geosurvey.co.id – Mantan anggota tentara Korea Utara yang menjadi pemberontak Lee-Wong-gil mengatakan tentara Korea Utara merasa bangga dan terhormat dikirim ke Rusia.
Kabar tersebut muncul saat 10.000 tentara Korea Utara tiba di Kursk, garis depan konflik antara Rusia dan Ukraina.
Tak hanya kekuatan militer, Korea Utara juga disebut akan mengirimkan lebih banyak pasukan ke medan perang untuk membantu Rusia melawan Ukraina.
Hal itu disampaikan Badan Intelijen Nasional (NIS) Korea Selatan dan Sekretaris Jenderal Pakta Pertahanan Atlantik Utara (NATO) Mark Rutte dalam pertemuan tertutup, Selasa (29/10/2024).
Namun, banyak ahli percaya bahwa beberapa pasukan Korea Utara yang telah mencapai garis depan perang sedang menderita.
Publik menuduh pemimpin Korea Utara Kim Jong-un mengkhianati tentaranya untuk melancarkan perang agresi ilegal.
Pasalnya kehadiran tentara Korea Utara dipandang hanya sebagai korban bagi Rusia sebelum penyerangan ke Ukraina. Gaji tentara Korea Utara dipotong berdasarkan negara
Pemerintah Rusia diketahui berjanji akan membayar US$2.000 atau sekitar 31 juta rupiah per bulan kepada tentara Korea Utara yang ingin dikirim ke Kursk.
Jumlah gaji yang dibayarkan Moskow menunjukkan peningkatan luar biasa hingga 10 kali lipat dibandingkan gaji sebelumnya.
Bulan lalu, Radio Free Asia melaporkan rata-rata gaji tentara Korea Utara hanya antara 100 dan 300 won.
Namun Storm Corps, yang juga dikenal sebagai Korps ke-11, sebuah unit pembelot Korea Utara, mengatakan gaji bulanan pekerja dan tentara Korea Utara tidak akan sesuai dengan jumlah yang dijanjikan.
Gaji tersebut kemungkinan akan dikurangi sebesar 90% hingga 95% dari kontribusi pemerintah Rusia.
Artinya tentara Korea Utara yang bertugas di Rusia hanya mendapat penghasilan sekitar satu dolar AS per orang.
Namun, Korea Utara disebut akan memberikan sejumlah insentif untuk meningkatkan kesejahteraan para prajuritnya.
Hal ini termasuk keanggotaan dalam Partai Pekerja yang berkuasa dan hak untuk pindah ke Pyongyang, ibu kota negara tersebut.
Anggota keluarga tentara yang dikirim ke Rusia dikatakan menerima tunjangan seperti tempat tinggal yang bagus atau masuk ke universitas yang bagus. Tentara Korea Utara mengaku bangga
Menepis stereotip negatif yang dilontarkan masyarakat, Lee-Wong-gil menegaskan bahwa militer Korea Utara tidak seputus asa yang dipikirkan pihak luar.
Para prajurit memandang pekerjaan penting ini sebagai komoditas langka selama perjalanan yang bisa menghasilkan banyak uang.
Bahkan, beberapa tentara Korea Utara mengaku bangga karena berkesempatan melihat dan menguji peralatan tempur tercanggih milik tentara Rusia.
Tak sampai disitu saja, tentara Korea Utara pun mengaku diperlakukan seperti keluarga saat tiba di Rusia.
“Mereka akan menganggap suatu kehormatan untuk terpilih sebagai salah satu tentara Korea Utara yang berangkat ke Rusia,” kata Lee Ung-gil kepada APNews. Media Korea Utara menolak berkomentar ketika agen mata-mata Seoul mengatakan Pyongyang telah memutuskan untuk mengirim pasukan “skala besar” ke Rusia untuk menyerang Ukraina.
Bertentangan dengan tanggapan Korea Utara, Putin tidak menyangkal bahwa pasukan Korea Utara saat ini berada di Rusia.
Putin telah mengatakan bahwa terserah pada Moskow untuk memutuskan bagaimana melaksanakannya sebagai bagian dari perjanjian pertahanan nuklir yang ia tandatangani dengan pemimpin Korea Utara Kim Jong Un pada bulan Juni.
Sebagai imbalan atas dukungan Korea Utara terhadap Rusia, Presiden Putin disebut-sebut telah memberikan bantuan teknis untuk mengembangkan program rudal dan satelit mata-mata Korea Utara.
Ini termasuk satelit pengawasan dan kapal selam. Moskow juga dapat memberikan jaminan keamanan dan dukungan PBB untuk negara terisolasi tersebut, yang telah beberapa kali dikenai sanksi atas uji coba nuklir. (geosurvey.co.id/ Namira Junia)