Laporan Jurnalis Tribunnevs.com Eko Sutrianto
TRIBUNNEVS.COM, JAKARTA – Setelah vakum selama dua tahun akibat pandemi COVID-19, Universitas Tohoku baru-baru ini kembali menjadi tuan rumah Seminar Interdisipliner Internasional Tatap Muka Universitas Tohoku (TUIIS) ke-5 di Kampus Kawauchi, Sendai, Jepang.
Acara ini diadakan dalam rangka mempererat kerjasama dan pertukaran ilmu pengetahuan antara universitas Indonesia dan Jepang.
Ketua TUIIS Dr. Peter John Wanner mengatakan TUIIS merupakan ajang bagi para ilmuwan, peneliti, dan profesional dari berbagai negara untuk mendiskusikan perkembangan terkini dalam berbagai disiplin ilmu.
“Kami juga membahas pentingnya kolaborasi interdisipliner di era globalisasi,” kata Peter dalam pernyataan terakhirnya.
LIA University, salah satu institusi pendidikan tinggi di Indonesia, merupakan salah satu penyelenggara TUIIS.
Rektor LIA University Siti Yulidhar Harunasari mengatakan, selain memaparkan hasil penelitiannya, juga akan melaksanakan program pengabdian kepada masyarakat berupa pengenalan budaya Indonesia kepada mahasiswa Tohoku University.
Selain Rektor, delegasi LIA University antara lain Ismarita Ramaianti, Ph.D., Yesi Trikahiani, M.C., dan Dr. Diah Madubanti.
“Acara ini bertujuan untuk mempererat silaturahmi kedua universitas dan memperluas pemahaman budaya para peserta,” ujar Dr. Kota.
Tohoku University Graduate School of International Cultural Studies Hiroyuki Eto mengatakan TUIIS merupakan platform strategis untuk memperkuat kerja sama akademik internasional.
Wakil Ketua TUIIS Dr. Ismail Suardi mengatakan kepada Vekke bahwa layanan ini merupakan langkah permanen menuju perluasan kerja sama internasional, khususnya antara universitas di Indonesia dan Jepang.
“Kami berharap para peserta workshop dapat membawa pulang ide-ide inovatif yang relevan dan bermanfaat,” ujarnya.
Melalui TUIIS 2024, LIA University menegaskan komitmennya untuk berkontribusi terhadap pengembangan ilmu pengetahuan dan teknologi.
“Juga mempromosikan kebudayaan melalui jaringan global, memperkuat posisi sebagai perguruan tinggi yang berdaya saing internasional,” kata (Eko Sutrianto).