Pesan Terakhir Korban Kebakaran Pabrik Bekasi Kepada Istrinya: Kita Akan Menjadi Tua, Jagalah Anak Kita Sampai Sukses
geosurvey.co.id, BEKASI – Pada Sabtu pagi (11 Februari 2024), isak tangis seorang perempuan memecah kesunyian di salah satu gang di Jalan Merdeka II Raya, RT 02/001, Bintara, Bekasi Barat, Jawa Barat.
Wanita berbaju coklat itu tak kuasa menahan kesedihannya sambil duduk di tangga rumah bercat hijau putih itu.
Wajahnya tampak sangat pucat. Di sela-sela itu, dia memegangi kepalanya dan menyeka air mata yang mengalir di pipinya.
Matanya terkadang kosong dan tertekan.
Kesedihan dan air mata tampak jelas di wajahnya saat ia mulai menceritakan kisah Rahmat Hidayatullah (42), suami tercinta.
Rahmat diyakini menjadi satu dari sembilan orang tewas dalam kebakaran hebat yang berlangsung lebih dari 24 jam di pabrik pakan PT Jati Perkasa Nusantara di Medan Satria, Bekasi, Jawa Barat, Jumat (11/1/2024) kemarin.
Rahmat sendiri merupakan sopir forklift di pabrik tersebut.
Sejak pukul Pukul 07.00 WIB, Sinawati terus dihubungi tetangga, saudara, dan keluarganya. Mereka datang untuk memberikan kekuatan dan semangat kepada Sinawati.
Sesekali Sinawati mendapat pelukan dan usapan dari tetangga dan kerabat yang datang ke dekat rumahnya. Suasana tangis tiba-tiba meledak.
Dengan berlinang air mata, ia menceritakan kepada tetangga dan kerabatnya tentang suaminya, Rahmat.
Ia juga meminta tetangga, saudara, dan keluarga untuk memaafkan suaminya jika berbuat atau berkata salah.
“Maafkan kakak (Rahmat) jika terjadi sesuatu,” kata Sinawati sambil menangis sedih.
Hingga siang hari, tetangga, keluarga, dan kerabat terus berdatangan ke rumah Sinawati untuk memberikan dukungan.
Di sela-sela acara, Sinawati berbagi cerita kepada geosurvey.co.id tentang kebakaran di tempat kerja suaminya pada Jumat.
Awalnya dia tidak tahu persis apa yang terjadi dengan kebakaran besar itu.
Bahkan, pada Jumat pagi pukul 06.10 WIB, ayah Sinawati melihat kepulan asap hitam mengepul dari area pabrik di Medan Satria, Kota Bekasi dari lantai dua rumahnya.
Pasalnya, lokasi kawasan rumah dan pabrik di Medan Satria, Kota Bekasi kurang dari 10 menit menggunakan sepeda motor.
“Yang saya tahu selanjutnya, (sholat jumat) sudah selesai dan saya mengetahui tempat suami saya bekerja sedang terbakar. Dari teman saya saya cek apakah sudah tiba. Suaminya tidak ada di sana. “Katanya semuanya dibawa ke rumah sakit (RS Pol Kramat Jati),” kata Sinawati kepada Tribunnews, Sabtu pagi.
Ia juga menemukan informasi korban yang dibawa ke RS Polri semuanya meninggal dunia.
Sinawati segera meminta sampel DNA dan tes untuk membandingkan jenazah korban kebakaran.
“Kemarin saya ke RS Polri ya, dalam bentuk mayat, sudah tidak aman lagi,” ujarnya.
Sinawati mengungkapkan, dirinya tak menyangka suaminya akan meninggalkannya. Pasalnya, menjelang berangkat kerja pada Kamis malam (31 Oktober 2024), ia dan suaminya, Rahmat, tak berbincang.
Namun tiba-tiba cerita Sinawati terhenti. Ia pun mengenang percakapan terakhirnya dengan suaminya, Rahmat, pada Kamis sore. Suasana di pos pemeriksaan Ante Mortem dan Post Mortem penanganan korban kebakaran pabrik di Bekasi sepi sejak pagi hari di RS Polri Kramatjati, Jakarta Timur, Sabtu (11 Februari 2024). (geosurvey.co.id/Danang Triatmojo)
Saat itu, ia dan suaminya Rahmat saling berbincang untuk saling memberi kekuatan dan berjanji akan tetap bersama hingga tua nanti di dalam kotak kaca rumah mereka.
Sinawati juga mengungkapkan, suaminya, Rahmat, mengatakan mereka akan bersama-sama mengasuh ketiga anaknya hingga tumbuh dan menjadi orang sukses. Saat menceritakan kisah itu, tiba-tiba air mata Sinawati menggenang.
“Dia (Rahmat) berangkat malam, saya tidak ragu. Dia berangkat malam, hanya siang hari saya ngobrol dengannya dan membaca hal-hal seperti itu. ‘Apakah kita sudah tua?’, ‘Ya, kita sudah tua’. Jadi Dia berkata, ‘Kita akan mencari tahu bersama-sama ya? Kita akan menjaga anak-anak kita sampai kita tua, sampai kita sukses.’
“Saat aku pulang kerja sore, waktu sudah menunjukkan pukul 11 WIB. Dia berkata lagi, ‘Kita berdua kuat, kita bisa menjalani hidup ini bersama-sama ya’,” lanjutnya.
Sebelum berangkat kerja pada Kamis malam, dia juga tak berbicara dengan suaminya, Rahmat.
Saat itu, Rahmat hanya berpamitan padanya untuk berangkat kerja.
Namun, ada yang berbeda pada malam sebelum Rahmat meninggalkan rumah. Putri mereka yang berusia 4 tahun spontan menggendong Rahmat dengan sepeda motornya. Bahkan, sang anak membawakan ayahnya helm untuk bekerja.
“Dia tidak mengatakan apa-apa, dia pergi bekerja. Dia baru saja mengucapkan selamat tinggal pada balita saya. Ikuti dia ke depan. ‘Ayah, itu helm,’ katanya, ‘oh iya, Pak’. ‘Ayah, bekerjalah dengan hati-hati, Kakek sudah menunggu’. Dia berkata dengan berlinang air mata, “Hanya anak kecil yang sedikit bingung, mereka sudah punya perasaan.”
“Saya tidak merasakan apa-apa. Karena dia juga tidak mengatakan apa-apa,” lanjutnya.
Sinawati juga mengatakan putrinya menanyakan kabar ayahnya, Rahmat, yang tidak pulang ke rumah pada Jumat malam.
Bahkan, sang anak akan tidur bersama ayahnya dengan berlinang air mata.
“Sebagai anak bungsu, ayah saya sangat menyayangi saya. Tadi malam aku menangis, namanya perempuan, dia masih dekat dengan ayahnya. ‘Ayah belum pulang. Mengapa kamu menangis? ‘Ayahmu sakit?’, ‘Tidak apa-apa, tidur saja’, kata Sinawati.
“Dia (anak perempuan) ingin tidur dengan ayahnya. Sambil menangis, sambil menangis,” lanjutnya.
Bahkan, Sinawati sama sekali tak merasa khawatir saat suaminya, Rahmat, tidak pulang tepat waktu, tepatnya pukul 08:00 WIB pada hari Jumat pagi. Pasalnya, Rahmat sebelumnya sempat mengatakan akan berangkat kerja sebentar karena rencananya akan mengambil cuti pada 7 November mendatang untuk berkumpul kembali dengan keluarganya.
“Bahkan di pagi hari pun aku tidak tahu, aku tidak merasakan apa-apa, aku gugup atau khawatir, tidak ada apa-apa. Sebenarnya, maksudnya adalah mengatakan bahwa ayah akan mengambil cuti besok, oke? Saya ingin mengambil cuti pada hari Sabtu agar ayah saya kembali pada sore hari. Dia sering berkumpul dengan teman-temannya di toko. Aku hanya berpikir disana. Memang benar WA sudah tidak beroperasi lagi 09:00, kenapa aku belum pulang dari WA? Belum berfungsi, eh, belum berfungsi seperti itu. “Itu tidak berhasil sampai siang hari,” katanya.
“Oh, pas dengar kabar itu, teman saya cerita. Ini PT tempat Abang Rahmat terbakar,” jelasnya.
Saat ini Sinawati dan keluarga besarnya masih menunggu hasil identifikasi dari tim DVI Polri yang memeriksa jenazah tersebut.
Ia sangat berharap tim DVI Polri segera mempublikasikan korban kebakaran tersebut.
“Misalnya kalau sifat-sifatnya lebih kuat, mungkin bisa secepatnya dikenali. Kalau mau bagaimana lagi, tidak apa-apa. Kita tunggu informasi dari pihak rumah sakit,” harapnya. Pintu masuknya hanya satu. hingga gedung Pabrik di Jalan Pondok Ungu Kaliabang Pejuang Satria, Kecamatan Medan Satria, Kota Bekasi terbakar pada Jumat (11 Januari 2024).
Sinawati pun bercerita kepada suaminya, Rahmat, tentang kondisi kerja di PT Jati Perkasa Nusantara di Medan Satria, Bekasi. Di sana Rahmat bekerja dari magrib hingga subuh.
Sedangkan lokasi gedung perusahaan relatif sempit. Karena hanya ada satu jalan masuk dan keluar.
Rahmat pun bercerita bahwa telah terjadi kebakaran di tempat kerjanya.
Namun hal tersebut dapat cepat teratasi akibat adanya peristiwa kebakaran tersebut.
“Tadi ada rapat di dalam. Dia hanya berjalan menyusuri lorong untuk masuk. Nah, dekat pintu lorong itu yang meledak. Ke mana dia akan lari?” katanya.