjal kronis, mereka tidak mampu mengeluarkan kalium seefisien biasanya. Hal ini dapat menyebabkan penumpukan kalium dalam darah, yang merupakan ciri khas hiperkalemia.” dalam kalium dalam darah. dapat menimbulkan berbagai komplikasi,” ujarnya di Jakarta, Sabtu (21 Desember 2024).
Hiperkalemia adalah suatu kondisi yang ditandai dengan tingginya kadar kalium dalam darah, yang dapat mengancam jiwa.
Ia menjelaskan, pada penderita hiperkalemia, ginjal secara perlahan kehilangan perannya dalam menyaring darah, membuang limbah, dan menjaga keseimbangan air dan elektrolit dalam tubuh.
Keadaan hiperkalemia pada pasien CKD dapat meningkatkan kemungkinan kematian dalam satu hari setelah kejadian.
Selain pada pasien CKD, hiperkalemia juga dapat terjadi pada pasien gagal jantung, diabetes, dan pasien yang mengonsumsi obat tekanan darah.
Namun, pada pasien CKD, mereka lebih rentan mengalami hiperkalemia, dengan risiko 40 hingga 50 persen lebih tinggi.
Bahkan pada gagal ginjal stadium lima, risiko terjadinya hiperkalemia bisa mencapai sebelas kali lebih tinggi dibandingkan mereka yang tidak memiliki penyakit ginjal kronis yang hanya memiliki satu risiko.
Kasus CKD yang ringan mungkin tidak menimbulkan gejala, namun hiperkalemia yang terjadi lambat dapat menyebabkan serangan jantung dan kematian.
Untuk itu, penting untuk mendorong pemeriksaan segera dengan pemeriksaan darah dan EKG. Sehingga pasien dapat menerima pengobatan yang tepat sesegera mungkin. Deteksi dini memungkinkan dilakukannya intervensi untuk membantu menormalkan kadar kalium dan mencegah komplikasi yang berhubungan dengan hiperkalemia, seperti aritmia jantung atau masalah jantung serius lainnya.
“Tidak hanya itu, deteksi dini juga memberikan penghematan biaya karena tidak perlu melakukan terapi penggantian ginjal selama bertahun-tahun. Maka kualitas hidup pasien bisa lebih baik,” jelas dr Pringodigado.
Pemeriksaan segera dengan pemeriksaan darah dan EKG sangat dianjurkan bagi penderita penyakit ginjal kronis. Hal ini memungkinkan pasien untuk menerima perawatan yang tepat dari dokternya sesegera mungkin.
Dr Pringgodigdo mengatakan bahwa fokus utama diagnosis, intervensi dan prosedur pelaksanaan pertama pada pasien CKD adalah terkait dengan mobilitas dan mortalitas atau kematian akibat penyakit tertentu, baik karena Kardiorenal, yang mengacu pada hubungan kompleks antara penyakit jantung (kardiovaskular) dan penyakit jantung. penyakit ginjal.
Dokter Pringgodigdo mengatakan, hipertensi dan diabetes merupakan penyebab utama penyakit kronis dan penyakit kardiovaskular lainnya.
Oleh karena itu, ia menyarankan pentingnya menerapkan pola hidup sehat.
Mulai dari pola makan seimbang, mencegah berat badan berlebih dan mengonsumsi garam dan gula sesuai anjuran, hingga rutin berolahraga dan aktivitas fisik.
Jika hal ini menyebabkan hiperkalemia, pemantauan kalium darah secara teratur juga diperlukan. Menyesuaikan pola makan dan mengonsumsi obat-obatan tertentu dapat membantu mengontrol kadar kalium dan mencegah kemungkinan komplikasi.
Sebab sinergi antara pengobatan CKD dan pengobatan hiperkalemia sangat penting untuk meningkatkan kualitas hidup pasien dan juga untuk mengurangi risiko komplikasi yang timbul.