Laporan jurnalis geosurvey.co.id Nitis Hawaroha
geosurvey.co.id, JAKARTA – Menteri Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM) Bahlil Lahadalia mengatakan pemerintah akan mengoptimalkan jaringan gas bumi (Jargas) dalam negeri untuk mengurangi impor gas dari Indonesia.
Sebab menurutnya konsumsi gas Indonesia sebesar 8 juta ton per tahun. Namun industri LPG dalam negeri hanya mampu memproduksi 1,7 juta ton dan mengimpor sisanya 6-7 juta ton.
“Bersama SKK Migas dan Pertamina, saya hitung kita bisa produksi sekitar 1,5-2 juta ton. Bagaimana dengan sisanya? Kami memproduksi tabung gas. Kita harus membuat tabung gas ini. Kalau tidak, kita impor lagi, impor lagi, impor lagi, akhirnya impor kita habis,” kata Bahlil saat Konferensi Nasional dan Malam Penghargaan Repnas, Senin (14/10/2024).
Bahlil mengatakan, optimalisasi Jargas harus lebih didorong mengingat pipa-pipa tersebut belum dikembangkan secara luas.
Selain itu, Bahlil mengaku pihaknya sudah meminta anggaran pembangunan pipa gas tersebut kepada Menteri Keuangan (Menkeu) Sri Mulyani Indrawati.
“Jadi pipa gas di Jatim baru 6 persen. Di Jabar hanya 4 persen. Di Jawa Tengah hanya 2 persen. Mengapa? Karena pipanya belum dibangun. Saya tanya ke Menteri Keuangan kemarin,” kata Bahlil.
“Pipa-pipa ini perlu kita bangun sebagai jalan tol. Untuk apa jalan tol ini? Biaya yang kami bayarkan kepada masyarakat untuk membeli gas terjangkau,” lanjutnya.
Bahlil mengatakan, ke depan pemerintah akan membangun industri gas yang bisa dikonversi menjadi LPG dengan menggunakan propana (C3) dan butana (C4). Menurut dia, 2 juta ton bisa dikonversi menjadi LPG.
Di satu sisi, Bahlil mengungkapkan, subsidi gas setiap tahun berkisar Rp60 hingga 80 triliun karena harga gas tidak pernah naik sejak tahun 2006.
“Harga gas Aramco per kilogram saat ini sekitar PLN 18.000. Rp Tapi kami masyarakat tidak akan membelinya lebih dari Rp 5.700 atau maksimal Rp 6.000. Kalau ditambah sedikit, masyarakat akan mendapat tambahan,” kata Bahlil.