Tribun News.com, Jakarta – Sektor kesehatan mempunyai peran besar dalam berkontribusi terhadap salah satu tantangan yang harus dihadapi negara. Menteri Kesehatan harus menjadi nakhoda kapal dan mampu bekerja sama dengan semua pihak dalam pembangunan kesehatan.
Kita juga perlu mendukung penelitian kesehatan baru, khususnya di institusi akademis, untuk menghasilkan produk yang terjangkau dan dapat digunakan masyarakat.
Terkait hal tersebut, Ketua Pengurus Persatuan Gastroenterologi Indonesia (PGI), Dr. Ari Fahryal Siam SPD-KGAH, MMB, FACP, FACG mengatakan salah satu inovasi dalam penelitian kesehatan adalah upaya mandiri untuk mengembangkan obat, vaksin, dan alat kesehatan yang dapat diproduksi secara lokal.
“Perusahaan farmasi dalam negeri juga sudah banyak yang menyetujui produknya di negara tetangga. Di sisi lain, pendanaan BPJS yang tidak terbatas harus dibatasi. Rekomendasi Health Technology Assessment (HTA) harus dilaksanakan oleh Kementerian Kesehatan,” kata Profesor Ari Fahriyal. Senin (6).
Menurut Profesor Ari Fahriyal, mengikuti kemajuan negara dalam produksi teknologi maju, kita akan melihat pertumbuhan pesat dalam produksi peralatan medis canggih di negara-negara Asia lainnya seperti India, Tiongkok dan Turki. Jepang.
Ia mengatakan, hingga saat ini perlengkapan yang dibutuhkan untuk endoskopi saluran cerna masih diimpor. “Para tenaga medis akan dengan senang hati menggunakan produk-produk dalam negeri yang berkualitas ketika alat-alat kesehatan tersebut masuk ke pasar Indonesia. Akhirnya, ada harapan untuk Indonesia yang sehat, dan saya kira hal ini harus disepakati oleh komunitas medis dan lembaga pendidikan kedokteran dan kesehatan. Ari Fahrial “Di mana kita tertinggal dalam hal pembangunan kesehatan. Mereka diajak berkomunikasi dan bekerja sama untuk mencapai level tersebut.
Profesor Ari Fahriyal membahas tentang peran organisasi profesi di lembaga pendidikan, organisasi kemasyarakatan, swasta dan lembaga pemerintah lainnya yang berperan penting dalam pembangunan kesehatan. Ia meyakini, kerja sama Kementerian Kesehatan dan pemangku kepentingan pembangunan kesehatan tidak akan lebih baik di tahun 2024.
Semua pemangku kepentingan pembangunan kesehatan terlibat dalam pembangunan kesehatan dan telah berkontribusi untuk membantu masyarakat mengatasi tantangan kesehatan saat ini.
Lembaga Gastroenterologi Indonesia (PGI) terlibat dalam pembangunan kesehatan khususnya di bidang saluran cerna, melanjutkan pendidikan kedokteran, peningkatan kapasitas dokter umum, spesialis dan sub spesialis di bidang gastroenterologi, serta melakukan penelitian multi institusi. uji klinis” melalui seminar, webinar, sosial. Kami terus mengedukasi masyarakat melalui media, dll.”
Profesor Ari Fahriyal, PB PGI terus meningkatkan konsensus di bidang gastroenterologi terhadap informasi yang menjadi pedoman bagi para profesional medis di seluruh Indonesia. Selain itu, PBPG juga rutin mengirimkan tenaga ahli ke BPOM untuk memberikan pendapat ahli mengenai obat baru yang diluncurkan di Indonesia. PB PGI aktif memposting topik Kajian Teknologi Kedokteran. PB PGI ikut serta sebagai kelompok ahli dalam penulisan resep nasional.
“Tahun lalu Kementerian Kesehatan bekerja keras dalam menerapkan UU Kesehatan 17 Tahun 2023 dan PP N0 28 Tahun 2024. Namun upaya tersebut nampaknya tidak memperbaiki upaya sebelumnya secara efisien bahkan tergesa-gesa,” ujarnya.
Menurut Profesor Ari Fahriyal, konflik yang tidak diantisipasi dengan baik dapat menimbulkan konflik yang berkepanjangan. Enam pilar utama transformasi kesehatan: layanan primer, layanan rujukan, jaminan kesehatan, pembiayaan kesehatan, serta sumber daya dan teknologi kesehatan terus didorong oleh berbagai inovasi.
Meskipun telah banyak usulan ketentuan untuk mendukung hal tersebut, namun tantangan terbesarnya adalah pada urutan pelaksanaannya, terutama dari segi lokasi dan evaluasi, program yang diambil dari enam pilar transformasi kesehatan masih mempunyai berbagai kendala.
Kendala terbesarnya adalah upaya kolaboratif antara pemerintah pusat dan daerah serta masyarakat, termasuk para pelaku kesehatan.
“Saat ini ego sektoral masih kuat dalam pembangunan kesehatan. Secara konsisten Profesor Ari Fahrial mengatakan, “Kesehatan di Indonesia termasuk dalam implementasi enam pilar perubahan kesehatan.”
Konsep sistem kesehatan akademik (AHS) adalah mengintegrasikan peran departemen kesehatan dengan sumber daya antara lain lembaga akademik dan rumah sakit milik lembaga akademik, sumber daya manusia, lembaga pengajaran, lembaga penelitian dan kedokteran. Instansi pemerintah daerah dan masyarakat merupakan tenaga kesehatan masa depan.
“Tujuan AHS tidak hanya menciptakan sumber kesehatan yang terpercaya, tetapi juga menciptakan pelayanan kesehatan yang kompeten yang bertujuan untuk mencapai berbagai tujuan pembangunan kesehatan.
Konsep AHS memungkinkan pembiayaan layanan kesehatan yang lebih efisien, distribusi tenaga kesehatan yang lebih baik, dan peningkatan penelitian kesehatan baru, yang pada akhirnya mengarah pada pembiayaan layanan kesehatan yang lebih efisien dan upaya pencegahan penyakit yang lebih baik. “AHS memungkinkan adanya resource sharing bagi seluruh pemangku kepentingan yang ada,” pungkas Profesor Ari Fahrial.