geosurvey.co.id – Berikut sejarah berdirinya PT Sri Rejeki Isman Tbk (SRIL) atau Sitex, perusahaan tekstil terbesar di Asia Tenggara.
Diketahui, Sitex asal Sukoharjo telah menjadi perusahaan tekstil terbesar di Asia Tenggara yang memasok seragam militer ke 35 negara di Eropa, Asia, dan Timur Tengah.
Namun kini, raksasa tekstil Sirix telah resmi dinyatakan pailit oleh Pengadilan Negeri (PN) Niaga Semarang. J
Putusan pailit Ceritax berdasarkan putusan Ketua Hakim Much Ansar pada Senin, 21 Oktober dalam Perkara Nomor 2/Pdt.Sus-Homologasi/2024/PN Niaga Smg. Pemasoknya, PT Indo Bharta Rayon, mendapat penghargaan di tengah sengketa utang yang sedang berlangsung. J
Sritex dan afiliasinya PT Sunar Pantaja Duja, PT Beretex Industries, dan PT Premyudha Mandirija dianggap gagal memenuhi kewajiban pembayaran kepada pemohon PT Indo Bharat Rayon. Sejarah Pt
Siritex lahir dari usaha mendiang pengusaha Tiongkok HM Lokmanto.
Sritex berawal dari usaha kios kecil bernama UD Sri Rijiki di Pasar Pintar Kota Sulu yang didirikan pada tahun 1966 oleh Lokmanto.
Pada tahun 1968, Lokmanto akhirnya membuka pabrik percetakan pertamanya di Sulu yang memproduksi kain putih dan berwarna yang disebut sritex.co.id.
Pada tahun 1978, Siritex terdaftar sebagai perseroan terbatas di Kementerian Perdagangan.
Setelah itu pada tahun 1982 Lokmanto mendirikan pabrik tekstil pertamanya.
Tahun demi tahun, perusahaan ini berkembang pesat. J
Pada tahun 1992 Seritex memperluas pabriknya hingga mencakup 4 lini produksi (pemintalan, penenunan, penyelesaian akhir, dan garmen jadi) di bawah satu atap.
Pada tahun 1994, perusahaan ini menjadi produsen seragam militer untuk NATO dan tentara Jerman.
Pada tahun 2001, Ceritax berhasil bertahan dari krisis mata uang tahun 1998 dan meningkat dua kali lipat pada tahun 1992 dibandingkan dengan 8x ketika pertama kali dikonsolidasi.
Terhitung pada tahun 2013, PT Sri Rejeki Isman Tbk resmi mencatatkan sahamnya (simbol ticker SRIL) di Bursa Efek Indonesia (BEI).
Fasilitas produksi terus berkembang. J
Pantauan Kompas.com, produksi pabrik tersebut terdiri dari industri tekstil hulu dan hilir, antara lain rayon, katun, dan poliester, bahan baku, bahan jadi, dan garmen jadi. J
Di Jakarta, Seritex juga memiliki kantor besar yang berlokasi di Jalan Wahid Hasim No. 147, Jakarta Pusat.
Hingga tahun 2018, perseroan memiliki empat usaha pemintalan utama, dengan kapasitas 1,1 juta bal benang per tahun, dan kapasitas tenun 180.000 meter per tahun.
Diikuti oleh usaha percetakan dan pencelupan dengan kapasitas produksi tahunan sebesar 240 juta yard, dan usaha tekstil dengan produksi tahunan sebesar 28 juta lembar.
Seritex juga merupakan salah satu pemasok seragam militer NATO yang paling andal.
Saat pandemi Covid-19 melanda, perusahaan bergerak cepat memanfaatkan peluang dengan memproduksi jutaan masker. Keluarga Lukminto Inilah profil dan kiprah keluarga Lukminto, pemilik PT Sitex, perusahaan tekstil terbesar di Asia Tenggara, yang dinyatakan pailit. (Screenshot Instagram Eksklusif // @ik.lukminto) ((Screenshot Instagram Eksklusif // @ik.lukminto))
Istri Lokmanto bernama Susiana dan menikah pada 26 Oktober 1969 di Curtosuno.
Mereka pindah ke Sulu bersama istri mereka dan bersama-sama membangun karier di industri tekstil.
Lukemanto dan Susiana mempunyai 5 orang anak.
Mereka adalah Vonny Imelda, Iwan Setiawan Lukminto, Lenny Imelda, Iwan Kurniawan, dan Margaret Imelda.
Berdasarkan data Kustodian Sentral Efek Indonesia (KSEI), ada lima orang yang memegang saham SRIL atas nama pribadi.
Yang terbesar adalah Iwan Setiawan 109 juta (0,53%), Iwan Kurniawan 108 juta (0,52%), Wonnie 1,8 juta (0,01%), Margaret dan Lenny masing-masing 1 juta (0,01%). J
Bahkan HM Lokmanto akhirnya meninggal dunia pada 5 Februari 2014 di Singapura.
Setelah itu, perusahaan masih berada di tangan Ivan Setiwan Lokmanto, putra sulung HM Lokmanto. J
Pada tahun 2014, Iwan Setiawan Lukminto berhasil meraih penghargaan Businessman of the Year dari Forbes Indonesia dan Ernst & Young Entrepreneur of the Year Award 2014 dari Ernst & Young.
Selain itu, Iwan Setiawan Lukminto dibantu oleh adiknya Iwan Kurniawan Lukminto dalam menjalankan bisnis Ceritax.
Masih mengacu pada sritex.co.id, catatan saat ini menunjukkan Iwan Kurniawan Lukminto tercatat sebagai Dirut PT Sitex.
Selain itu, istrinya, Mira Cristina Setidi, menjabat sebagai direktur operasional. Pinjaman PT Sritex
Ceritax bangkrut karena dibebani dengan pembayaran pokok dan bunga yang besar, serta terbebani oleh pendapatan. J
Rinciannya, utang besar yang ditanggung Ceritax meliputi utang jangka pendek sebesar USD 131,41 juta dan utang jangka panjang sebesar USD 1,46 miliar.
Di antara utang jangka panjang, proporsi terbesar adalah utang bank sebesar $809,99 juta, disusul utang obligasi sebesar $375 juta.
Situasi keuangan Ceritax sedang memburuk karena meningkatnya utang dan lemahnya penjualan perusahaan, Kompas.com mengutip Kompas.com. J
Masih mengacu pada laporan keuangan terkini, perseroan hanya mampu mencatatkan penjualan sebesar 131,729 juta dollar AS pada semester I 2024, turun dari 166,9 juta dollar AS pada periode yang sama tahun 2023.
Sebaliknya, beban penjualan lebih tinggi yaitu $150,24 juta.
Artinya, pendapatan dari penjualan tekstil tidak bisa menutupi biaya produksi.
Ceritax juga merugi triliunan dolar.
Pada tahun 2023, Ceritax juga akan mengalami kerugian yang sangat besar yaitu sebesar 174,84 juta USD atau sekitar Rp 2,73 triliun.
Sepanjang kuartal I 2024, Ceritax justru merugi sebesar 25,73 juta dolar atau setara Rp 402,66 miliar. J
(geosurvey.co.id/Garudea Prabawati) (Kompas.com/Muhammad Idris)