Dilansir reporter geosurvey.co.id, Nitis Khavaroh
geosurvey.co.id, JAKARTA – Menteri Perencanaan Pembangunan Nasional Rahmat Pambudi menilai sektor pertanian yang menyerap tenaga kerja terbanyak bukanlah kabar baik bagi pemerintah.
Menurut Badan Pusat Statistik (BPS), pada Februari 2024, sektor pertanian menyerap 28,64 persen dari seluruh penduduk bekerja. Menurutnya, pekerja di sektor pertanian sulit mendapatkan penghasilan yang tinggi.
“Tentu saja keadaan ini bisa dikatakan tidak terlalu menggembirakan, karena masyarakat yang bekerja di sektor pertanian biasanya tidak mempunyai pendapatan yang tinggi.
“Pertanian Indonesia, khususnya pertanian non-pertanian, selalu mendapat peringkat buruk dalam hal pendapatan,” kata Rahmat Pambudi dalam acara Core Economic Outlook 2025 TIM, Sabtu (23/11/2024).
Rahmat Pambudi mengatakan, sektor pertanian bukanlah peternakan atau petani yang tidak bercocok tanam menjadi bantalan penyangga kelompok lain. Artinya harga komoditas harus dijaga sesuai dengan norma yang ada.
Menurut Rahmat, hal ini membuat pemerintah kesulitan meningkatkan pendapatan tenaga kerja di sektor pertanian.
“Kami tahu bahwa harga produk pertanian masih rendah untuk saat ini. Harga barang non-pertanian tidak lepas dari regulasi yang ada.”
“Beras harus rendah, harga jagung harus rendah, pakan ternak harus rendah, telur harus rendah, dan sebagainya. Dan di sinilah pertanian kita,” katanya.
Jadi kalau sektor tenaga kerja juga ada, maka kesulitan kita dalam meningkatkan pendapatan mereka tidak mudah, lanjutnya.
Rahmat Pambudi mengatakan, tingkat pengangguran terbuka terus menurun hingga 4,82 persen pada Februari 2024.
Jumlah penduduk yang bekerja sebanyak 142 juta orang. Dari jumlah tersebut, sektor perdagangan menduduki peringkat kedua dalam hal jumlah angkatan kerja.
“Sektor pertanian masih menjadi sektor yang paling banyak menyerap tenaga kerja yaitu sebesar 28,64 persen dari total penduduk bekerja, disusul perdagangan sebesar 19,05 persen, dan industri pengolahan sebesar 13,28 persen,” ujarnya.