geosurvey.co.id, JAKARTA – Pada September 2023, seorang wanita bertopeng yang mengaku sebagai detektif medis atau dokter terlihat membeberkan berbagai produk perawatan kulit yang beredar di Indonesia.
Memiliki doctype bahkan disebut “bahaya.” Mengapa?
Kehadiran dokter tersebut akhirnya menarik perhatian Badan Pengawas Obat dan Makanan Indonesia (BPOM). Dokter akan dipanggil.
“Saya tidak tahu apa motifnya, apakah itu persaingan usaha atau motif lain, makanya saya dipanggil,” kata Kepala BPOM Taruna Ikrar saat jumpa pers, Senin (30/12/2019). . ). 2024).
Selain memanggil dokter, BPOM juga akan memanggil sejumlah tokoh berpengaruh untuk membantu program BPOM pada tahun 2025 yang bertujuan untuk mengedukasi masyarakat.
Apa sebenarnya arti seorang dokter masuk dan “menghancurkan” dunia bisnis perawatan kulit di negeri ini?
Baca ulasan geosurvey.co.id. Selalu menyamar, Doktf sembunyikan identitas asli Anda
Dokter sering muncul di jejaring sosial dengan masker menutupi mata mereka.
Mengambil pandangan ke depan pada produk perawatan kulit dan menyangkal klaim berlebihan. Kemunculan Doktif alias Dokter Detektif kini sedang menghebohkan dunia perawatan kulit di Indonesia. (kolase/instagram)
Sebuah artikel di Tribun Jawa Timur (jaringan Tribunnws.com) memberitakan, kemunculan Doktif telah menggoncangkan dunia perawatan kulit di Indonesia.
Pasalnya Doktif rajin mengungkap hasil tes perawatan kulit yang berlebihan.
Merek perawatan kulit ternama, merek milik artis, bahkan selebriti Instagram pun tak luput dari hasil tes doctif.
Namun Doktif tak pernah mengungkap wajah aslinya. Ia kerap tampil dengan wajah tertutup topeng.
Ia pun sengaja menyembunyikan identitas aslinya.
Doctif pernah mengungkap asal usulnya saat ditanya artis sekaligus YouTuber Denny Sumargo alias Densu.
Di Pocast Densu, dokter mengaku berasal dari Surabaya.
“Asalmu dari mana?” – Densu bertanya.
“Suroboyo,” jawab Dokter.
Dia menolak menyebutkan nama aslinya.
“Apakah kamu ingin dipanggil dengan nama aslimu atau tidak?” Ditawarkan kepada Densu. Ia langsung menjawab: “Tidak, hanya dokter. Jual produk perawatan kulit. Punya klinik,” ujarnya.
Menyembunyikan identitas aslinya, seorang dokter ingin membersihkan dunia bisnis perawatan kulit yang berantakan.
Doctif mengaku sengaja menyembunyikan identitasnya untuk membersihkan mafia perawatan kulit.
Namun, dokter tersebut mengaku memiliki klinik dan menjual produk perawatan kulit di TikTok.
“Karena kami sangat ingin membersihkan dunia bisnis perawatan kulit yang berantakan,” ujarnya.
Ia tak menampik Densu membantah munculnya mafia perawatan kulit di Indonesia.
“Dia sangat ahli dalam memancing. Iya dia (mafia) ada di bisnis ini,” kata dokter saat ditanya Densu kenapa tujuannya mengalahkan mafia perawatan kulit?
Dalam podcast kali ini, Doktif berkisah tentang awal mula perjalanannya membersihkan dunia perawatan kulit dari hal-hal negatif.
Menurut Doktief, dulu banyak perbincangan mengenai perawatan kulit yang mengandung bahan berbahaya dan merkuri.
“Dulu banyak hype tentang zat berbahaya dan merkuri, itu awalnya, tapi banyak dokter yang bicara.
“Tapi banyak juga pemilik yang melakukannya tapi tidak mau mengaku, mereka menggosok ketika dinyatakan positif hidrokuinon tapi bilang itu palsu, sehingga sulit sekali untuk memberantasnya,” jelasnya.
Beberapa bahan secara keliru dianggap berbahaya, kata Doctief.
Namun bahan-bahan tersebut aman digunakan asalkan diresepkan oleh dokter dan diawasi dalam jangka waktu tertentu.
“Jadi mungkin di semua itu perannya, kadang dilebih-lebihkan, lalu peran dari zat berbahaya, tapi ini perubahan kecil, hidrokuinon boleh asal dalam pengawasan dokter ya. salah, bagus banget, tapi di bawah pengawasan dokter tidak bisa diperjualbelikan secara bebas, namanya label biru,” jelas Doktief.
“Blue label tidak berbahaya, kalau diminum di klinik, diresepkan dan diawasi dokter dalam jangka waktu tertentu, sangat aman,” ujarnya.
Tak hanya itu, Doktif juga mengungkap permasalahan pihak yang meminta bantuannya menyembunyikan bahan berbahaya pada produknya.
“Dok, banyak sekali yang mau menepis, dan pasti banyak juga yang mau menyuap ya, kalau review produk jelek,” kata Denny Sumargo.
“Jangan dibilang jelek, tidak sesuai klaim,” jawab Doktief.
– Apakah kamu meminta uang? Densu bertanya lagi.
“Iya, tapi lewat orang lain, perantara, bahkan ada dokter langsung yang mau tanya berapa jumlahnya,” jawabnya.
Namun Doktif sama sekali tidak terima dan malah membeberkan masalah perawatan kulit yang berlebihan dan berbahaya.
“Oke, apakah kamu mengerti? Apakah masalahnya pernah terungkap?” – Denny Sumargo berkata penasaran.
“Tidak, karena saya tidak pernah peduli,” jawab Dokter.
“Jadi dokter sendiri yang memutuskan berapa banyak yang harus ditanyakan,” pungkas Denny Sumargo.
“Ya saya tidak mau, karena dari awal saya tidak menerima uang dari menunjukkan hasil tes,” kata Doktief.
Terakhir, ia menjelaskan asal muasal uangnya setelah menolak berbagai tawaran.
– Jadi kamu menghasilkan uang dari ini?
“Coba saja,” jelas Doktief.
“Tapi Anda di sini bukan untuk mendorong produk Anda agar orang mau membelinya,” kata Denny Sumargo sambil bertanya lagi.
“Tidak perlu jual ke dokter, bisa ke orang lain, buktinya banyak brand skin care yang tidak tahu siapa pemiliknya, seperti brand big S,” jawab Doktief.
“Dia punya platform kosmetik yang besar, dia pengusaha, dokter yang memeriksa aman, tapi tetap saja dokternya tidak mengenalnya, jadi dokternya pakai masker dan coba di sana, tapi tanpa diketahui publik.” Ya, saya tahu, tapi sekarang sulit,” kata Dokter.
“Ya karena era fleksibilitas itu kuat,” lanjut Densu. Sosok dokter pemilik klinik kecantikan dan penjual produk perawatan kulit itu muncul dalam podcast Denny Sumargo yang tayang Selasa (22/10/2024). (Tangkapan layar dari YouTube oleh Denny Sumargo)
Banyak orang bertanya-tanya siapa sebenarnya dokter itu?
Berdasarkan penelusuran Tribunsumsel.com, sang Dokter dinilai memiliki karakter kuat, seorang dokter bernama Amira.
Beberapa klinik kecantikan beroperasi di bawah mereknya.
Klinik tersebut didirikannya sejak 13 tahun lalu atau tahun 2009 di Serang, Banten.
Apalagi, dr Amira diketahui sudah menikah.
Suaminya bukan sembarang orang, ia berprofesi sebagai pengacara ternama.
Suami dr Amira adalah Teuku Nasrullah.
Hal tersebut diketahui dari postingan di Instagram @feriyust.
Apakah fakta ini benar?
Doktif tak memungkiri dirinya adalah seorang dokter dan pemilik klinik.
Hal itu diakui Doktif saat tampil di podcast Denny Sumargo alias Densu yang tayang pada Selasa (22/10/2024).
Danny Sumargo berkata: “Doctif terlalu berani karena membeberkan dunia mafia perawatan kulit.”
“Kamu berbahaya bagi banyak orang, siapa kamu? Kayaknya pakai masker, orang baik atau jahat, jual produk perawatan kulit tapi matikan produk perawatan kulit,” tanya Densu.
BPOM mengakui dokter tidak merasakan persaingan. BPOM menyebut sosok bertopeng itu dikenal dengan sebutan Dokter alias Dokter Detektif. Benarkah Dokter BPOM Merasa Kompetitif? (kolase/instagram/doc geosurvey.co.id)
Apakah kehadiran dokter mengganggu BPOM? Hal ini disebabkan adanya dokter sebagai pemerhati dan untuk menertibkan maraknya penggunaan produk perawatan kulit palsu yang berbahaya bagi kesehatan.
Benarkah BPOM merasa kompetitif dalam hal pengawasan perawatan kulit yang sebenarnya merupakan bagian dari tugasnya?
Ketua BPOM Taruna Iqrar dalam jumpa pers, Senin (30/12/2024) mengatakan, tanggung jawab pengawasan perawatan kulit yang termasuk dalam kosmetik secara resmi menjadi kewenangan dan tanggung jawab BPOM RI.
Kita berbicara tentang norma-norma legislatif.
Oleh karena itu, menurutnya, pengawasan tidak boleh dilakukan oleh orang atau lembaga lain.
“Jadi kalau yang jadi pertanyaan, apakah doktrin tersebut bersaing dengan Badan POM? Badan POM tidak pernah merasa ada persaingan karena lembaga yang ditentukan dalam undang-undang resmi adalah BPOM,” kata Taruna.
Kades Ikran, Kepala BPOM RI, di hadapan para profesor, guru dan mahasiswa Harvard Medical School, Harvard University, tepatnya di auditorium Massachusetts General Hospital, Boston, AS. Rabu, 20 November 2024 (HO)
Tantangan tersebut kembali ia hadapi untuk memenuhi tanggung jawab dan fungsi BPOM sebagai lembaga pengawas.
“Oleh karena itu, kita tidak memiliki persaingan dan instansi pemerintah harus menjalankan tanggung jawab utamanya sesuai dengan peraturan yang ada,” jelas Taruna.
Mereka mengatakan panggilan telepon tersebut menegaskan motif yang sah untuk memeriksa klaim perawatan kulit yang meningkat. Reaksi dari netizen
Seruan dokter atas ulasan perawatan kulit yang berlebihan ini memicu reaksi dari netizen.
“BPOM tidak boleh menggunakan klarifikasi yang tidak diperlukan. Informasi yang kewenangannya berdasarkan peraturan perundang-undangan BPOM. Dimana mafia perawatan kulit, dimana kalian? Ada sesuatu seperti konsumen. Pembelaan yang diungkap ke Mercury, bungkam dengan pertanyaan seputar doctypes, apa motifnya?
“Munculnya doktrin, efek pengawasan BPOM rendah,” tulis netizen lainnya.
(geosurvey.co.id/Anita K. Wardhani/Rina Ayu) (Tribun Jatim/Tribun Sumsel)