Dilansir jurnalis geosurvey.co.id Endrapt Pramoudiaz
Tribun News.com, Jakarta – Pemerintah berencana menghentikan impor garam untuk keperluan industri pada tahun 2027. Menurut Menteri Kelautan dan Perikanan Shakti Vahyu Trengon, target tersebut sangat realistis.
Untuk itu, pemerintah akan membangun fasilitas produksi di Nusa Tenggara Timur (NTT). Beberapa titik disiapkan misalnya di Pulau Sabu atau di kawasan Malaka.
NTT dipilih karena letak geografisnya yang mirip dengan tambang garam di dekat kota Darwin, Australia.
Pemerintah sangat ingin mencontoh apa yang dilakukan Australia dalam produksi garam. Negeri Kanguru dikenal sebagai pemasok utama garam Indonesia.
Seperti di Australia, NTT dipilih pemerintah karena masa pemanasannya cukup lama yakni sekitar delapan bulan.
Pemerintah juga akan mengadopsi teknologi yang digunakan Australia dalam produksi garam.
Dengan mencontoh teknologi yang digunakan, Indonesia akan mampu memproduksi garam industri seperti Australia yang diharapkan pemerintah bisa mencapai 10 juta ton setiap tahunnya.
“Kami akan membangunnya di wilayah NTT. Kalau di Australia produksinya 10 juta ton per tahun, itu garis, malah di NTT, di Darwin, cuacanya sama seperti di Indonesia,” kata Trengono dalam pertemuan di Jakarta Selatan, Bisnis Kelautan dan Perikanan Jakarta Selatan. Forum, Selasa (12/10/2024).
“Jadi tidak ada masalah, kita tinggal adopsi teknologinya, produksinya bisa kita jalankan dari sana (di NTT). Lahannya juga murah,” ujarnya.
Kini pemerintah telah membuat rencana bisnis pembangunan pabrik garam di NTT.
Rencana tersebut mencakup kebutuhan belanja dan BUMN yang melaksanakannya. Ada rencana untuk mengangkat P. sebagai eksekutif. T.Haram.
Saya sudah memberitahu Presiden tentang hal ini. Presiden mengatakan hal itu harus segera dilakukan. Jadi secara teknis sebenarnya sangat sederhana,” kata Trengona.
Saat ini produksi garam dalam negeri belum memenuhi standar yang dipersyaratkan sehingga belum mampu memenuhi kebutuhan industri.
Kandungan natrium klorida (NaCl) garam produksi lokal masih di bawah standar industri.
Ke depan, dengan adanya kapasitas produksi garam di NTT dengan teknologi serupa di Darwin, Trenggono yakin kadar NaCl bisa ditingkatkan dari produksi garam lokal sehingga bisa memenuhi kebutuhan industri.
“Industri membutuhkan minimal 97 NaCl. Jika konsumsi 95. Ini (garam dengan kandungan NaCl) sama dengan 97. Insya Allah tahun depan kita mulai (produksi),” tutup Trenggono.