geosurvey.co.id – Itulah beberapa peristiwa perang antara Rusia dan Ukraina yang memasuki hari ke-1010 pada Jumat (29/11/2024).
Presiden Rusia Vladimir Putin mengancam akan menyerang Kiev dengan rudal Orishnik.
Rudal ini merupakan rudal jarak menengah yang digunakan Moskow untuk menargetkan kota Dnipro pada pekan lalu.
Putin mengklaim bahwa senjata-senjata tersebut tidak dapat ditembak jatuh oleh sistem pertahanan udara mana pun.
“Tentu saja, kami akan menanggapi serangan yang sedang berlangsung di wilayah Rusia dengan rudal jarak jauh buatan Barat, seperti yang telah kami nyatakan, dan ada juga kemungkinan untuk terus menguji Orshanik dalam kondisi pertempuran, seperti pada 21 November. Ini sudah berakhir. .” Putin berbicara pada pertemuan yang dihadiri oleh mantan pemimpin Uni Soviet di Kazakhstan.
Dia berkata: “Saat ini, Kementerian Pertahanan dan Staf Umum memilih target serangan di wilayah Ukraina. Ini adalah fasilitas militer, perusahaan pertahanan dan industri atau pusat pengambilan keputusan di Kiev.”
Lihat acara lainnya di bawah. Hari ke-1010 perang Rusia-Ukraina: Penasihat presiden Ukraina Mykhilo Podoluk menyebut klaim Putin bahwa sistem pertahanan udara tidak dapat melawan rudal Orshinik “tentu saja hanya mitos”.
Ini adalah versi yang sedikit dimodifikasi dari rudal balistik antarbenua Rusia yang sudah ada, kata Orshinek.
Putin disebut-sebut telah melontarkan klaim serupa hingga rudal Kunzal ditembak jatuh oleh sistem pertahanan udara Patriot. Perdana Menteri Polandia Donald Tusk mengatakan ancaman Putin untuk menyerang Kiev adalah “bukti kelemahan”.
Dia menambahkan bahwa dia tidak akan tertipu oleh kata-kata Barat tersebut. Presiden AS Joe Biden mengatakan serangan terhadap infrastruktur energi Ukraina menunjukkan “urgensi” untuk mendukung Kiev.
“Serangan ini mengerikan dan merupakan pengingat akan urgensi dan pentingnya mendukung rakyat Ukraina dalam mempertahankan diri melawan agresi Rusia,” kata Biden dalam sebuah pernyataan. katanya. Polisi antihuru-hara Georgia menembakkan gas air mata dan meriam air ke arah pengunjuk rasa yang memprotes keputusan partai berkuasa pro-Rusia untuk menunda upayanya untuk bergabung dengan Uni Eropa.
Ribuan orang melakukan protes di ibu kota Georgia, Tbilisi, dan kota-kota Georgia lainnya setelah Perdana Menteri Irakli Kobakhidze mengumumkan keputusannya untuk menantang legitimasi parlemen dan pemerintah yang baru terpilih di negara itu, di tengah ketegangan pasca pemilu.
Oposisi pro-Barat di negara Kaukasus itu mengutuk pemilu 26 Oktober sebagai “penipuan”.
Sementara itu, Uni Eropa dan Amerika Serikat telah menyerukan penyelidikan atas dugaan “kejanggalan” pemilu.
(Berita Tribun, Andar Walan Nograhani)